41. SEBUAH KEBENARAN

694 114 1.1K
                                    

Harapan itu selalu pudar ketika kamu menghilang. Aku tidak tahu apa yang membuatmu pergi dan memilih bahagia dengan orang lain.

Tapi jika kamu kembali, jangan memaksa aku mencinta lagi karena separuh hati tidak mungkin menerima sakit hati.

* * *

GENOA sampai di kelasnya setelah Lika juga ikut menemaninya. Cewek itu mengajaknya berbicara sebentar dan langsung keluar lagi dari kelasnya.

Ia langsung memperhatikan teman-teman di kelasnya yang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Namun, ia melihat Darian dan Haris, mereka lah yang Genoa tahu duduk dekat Dira saat itu di kantin.

"Ris, ada PR gak hari ini?" tanya Genoa langsung mencari topik pembicaraan untuk mengawali obrolan.

"Weh ini lo nanyain PR atau mau nanya Dira?" Haris berbalik tanya dengan tawa yang menggelegar, cowok humoris itu memang kadang kalau bicara tanpa disaring terlebih dahulu. "Lo aja jarang nanyain PR ke gue, Gen, pasti ada Dira yang bantuin lo. Tanya lah sama Dira."

"Atau lo udah putus sama dia ya?" Kini Darian yang berbicara. "Lo pacaran sama Lika nih? Tadi dia yang nemenin lo sampai kelas. Bukan Dira lagi."

"Basa-basi lo ketahuan banget, Gen, bohongnya. Selama ini lo gak pernah nanyain pelajaran, lo pintar Man, buat apa nanyain ke orang lain?"

Genoa menghela napasnya karena memang sulit untuk berbohong. "Oke, gue mau nanyain Dira waktu itu di kantin. Ngobrol apa aja kalian?"

"Banyak," jawab Darian langsung. "Dia asik diajak ngobrol."

"Ya maksud gue kalian bahas apa?" tanya Genoa masih penasaran saja.

Darian mengendikkan bahunya dan menyuruh Haris yang berbicara saja. "Gue sih yang lebih sering ngajak ngobrol Dira, pertama emang bahas lo. Tapi lagi makan juga kasian gue lihatnya. Selebihnya dia cuma ceritain apa yang dia suka sama nggak suka."

Genoa tampak mengerutkan dahinya. "Bahas gue tentang?"

"Ya lo tanya langsung aja sama Dira. Gue gak mau cerita-cerita." Haris mengangkat kedua tangannya seolah dirinya menyerah untuk menjawab pertanyaan Genoa. "Ngobrol sama Dira seru, Gen. Gue kira dia cuma mau deket sama lo doang, calon-calon cewek yang emang disukain banyak cowok tuh."

Genoa duduk di kursinya dan terdiam mendengar respons teman sekelasnya. Mana bisa seperti itu?

"Ternyata lo selama ini nyembunyiin Dira, Gen. Cuma lo yang tau gimana dia, ternyata cuma lo doang yang boleh dan bisa jatuh cinta sama Dira."

Di lain sisi saat beberapa jam kemudian, Dira sedang terfokus pada ujian praktiknya di laboratorium.

Kelasnya sedang pengambilan nilai praktik, untungnya Dira sudah belajar semalam jadi cewek itu tidak kesulitan melakukannya.

"Dir, bantuin gue yang ini ya."

Dira yang mendengar teman sekelasnya meminta bantuan mengangguk. "Boleh, sini gue bantu."

"LIKA! LIKA! Ini kamu praktik apa? Salah semua. Ibu tanya kamu belajar gak?" Sebenarnya suara itu tidak terlalu keras namun masih bisa didengar oleh Dira. Gurunya sedang memarahi Lika karena sepertinya ada kesalahan dalam hasil praktiknya.

Lika terdiam, cewek itu sama sekali tidak membuka suara.

"Gimana Ibu mau kasih nilai kalau hasilnya jelek gini. Ulang lagi dari awal."

Dira menoleh sebentar ketika Lika kembali ke tempat duduknya. Walaupun mereka masih duduk bersebelahan tapi tidak ada yang mereka bicarakan. Bohong jika Dira dengan mudah melupakan Genoa, bahkan semalaman ia menangis sembari belajar.

Genoa sudah meninggalkan dirinya hanya demi seseorang yang cowok itu cinta, itu Lika. Dira juga tidak bisa membalikkan ingatan cowok itu atau memaksa Genoa mencintainya. Apa yang Genoa katakan sore itu kepadanya adalah sebuah kebenaran.

* * *

ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?

SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗

LANJUT KAN?!

NEXT?

SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT

SEMOGA SUKAAA

TERIMA KASIH

FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE

Titik TerendahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang