33. PERTANYAAN BERULANG

645 98 1.1K
                                    

Aku saja tidak menyangka bisa bertahan pada seseorang yang tak memilikiku. Apakah aku menjatuhkan pada pilihan yang tidak tepat?

Awalnya kukira kedekatan ini hanya sebatas sementara, hanya perasaan bosan dan jenuh. Aku tahu kalau aku bukan satu-satunya. Aku sadar mengharapkanmu bukan suatu hal yang bisa dijadikan nyata.

* * *

SEDANG fokus jalan, Dira tiba-tiba saja berhenti ketika seseorang menarik tangannya begitu cepat. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Jiwa yang menatapnya meminta waktu untuk bicara. Dira yang kebingungan hanya saling berganti pandang ke arah Genoa dan Jiwa.

"Gue mau bicara sama lo."

Dira lagi-lagi melirik ke arah Genoa. Tidak tahu harus merespons apa sampai Dira belum mengeluarkan suaranya. Mereka memang sedang berada di lorong SMA May, tidak lucu juga kalau Jiwa kembali ribut dengan Genoa.

Namun, bukannya yang diharapkan Dira-Genoa berbicara-tapi cowok itu juga sama diamnya dan hanya memperhatikan mereka. Meneguk salivanya, Dira berada dibatas kegelisahan yang mengharuskannya menjawab.

"Lo mau ngomong apa?" tanya Dira masih sesekali melirik ke arah Genoa.

"Gue gak bisa ngomong di sini." Jiwa menjawab lagi. Cowok itu memang tidak melihat ke arah Genoa karena fokusnya sekarang hanya kepada Dira.

"Mau ngomong di mana?" tanya Dira sekali lagi. "Kalau di tempat lain gue gak bisa."

Jiwa mengumpat dalam hati ketika Dira mengucapkan itu. "Tapi gue mau bicara sama lo. Cuma berdua."

Genoa melipat kedua tangannya di depan dada, seolah sekarang ia sedang melihat seorang laki-laki yang sedang ingin menyatakan cinta kepada seorang perempuan.

"Dira gak mau. Maksa lo jadi orang." Genoa angkat bicara, barulah Jiwa kini melihat ke arahnya.

"Kalau lo mau bicara sama gue sekarang juga bisa," ujar Dira mencoba menjelaskan lagi jika ia memang tidak ingin pergi dengan Jiwa. "Genoa gak mungkin ikut campur urusan lo kalau itu penting."

"Gue ikut campur kalau urusan lo berkaitan sama Dira," seru Genoa lagi. "Lo ngomong sama cewek gue, udah pasti ada urusan sama dia."

"Gen," panggil Dira menahan emosi kekasihnya.

"Lo mau tampar cewek gue juga? Kayak yang lo lakuin waktu itu?" tanya Genoa kembali menyudutkan Jiwa. Gaya bicaranya memang santai, tapi tepat sasaran bahkan Jiwa sudah mulai emosi.

"Bisa gak lo gak usah ikut ngomong?!" ucap Jiwa mengepalkan tangannya kesal. Ternyata tidak bisa mengajak Dira bicara kalau dia sedang berada bersama Genoa.

"Gue cowoknya. Lo mau ngomong sama cewek gue berduaan, maksud lo apa?" tanya Genoa kini menarik tangan Dira untuk berdiri di belakangnya. Kepalan tangan Genoa siap ingin menonjok wajah orang di hadapannya. "Lo bisa ngomong di sini tanpa harus berdua!"

"Gen, udah!" Dira menggenggam tangan kiri Genoa. Menahan cowok itu agar tidak emosi karena sekarang mereka sedang ada di sekolah. "Gen, kita pergi ke kelas kamu aja. Udah, Gen. Mending kita pergi."

Akhirnya Dira berhasil menghentikan mereka berdua. Dira meninggalkan Jiwa yang seperti sedang menahan emosi sekarang, seharusnya, cowok itu bisa berhenti untuk tidak dekat dengan Dira. Dira sudah terlalu banyak beban, jangan sampai cowok itu menambah masalah juga.

"Kamu gak usah marah kayak tadi, Genoa. Kamu juga jangan mudah terpancing emosi, apalagi kita lagi di sekolah." Dira menasihati cowok itu.

"Tapi kalau gue gak kayak tadi lo pasti mau berduaan sama dia, kan?"

"Apa sih, Gen, kan tadi juga aku udah tolak Jiwa."

"Tapi kalau gak ada gue, lo mau ngomong sama dia juga."

"Siapa tau penting, Genoa. Aku juga gak mau kalau dia ajak ke tempat sepi," jawab Dira pelan.

Genoa berdecak. "Penting apanya? Dia mau nembak lo."

"Kamu tau dari mana?" tanya Dira bingung. Ia tidak tahu pasti kalau Jiwa mau menyatakan perasaannya, tapi jika benar pun Dira tidak akan menerimanya.

"Gue tau, dia kan suka sama lo. Dari tatapannya ke lo." Genoa menghentikan langkahnya lalu meraih tangan Dira, membersihkan menggunakan tangannya. Tanpa diduga Genoa mencium tangan Dira. "Lo jangan dekat dia lagi, Dir."

"Iya, Genoa. Aku cuma nggak akan dekat sama dia."

"Bener, kan?"

Dira menautkan alisnya. "Iya, Genoa, kamu tuh ya nanya berulang-ulang. Kenapa sih?"

"Gue cemburu, Dira."

* * *

ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?

SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗

LANJUT KAN?!

NEXT?

SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT

SEMOGA SUKAAA

TERIMA KASIH

FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE

Titik TerendahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang