bagian 30| Weekend

3K 226 14
                                    

Sena tengah berdiri di depan cermin, memandangi lekuk tubuhnya yang kian berisi, helaan nafas ia keluarkan, dan mencoba untuk tidak perduli. Sena mulai membereskan rumah, menyapu, mengepel dan merawat taman belakang seorang diri. Hari ini adalah hari minggu, seperti biasa Aurel dan Oma sedang menghabiskan waktu weekend berdua, menghamburkan uang yang mereka punya. Tapi Sena lebih tenang jika ia di rumah sendirian, ntah kenapa setelah kejadian di pantai Sena sudah tak nyaman tinggal bersama Aurel yang selalu menyalahkannya tanpa meminta penjelasan.

Sena masuk ke dalam rumah, mengambil benda pipih miliknya dan kembali keluar ke taman belakang.

Ia berniat menelfon Raka, dua bulan sudah berlalu namun cowok itu tak kunjung memberi tahu kapan dirinya akan pulang, Raka selalu menjawab kerjaan nya banyak.

Tak butuh waktu lama panggilan tersambung dari sebrang sana.

"Abang!" Panggil Sena sedikit teriak.

"Apa si dek?!" Suara berat itu membuat senyum Sena memudar, seperti nya ini bukan waktu yang tepat untuk menelfon abangnya.

"Abang sibuk ya?"

"Mau ngomong apa?" Jawabnya, kini nada suaranya sedikit melembut.

Senyum Sena kembali merekah, "Abang udah makan? Sena kangen tau, abang-"

"Kalo cuma ngomongin itu nanti aja, ada hal yang lebih penting dari semua pertanyaan gaguna lo itu!"

"Abaaang," lirih Sena, ia mendengar decakan di sebrang sana, dan panggilan pun di putuskan oleh Raka.

Air mata Sena keluar, sekujur tubuhnya langsung menfingin. Ia tak bisa di kasari, terlebih Raka adalah orang yang dekat dengannya.

"Gue harus berpikir positif, kali aja abang beneran sibuk," namun nihil, bagaimanapun ia menghibur diri air mata nya tetap mengalir. Ia jadi teringat dengan Vino, pemuda itu sudah kembali ke Jakarta untuk melanjutkan kuliahnya.

Suara deru mobil membuat Sena menghapus air matanya dan menoleh ke arah si pengendara yang sudah keluar dari mobil.

"Arga," ucapnya pelan. Lucu, mereka yang awalnya sering menghabiskan waktu bersama, namun kini seperti orang asing yang merasa sungkan untuk saling menyapa.

Arga hanya melihat Sena dan kemudian kembali berjalan ke arah pintu.

"Aurel pergi," ucapan Sena membuat Arga menoleh sembari mengangkat satu alisnya seolah bertanya kemana?

"Pergi keluar sama Oma."

Arga hanya mengangguk dan melangkah keluar dari perkarangan, hati Sena sakit mengetahui Arga yang mencari Aurel namun itu semua ia tutupi dengan senyuman dan kembali melakukan aktivitasnya.

"Mau ikut keluar, gak?" Pertanyaan Arga membuat Sena menoleh ke arah belakang, "kemana?"

"Ikut aja, tapi kalo gak mau-"

"Eh eh mau mau, tunggu gue siap siap dulu," ucap Sena berlari ke dalam rumah untuk mengganti pakaiannya.

Tak butuh waktu lama Sena telah berada di luar memandangi Arga yang tengah duduk seraya memainkan handphonenya. Sena memang bukan tipe cewek yang ribet, ia hanya memoleskan sedikit skincare dan liptin pink miliknya. Karna kulit Sena putih bersih dan jika tanpa make up pun ia akan tetap terlihat cantik.

"Udah?" Tanya Arga yang dibalas anggukan antusias oleh Sena.

***

Mobil melaju perlahan, sejauh ini keduanya hanya diam tanpa kata ataupun kalimat. Sesekali Sena memandangi Arga, melihat ketampanan yang jelas dan nyata di wajahnya. Saat Arga menoleh ke arah nya, sontak Sena menatap ke arah depan, tapi bukannya menghilangkan rasa gugup, Sena malah melihat segerombolan orang yang tengah beradu fisik membuatnya takut, bulu kuduknya berdiri, ia merinding, Sena tidak bisa melihat orang tersakiti secara fisik.

Rain And Tears [Proses Revisi]Where stories live. Discover now