39. KAMU JAHAT

702 99 452
                                    

Ketika guru mata pelajaran terakhir hari ini sudah keluar dari kelas, Dira menghela napasnya panjang. Namun ketika ia melihat ke arah pintu ada Genoa yang berdiri di depan kelasnya.

Dira tertegun, ia jadi mengingat bagaimana dulu Genoa yang setia menunggunya di depan kelas sampai selama itu.

Daripada menambah sakit hatinya, Dira yang kini bergegas keluar dari kelas.

Tetapi pandangannya beradu saat dirinya sudah tepat di dekat Genoa. Ia melirik ke dalam kelas masih ada Lika.

"Kamu mau antar Lika pulang, kan?"

Bohong jika mata Dira tidak berkaca saat mengatakan itu. Hanya saja berharap jika air mata itu tidak lolos jatuh ke pipinya.

Dira tersenyum tipis sekali lagi. "Kamu memang ada niat untuk pergi ya, Gen, dari aku?"

Dira menarik napasnya dan mengembuskannya dengan berat. "Aku pulang duluan, Gen."

Genoa meraih tangan Dira secepat mungkin. "Pulang bareng gue, Dir," ucapnya terasa gugup. "Hari ini lo pulang sama gue."

Dengan kebingungan jelas di wajahnya, Dira belum merespons ucapan Genoa. Ia menaikkan kedua alisnya menunggu cowok itu melanjutkan pembicaraan lagi.

"Gue mau ngomong sama lo, Dir."

"Ngomong apa lagi, Gen?" tanya Dira menyudutkan cowok itu. "Kamu kan milih Lika? Kamu yang berani pergi dari aku? Aku kayaknya gak bisa maksa kamu lagi, Gen."

"Pulang bareng gue, Dira!" Setelah mengucapkan kata-kata itu, Genoa tak banyak bicara lagi langsung mengajak Dira untuk menuju motornya. Dira mencoba untuk berhenti, ia sudah jelas melihat bahwa Genoa tak ingin hubungan mereka berlanjut.

"Aku gak mau pulang sama kamu, Gen."

"Dira, gue mau bicara penting."

Dira jelas menggelengkan kepalanya. "Kamu mau buat aku nangis lagi kan, Gen? Sebelum aku nangis di depan kamu mending aku gak usah dengerin apa yang kamu mau jelasin."

"Dir, please, ikut bareng gue!" paksa Genoa tetap mempertahankan keinginannya. "Ikut gue, Dir. Gue memang gak menjamin lo nangis atau nggak, tapi ikut gue!"

"Dir, naik ke motor sekarang!" Genoa memintanya dengan nada yang begitu halus. Dira akhirnya naik diboncengan cowok itu.

Sebenarnya Dira memang tidak rela Genoa harus berdekatan dengan cewek lain, apalagi cewek itu adalah Lika. Dira menyandarkan wajahnya ke punggung Genoa setelah mereka sudah jauh dari lingkungan sekolah.

Walau ia tidak tahu kemana Genoa mengajaknya pergi, tapi Dira tidak bisa menghentikan tangisannya selama perjalanan. Dira memukul punggung Genoa dengan tangannya yang sama sekali tidak terasa sakitnya.

"Kamu jahat, Genoa! Kamu jahat sama aku. Kamu jahat selalu buat aku nangis terus. Harusnya kamu bilang Genoa, kamu bilang kalau kamu gak cinta lagi sama aku."

Genoa mendengarkan semua ucapan Dira. Ia mendengarkan semua keluhan cewek itu tentang dirinya. Jika saja Dira tidak memaksa Genoa untuk menjadi apa yang cewek itu suka, mungkin Genoa tidak akan memikirkan ide segila ini.

"Lo gak bisa yakin sama perasaan lo, Dir. Harusnya lo yakin sama diri lo sendiri buat yakinin gue juga."

"GENOA!" bentak Dira memukul punggung cowok itu lagi. "Kamu gak lihat perjuangan aku. Aku juga berusaha Genoa. Aku juga berusaha."

Beberapa waktu berikutnya tak ada suara lagi selain tangisan Dira yang belum bisa berhenti. Genoa ingin melihat wajah cewek itu dari spion tapi tidak bisa.

"Di kantin cowok-cowok itu ngajak ngobrol lo apa?"

"Bukan urusan kamu."

"Gue mau tau."

Dira menggeleng cepat. "Genoa kepo."

* * *

ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?

SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗

LANJUT KAN?!

NEXT?

SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT

SEMOGA SUKAAA

TERIMA KASIH

FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE

Siap banjir air mata???

Titik TerendahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang