86. YANG SANGAT

647 82 21
                                    

Sementara Genoa berjalan pelan menuju aula sekolahnya, tempat di mana drama musikal itu dilaksanakan. Tak butuh waktu lama dirinya sudah duduk di antara ramainya orang di sana.

Genoa memilih duduk di pinggir agar mudah untuk ke luar dari kursi. Nyatanya dalam keadaan ramai seperti ini hati Genoa tidak akan pernah ramai lagi tanpa Dira.

Tidak ada lagi Dira yang terus bersamanya. Tersenyum dengan sangat lebar dan memancarkan cinta yang selalu Genoa dapat dari Dira. Genoa tidak pernah menyesal telah memperjuangkan cintanya untuk gadis itu, untuk Diranya.

Acara drama musikal dengan tema kolosal sudah dimulai. Genoa hanya memandang kosong di depannya. Ia sibuk mengeratkan jaket di tubuhnya. Seolah ia merasakan suasana yang sangat dingin di sekelilingnya.

Seakan dirinya sedang berada di bawah guyuran air hujan yang selalu membuat Dira kedinginan.

Genoa menelan pahit ucapannya sendiri, berada di sini tidak bisa membuat dirinya kembali hidup seperti biasanya, malah ia kehilangan kebahagiaan yang tidak pernah orang lain rasakan.

Terlalu hampa. Terlalu sepi tanpa Dira.
Selama tiga jam, Genoa hanya terdiam tanpa ada minat untuk memperhatikan pertunjukan itu. Bunyi tepuk tangan di sekitarnya, terlihat antusias, mereka tidak pernah tahu ada jiwa yang terpuruk di antara kebahagiaan yang mereka rasa.

Walau bunyi tepukan tangan itu keras, tidak akan pernah bisa mereka menghadirkan Dira di samping Genoa lagi.

"TUNGGU!"

Semua orang terhenti bangkit ketika suara itu menahan mereka untuk terdiam. Di atas panggung Lika menghela napasnya, mencoba mengatur agar tidak gugup, dan Lika tersenyum tipis meminta maaf karena dirinya menahan penonton untuk tidak pergi.

"Saya Lika, boleh saya minta izin ke kalian buat memenuhi keinginan terakhir sahabat saya?"' tanya Lika menggunakan mikrofon namun sebisa mungkin dirinya tidak menangis sebelum memulainya. "Mungkin saya dan kalian ada yang belum saling kenal. Di sini saya meminta waktu kalian sebentar saja, buat wujudkan permintaan terakhir sahabat saya. Dira."

Dira? Mendengar nama itu disebut Genoa mendongak dengan bingung. Di atas panggung ada Lika yang sedang berdiri berbicara mengenai Dira.

"Saya cuma ingin membantu Dira. Sahabat terbaik saya. Dia menuliskan pesan, kalau dia bisa main alat musik akan ada satu lagu yang ia mainkan, lagu yang Dira ingin nyanyikan untuk Genoa, kekasih sahabat saya."

Lika marah pada dirinya sendiri, mengapa ia harus menjatuhkan air matanya lagi? Keadaannya menjadi gugup sekarang.

"Tapi karena Dira udah gak ada di sini. Dan dia udah ... gak bisa wujudkan keinginannya itu. Maka saya ... saya-"

Lika langsung berjalan ke belakang mempersiapkan piano dan mikrofon untuknya. Sudah tidak kuat untuk bicara lagi, biarkan orang lain paham sendiri apa maksud ucapan dirinya.

Namun ketika Lika sedang mempersiapkan alat musik ada suara yang membuat perhatiannya teralihkan.

"Dan saya Genoa. Saya pacar Dira. Sekarang saya juga di sini izin meminta waktu kalian sebentar saja untuk mewujudkan keinginan kekasih yang saya cintai. Dira yang sudah pergi, dan izinkan saya berdiri di sini untuk Dira."

Genoa kini menghampiri Lika yang sedang menampilkan wajah bingung.

"Gen, lo ada di sini?"

Genoa menganggukan kepalanya. "Sini hape lo, gue mau lihat permintaan Dira!"

Dengan cepat Lika memberikan ponsel itu kepada Genoa. "Lo mau ngapain, Gen?"

"Lo bisa main piano, kan?" tanya Genoa dibalas anggukan oleh Lika. "Gue nyanyi dan lo main piano."

Genoa berjalan ke arah mikrofon, ia menunduk sejenak untuk membaca pesan Dira. Ada kata-kata yang tidak bisa Genoa jelaskan setelah membaca itu.

Perasaan rindu yang sangat amat dalam.

* * *

VOTE DAN KOMENTAR SEBANYAK MUNGKIN!

SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗

LANJUT KAN?!

NEXT?

SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT

SEMOGA SUKAAA

TERIMA KASIH

FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE

Titik TerendahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang