59. MENJADI SATU

611 96 27
                                    

Genoa sore ini kembali menunggu Lika yang sedang latihan drama musikal. Cowok itu duduk di luar ruangan dan menjaga tas Lika. Namun ketika sedang fokus menatap lapangan yang penuh dengan ekstrakurikuler futsal-teralihkan karena ponsel Lika berbunyi.

Jelas cowok itu mengambil ponsel Lika, ia mengangkat panggilan itu. "Halo."

"Lik, suara lo berubah jadi cowok?"

"Gue pacarnya."

Terdengar tawa di seberang sana sangat kencang. "Lo yang kemarin, kan? Gue heran sama Lika mau aja punya pacar yang lemah kayak lo."

"Anjing!" umpat Genoa emosi. "Jadi lo pemalak itu. Gue tau kalau lo itu binatang tapi lo bisa berpikir manusia sedikit gak? Mikir anjing, siapa yang lo peras duitnya. Mereka orang miskin, kalau lo ambil apa yang mereka punya gak akan bisa lo kaya dalam sekejap."

"Gampang, kalau mereka gak kasih duit ke gue. Gue bisa aja celakain mereka."

"Otak binatang dikasih tau juga susah. Gue minta dengan cara baik, lo berhenti ganggu mereka dan gak ambil hak mereka lagi atau lo gue lapor ke polisi." Genoa berkata menggebu seolah kepulan asap muncul di kepalanya.

"Gue gak takut sama ancaman lo."

Genoa menahan emosi hingga terdengar bergelatuk dari giginya. "Gue gak akan segan-segan buat kalian masuk penjara."

"Apa? Lo mau terlibat juga sama masalah ini?" tanya Rafeal di seberang sana. "Dari awal gue udah bilang ke lo gak usah ikut campur. Ternyata lo malah tantang gue. Badan lo aja gak akan bisa lawan gue."

"Hubungan lo apa sama Lika? Kenapa lo telepon cewek gue?!" desak Genoa tidak mengerti kenapa Lika masih menerima panggilan dari musuhnya.

Cewek itu ternyata benar-benar melindungi musuhnya, Lika tidak bisa Genoa percaya.

"Cewek lo? Mimpi kali!" tawa Rafeal terdengar. "Sebelum sama lo, Lika udah dekat sama gue. Bahkan sebelum Lika jadi pacar Jiwa, dia udah duluan jadi incaran gue."

Genoa seperti mengenal nama itu. "Jiwa? Tunggu, lo tadi sebut nama Jiwa?"

"Ya, Jiwa teman gue."

Dengan cepat Genoa menekan tombol merah. Ternyata cowok bernama Jiwa itu termasuk musuhnya juga. Genoa langsung menaruh ponsel Lika ke dalam tas. Genoa berdiri dan bergegas pergi menuju parkiran-menghampiri motornya-lalu meninggalkan sekolah, meninggalkan Lika, dan tidak peduli apapun tentang itu.

"ARGGHHH!!!" teriak Genoa memukul keras motornya. Semua masalah ini berkumpul menjadi satu. Ketika ternyata semuanya berasal dari seseorang yang menciptakan masalah ini.

Sudah tidak bisa dibiarkan lagi, bagaimana jadinya jika akan terus seperti ini. Genoa akan menuruti permintaan mamanya untuk berhenti membantu keluarga temannya, tapi tidak ketika bahaya kembali datang untuk mereka.

Genoa ingin melakukannya. Ketika dirinya merasakan bahagia, ia juga ingin melihat orang lain bahagia. Sedangkan keluarga itu sudah hancur, tidak boleh semakin dibuat sengsara.

Motornya menepi sesaat, Genoa mengambil ponselnya lalu mencari nama Dira di sana. "Halo, Dir."

"Gen, kamu ngapain telepon aku?" Dira yang sedang di dalam kamarnya terlihat bingung.

"Lo di rumah?"

"Iya aku di rumah-kenapa sih, Gen?"

"Gue ke rumah lo ya," jawab Genoa lagi. "Pakai baju yang rapi, gue mau ajak lo pergi jalan."

"Gen, aku gak mungkin bisa terima ajakan kamu."

"Dir."

"Genoa-"

"Gue tetap maksa." Genoa mematikan panggilan itu. Kini cowok itu beralih ke aplikasi chatting dan mencari kontak yang akan dihubunginya. Sudah membuat dirinya tidak habis pikir atas apa yang terjadi.

Genoa Sadega: Lika, kita putus!

* * *

ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?

SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗

LANJUT KAN?!

NEXT?

SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT

SEMOGA SUKAAA

TERIMA KASIH

FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE

Titik TerendahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang