15. Friend at First Sight | Persahabatan

22 9 0
                                    

ΔJangan lupa Vote dan Komen.

~ Happy Reading ~

******

Enci cupu, jelek dan tidak punya teman. Hal yang paling dibenci Enci adalah kerja kelompok, karena bisa dipastikan tidak ada yang mau sekelompok dengan Enci.

Pelajaran sosial hari ini sedikit berbeda, karena menggabungkan dua kelas yang berbeda jurusan tapi tugasnya sama. Mengeksplor alam dan berinteraksi dengan orang lain.

Tak ada yang bisa dilakukan Enci, satu satunya pilihan adalah duduk di pojok aula dan menunggu semua orang selesai memilih kelompok. Terkecuali Enci tentunya.

"Pak! Kelompok kami kekurangan satu orang!" teriak seorang pria dari sudut lainnya dan membuat Enci menoleh.

"Apa masih ada yang belum mendapatkan kelompok?!" teriak guru sosial itu keras. Para gadis yang sebelumnya sudah mendapatkan kelompok berbondong bondong memencar dan mengaku tak mempunyai kelompok. Demi 3 orang pria yang kekurangan orang itu.

Enci mendengus kesal, dan kembali diam. Dia memperhatikan sepatunya dengan bosan.

"Semua diam! Kembali ke kelompok semula!" Dan gadis gadis itu mendengus kecewa.

"Hei, bergabunglah dengan kelompok kami," ucap seseorang membuat Enci mendongak.

"Hah?" Bodohnya Enci malah menampilkan raut kebingungan.

Dengan senyum manis, pria itu mengulangi pertanyaannya. "Mau bergabung dengan kelompok kami?"

Enci hanya diam, dia mengerti maksud pria dengan sweater itu, tapi coba lihat semua tatapan para gadis yang ada disana, seakan siap untuk menghajar Enci.

"Eh, kayaknya gam usah deh," ucap Enci bangkit dan menjauh dari laki-laki itu, mencari tempat lain untuk sembunyi.

Pak guru sosial kembali menjelaskan apa yang harus kami lakukan, dan mengabaikan kelompok laki laki itu termasuk Enci.

"Ok, kita sekelompok," bisik seseorang di telinga Enci. Enci merinding dibuatnya dan langsung menoleh.

"H-hei! Jangan lakukan itu!" pekiknya pelan agar tak menarik perhatian guru sosial yang sedang mengajar.

"Kenapa?" tanya pria dengan poni terikat itu. Tak lama kemudian dia memberikan smirk.

"Pergilah! Aku ga mau sekelompok sama kalian!" pekik Enci lagi.

"Tak ada penolakan," ucap pria dengan anting di telinga kirinya.

"Bodo!" Enci kembali pergi menjauh. Dan 3 laki laki itu tidak mengikutinya.

Apa aku salah? Seharusnya aku terima saja. Awal yang bagus untuk punya teman kan? Huhh Enci bodoh!

Batin Enci kesal seraya memainkan tali sepatunya.

"Baik, kalian mengerti apa yang harus dilakukan?!"

"Mengerti!"

"Sekarang berpencar!" perintah pak guru sosial.

Enci mengambil tasnya di loker dan keluar buru buru. Enci ingin segera menyelesaikan tugasnya dan pulang ke rumah. Tempat dimana dia tak perlu khawatir tentang teman.

"Ayo kita pergi," ucap laki laki yang tiba-tiba menggenggam tangannya. Tidak hanya satu, tapi kedua tangannya.

Yang melakukannya adalah tiga laki laki yang tadi ditemuinya di aula. Yang memakai sweater menggenggam tangan kanannya, yang menguncir poni menggenggam tangan kirinya dan yang menggunakan anting ditelinga kiri memimpin di depan.

"Hei! Lepaskan! Aku tidak mau sekelompok dengan kalian!" Enci mencoba memberontak tapi dua laki-laki yang menggenggamnya tak menunjukkan respon kesulitan.

"Hei dengar, kamu tidak mau sekelompok dengan kami itu bukan masalah. Tapi kini, kami ingin menjadi temanmu. Mengerti?" jelas laki laki beranting itu.

Enci mematung, dan kedua laki-laki yang menggandengnya juga ikut berhenti.

"Kita teman?"

"Tentu," ujar mereka dan tersenyum kepada Enci.

"Aku Enci," ucap Enci dan mengusap matanya penuh haru.

******

~ End ~

ΔStory by nadbrry-
ΔEdited by Miawww__
ΔPenanggung jawab sofyadisty
ΔPenyelenggara AWremaja

Nubar Cerpen with AWRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang