15. SEKIRANYA SENYUMAN DIRA

894 136 105
                                    

15. SEKIRANYA SENYUMAN DIRA

* * *

Untuk sekarang Dira tidak memedulikan apapun yang orang lain katakan. Dira mencoba menuruti apa yang Genoa bilang kalau dirinya tidak perlu mendengar pembicaraan orang lain mengenai mereka. Sementara mereka berdua berusaha untuk mengembalikan hal yang hilang.

Namun, ketika Dira melihat ke dalam kelas Genoa tetapi cowok itu tidak ada di sana. Dira panik dan bertanya-tanya kemana cowok itu pergi. Memang tadi Dira tidak mengatakan kalau dirinya akan menghampiri cowok itu. Tapi setidaknya Genoa harus menunggu kedatangan Dira.

"Genoa kok gak ada?" tanya Dira ke salah satu cowok yang ia yakini teman sekelas kekasihnya. "Lo liat gak Genoa pergi ke mana?"

"Gue liat tadi dia langsung ke luar kelas aja, Dir. Tapi tau lah cowok lo kalau udah mau nyamper pacarnya gak ngomong apa-apa lagi."

"Emang Genoa gitu?" tanya Dira tidak percaya kalau dari dulu Genoa seperti itu.

"Ya elah, Dir, kalau dihiperbolain ya dunia Genoa itu cuma untuk lo. Seorang Dira yang pantas dicintai sama Genoa." Menghela napas kasar, teman Genoa itu terlihat buru-buru. "Gue jadi buat karangan bahasa Indonesia gara-gara lo. Udah gue mau cabut dulu."

Dira jadi bingung sekarang, ia tidak tahu kemana perginya Genoa. Lalu mencoba mencari cowok itu ke kantin karena siapa tahu Genoa pergi ke kantin. Namun, setelah Dira sampai sana cowok itu tidak ada.

Lalu Dira ke perpustakaan mengingat Genoa bersamanya tadi di perpustakaan. Tapi sayangnya ketika sampai di depan pintu perpustakaan Dira baru ingat kalau perpustakaan tidak buka sampai sore.

"Gen, kamu di mana sih?" Dira cukup lelah mencari cowok itu. Selama belum benar pulih, Genoa memang tidak diperbolehkan menggunakan ponsel atau pun kendaraan. Orang tua Genoa memang menitipkan pesan kepadanya untuk terus menjaga cowok itu.

Dira memperhatikan lapangan namun Genoa juga tidak ada di sana. Meneliti setiap ruangan kelas tetapi Genoa juga tidak ada di sana. Bahkan sekolah mulai sepi tapi cowok itu tidak terlihat sama sekali.

"Neng," panggil Pak Oting-beliau adalah penjaga sekolah dibagian kebersihan. "Masih di sini aja? Bapak kira cuma cowok yang ada di belakang sekolah yang sendirian."

"Cowok, Pak? Belakang sekolah di mana?" tanya Dira ingin memastikan.

"Iya, cowok. Di sebelah kantin itu, Neng, yang gudang tempat taruh buku-buku lama."

Dira semangat untuk menghampiri cowok yang dimaksud oleh beliau. "Makasih ya Pak Oting, makasih banget."

"Lho Neng gak takut?" tanya Pak Oting sekali lagi. Namun, Dira sudah melangkah jauh. "Dari tadi anak itu diam aja pas ditanya."

Akhirnya Dira sampai di belakang sekolah, tepat banyak sekali ruangan yang digunakan untuk menaruh barang-barang bekas. Di sana ia melihat seseorang yang berdiri dan postur tubuh yang Dira sangat kenal.

"Genoa!" panggil Dira menyadarkan cowok itu. "Genoa, kamu ngapain ada di sini? Aku kira kamu udah pulang. Aku capek cari kamu ke semua tempat."

Genoa menatap Dira sesaat namun ia memegang pelipisnya yang berdenyut nyeri. Ia belum merespons ucapan gadis itu tapi setidaknya kesadaran Genoa masih utuh.

"Ayo kita pulang! Kamu ngapain datang ke belakang sekolah sih, Gen, ini kan bukan gerbang. Aku bilang juga apa? Kamu gak bisa temuin jalan semudah kamu bisa temuin tulisan kantin."

"Ini bukan gerbang?" tanya Genoa memastikan sekali lagi. Dira menganggukkan kepalanya cepat. "Tapi gue kira ini gerbang. Gue merasa udah jalan benar tapi gue nemuin gerbang yang gak bisa dibuka sama sekali."

"Genoa kenapa?" Dira jadi khawatir. "Gen, ada yang sakit?"

"Gue pusing, Dira. Semua tempat kayak sama. "

Dira meraih tangan cowok itu lalu di taruh ke pundaknya, mencoba memapah Genoa yang sepertinya sulit menyeimbangkan tubuhnya sendiri.

"Aku bantu, ayo kita keluar dari sekolah! Kamu pasti mau pulang kan, Gen?" Dira mencoba tersenyum. "Aku ada, Genoa, kamu gak perlu merasa takut buat nemuin jalan. Aku yang bakal bantu kamu untuk mengingat."

Genoa memperhatikan Dira yang mencoba mengarahkan dirinya. Berjalan keluar dari tempat yang sesak tadi. Genoa baru menyadari kalau tempat itu kekurangan udara.

"Dir, dari tadi gue merasa kepala gue sakit."

Dira menatap balik mata Genoa. Tidak pernah ia tahu bahwa kekasihnya harus merasakan sakit seperti ini. Mungkin ini efek dari kecelakaan waktu itu, Dira merasakan perih di hatinya.

"Kamu kuat, Genoa!"

"Terima kasih, Dira."

"Sama-sama." Sekiranya senyuman Dira bisa menenangkan Genoa.

* * *

ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?

SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗

LANJUT KAN?!

NEXT?

SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT

SEMOGA SUKAAA

TERIMA KASIH

FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE

Siap banjir air mata???

Titik TerendahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang