30. Dibawah Naungan Langit Senja | Religi

33 13 1
                                    

ΔJangan lupa Vote dan Komen.

~ Happy Reading ~

******

Hembusan angin yang sepoi menerpa wajah lusuh nan kumuh milik seorang pria 56 tahun tersebut.

Cucuran keringat yang terus mengalir ia lap dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya sibuk mengais-ngais tumpukan sampah di depannya.

Waktu yang terus bergulir membuat hari makin gelap dan kini sudah saatnya ia untuk pulang. Seperti hari-hari sebelumnya ia selalu menyempatkan diri untuk mampir di sebuah warteg pinggir jalan basuki yang begitu jauh dari lokasi rumahnya tapi ia tetap nekat membeli makanan dari warteg tersebut karena warteg itu menyediakan makanan favorit sang buah hatinya.

15 menit ia tempuh perjalanan kesana dan kini tibalah ia didepan warteg tersebut. Tapi alangkah terkejutnya ia saat sebuah kertas hvs A4 tertempel dikaca depan warteg tersebut bertuliskan 'Ruko ini telah dijual silahkan hubungi nomor yang tertera dibawah...+62***********'

Tubuhnya yang kian menua tersebut pelan-pelan melemah dan bahunya merosot kebawah dan hembusan napas kecewa keluar dari bibir hitamnya itu. Tapi tak berlangsung lama ia segera memantapkan langkahnya untuk memutar balik tubuhnya menuju warteg lainnya karena ia ingat pada sang buah hati yang mungkin sudah terkulai lemas karena asupan makan yang kurang.

Jalan purnomo merupakan satu-satunya jalan tersisa yang ada warteg serta dekat dari lokasinya kini dan letak warteg tersebut juga tak begitu jauh dari kediamannya. Maka kakinya melangkah menuntun dirinya menuju kesana. Lima rumah jaraknya lagi dengan warteg tersebut harus terhenti saat sebuah mobil sport mahal melintas disampingnya dan membuat genangan air tersembur ke muka kumuhnya. Tak ada komentar dan kata-kata kasar keluar dari mulutnya tapi hanya sebuah tatapan kosong ke bawah yang ditampilkan olehnya karena ia ingat jika ia melewati jalan purnomo maka ia harus siap dengan segala konsekuensi yang akan diterimanya.

"E-eh maaf pak, saya beneran nggak sengaja ... tadi nggak keliatan ada genangan air disana Pak ... sekali lagi maaf," ucap pemuda 26 tahun tersebut. Sedangkan si lawan bicara kini terdiam meneguk salivanya dalam-dalam dan sedikit demi sedikit ia mengangkat wajahnya keatas menatap seorang pemuda yang tadi meminta maaf padanya dan betapa terkejutnya ia melihat pemuda yang kini tengah menggosok tengkuknya yang kepanasan karna terlalu lama di alam terbuka.

"K-kamu?" ujar si bapak dengan suaranya yang bergetar.

"Iya? Saya kenapa?" tanya pemuda tersebut dengan raut wajah bingung yang tercetak di wajah rupawannya.

Secepat kilat si bapak melepaskan karung yang terus ditenteng sejak tadi dan kedua tangannya langsung memegang kedua tangan pemuda tersebut lantas langsung mengepalkannya.

"Pukul saya! Pukul saya sekuat tenaga kamu! Pukul saya!" ujarnya memburu dan mendesak sang pemuda agar melakukan apa yg ia katakan. Tapi pemuda tersebut hanya diam dan tatapan datar didapat oleh sang bapak.

"Kalau kau ingin memperbaiki kesalahan masa lalu maka bukan begini caranya, aku hanyalah penerusnya sedangkan kau berurusan dengannya bukan denganku."

"Mudah saja kau ingin balasan yang lebih mudah tapi kau sudah buat luka yang parah," kata pemuda tersebut datar.

"Sedalam apakah luka yg telah kubuat padanya?" tanya si bapak penuh penyesalan.

"Kau bully dia bersama tenan-temanmu, kau suruh mereka membuka paksa mulut Ayahku kemudian kau isi dengan air senimu yang menjijikkan."

"Kau kucilkan dia, kau rebut istrinya, kau perkosa anaknya dan saat diambang kesuksesannnya kau mengemis meminta kerja dan kemudian setelah dapat kau khianati dia padahal dia teramat percaya denganmu." Suara pemuda tersebut bergetar menahan sesak yang telah ditahan setelah ia tau semua faktanya dan matanya memerah menahan genangan air yang akan turun.

"Dan kemudian kau jebak dia dalam kesesatan lalu kau bunuh dia dengan kedua tanganmu sendiri sebelum ia mengetahui semua fakta yang kau sembunyikan darinya." Sekarang ia sudah tak dapat menahan sesak dan setetes demi setetes air mata pun mulai mengalir.

"Dan sekarang coba kau bayangkan kau berada di posisinya!! Kau bukanlah apa-apa tanpa bantuan darinya dan lihatlah dirimu yang sekarang kau hanyalah seorang pemulung tak berguna."

"Tak ada yang pantas dibanggakan darimu karna kau memang dari awal sudah tak berguna!!" kata pemuda tersebut yang langsung masuk kembali ke mobilnya dan langsung tancap gas dari sana. Sedangkan si Bapak sudah terkulai lemah bernostalgia dengan masanya yang kelam setelah semua kebejatan masa lalunya terungkap sudah semuanya.

"Maafkan aku wahai sahabatku ... aku telah terlalu banyak memberi luka padamu ... ya tuhan, masih adakah sebuah pengampunan bagiku?"

******

~ End ~

ΔStory by _yuqie21
ΔEdited by Miawww__
ΔPenanggung jawab sofyadisty
ΔPenyelenggara AWremaja

Nubar Cerpen with AWRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang