bagian 35| Perpisahan

3.2K 226 0
                                    

Mentari pagi malu malu memunculkan sinarnya memasuki celah jendela kamar Sena dilantai dua yang menghadap langsung ke arah timur. Ia menggeliat dan merenggangkan otot otot  badannya lalu bangkit untuk membuka gorden agar cahaya matahari masuk menyinari kamarnya yang suram dengan sempurna.

Sena menatap sebuah kotak persegi yang berbentuk balok diatas nakas, ia tersenyum membayangkan bagaimana respon Arga nantinya. Sena beranjak ke arah kamar mandi dengan semangat, setelah selesai dengan aktivitasnya Sena mulai mengambil baju yang digantungnya didalan lemari yang telah ia setrikah bersamaan dengan baju Aurel.

Setelah baju seragam itu melekat di tubuhnya, Sena duduk didepan meja rias. Ia mulai memoleskan sedikit bedak dan lip ice agar bibirnya tidak kering. Dirasa telah siap, Sena lantas mengambil tas punggungnya dan turun ke bawah.

Dibawah Sena menghampiri Oma dan Aurel yang telah siap dengan pakaian masing masing. Oma pun turut hadir dalam acara tersebut menggantikan orang tua Aurel yang sedang sibuk dengan urusan bisnis.

"Pagi Oma, pagi Sa" sapa Sena ceria. Namun tak ada balasan yang diterimanya. Ia pun tak perduli dan mulai menyantap sarapannya.

Ditengah tengah sarapan, Arga datang dengan setelan jas yang dikenakannya, kemeja putih dan dasi hitam yang melengkapi penampilannya pagi ini. Tak lupa dengan pantofel hitam mengkilat menambah kesan gagah berwibawa pada pria itu.

"Hai sayang" panggil Aurel seraya memeluk tubuh Arga, Arga pun membalas dengan sedikit senyum tipis.

"Mau sarapan dulu?" Tanya Aurel.

"Aku udah sarapan" jawab Arga.

"Oh yaudah langsung aja. Oma, berangkat yuk!" Ajak Aurel yang dibalas anggukan oleh Oma.

Sena menatap penampilan Aurel, lagi lagi Sena harus mengatakan bahwa gadis itu sangat cantik dengan kemeja putih yang ia masukkan ke dalam rok hitam dan kaus kaki hitam dengan pantofel yang senada dengan kaus kaki panjangnnya. Rambut yang awalnya lurus sengaja di gelombangin dan digerai sedemikian rupa.

Ketiganya sudah hilang dari hadapan Sena tanpa memperdulikan dirinya yang tengah menatap dengan tatapan sedih, namun kini ia mencoba untuk tersenyum, Sena pun melanjutkan sarapannya, setelah selesai ia berangkat Sekolah, tak lupa ia mengunci pintu rumah.

***

Saat memasuki latar acara, Sena menatap takjup dengan kemewahan acara ini. Ia tersenyum saat melihat Keisya dan Albar yang duduk berdua dikursi penonton. Senyum itu pudar kala melihat orang yang duduk disamping Keisya dan Albar. Ia Aurel yang bersandar di pundak Arga, Arga merangkul bahu Aurel seolah memberi tahu bahwa Aurel adalah miliknya dan tak ada seorang pun yang bisa mengambil gadis itu darinya, atau mungkin Arga tak ingin menggantikan posisi Aurel pada perempuan manapun.

Sena tersenyum miris dan duduk di kursi paling belakang, tak masalah ia tak punya teman ngobrol. Lagi pula ia sudah biasa bukan dengan buta sosial? Dan Sena juga hanya penonton.

"Tes satu dua, KAMI UCAPKAN TERIMAKASIH PADA WALI MURIT DAN MURIT MURIT SEKALIAN YANG TURUT HADIR DALAM ACARA PERPISAHAN SISWA/ SISWI PERTUKARANG PELAJAR YANG DI ADAKAN OLEH DUA SEKOLAH DI BANDUNG, MARI KITA MULAI ACARA INI DENGAN SAMA SAMA MEMBACA BASMALLAH" teriak sang MC.

"BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM" jawab semuanya.

"SEBELUM KATA PERPISAHAN TERUCAP DARI MULUT KAMI, KAMI PERSEMBAHKAN KOLABORASI DARI EKSKUL YANG ADA DI SMA 1 BANDUNG, MANA TEPUK TANGANNYA?"

Seketika semua riuh dengan suara tepukan tangan dan ucapan semangat. Dan acara pun di mulai.

"Bar, kok gue gak lihat Sena ya?" Bisik Keisya pada Albar seraya melihat lihat sekeliling.

Rain And Tears [Proses Revisi]Where stories live. Discover now