"Oh ya, bagaimana kalau kita mengunjungi suatu tempat?" usul Makoto sambil mengulas senyum.

"Oh! Boleh! Boleh! Jarang sekali kita pergi berempat, kan?" tanggapmu cepat.

Makoto pun mengajak Haru, Rin, juga dirimu untuk pergi. Kalian meninggalkan cafe tersebut lalu berjalan, hingga sampai di laut. Ah, jadi ini tempat yang ingin Makoto kunjungi untuk membuat Haru lebih tenang.

"[Name]," panggil Haru.

"Hm? Ada apa, Haru?"

"Kau ... apa sudah bisa berenang?"

Haru menopang dagunya di bahumu, lelah. Ia tak merasa geli sama sekali. Kau tertawa kecil, melihat tingkah Haru yang seperti anak kecil. Kau pun memejamkan matamu sesaat seraya membalas, "Dari dulu kan, aku memang tidak bisa berenang. Tapi―"

"Melihat Haru dan yang lain berjuang keras dalam bidang ini, membuatku ikut bersemangat. Meskipun aku tidak bisa berenang, aku bisa mendukungmu di lain hal."

Dengan cepat kau menarik tangan Haru, lalu mendorongnya menuju Makoto dan Rin. Mereka bertiga mulai bermain di deburan pantai, saling menciprat air satu sama lain.

"Oi, [Name], ayo sini ikut!" seru Rin.

"Aku pakai baju putih, bodoh," balasmu kesal dengan ajakan Rin yang terbilang santai. Irismu pun melirik ke arah jam tangan yang kau kenakan, "Oh, sudah waktunya. Hei, aku pulang dulu ya―huh?"

Haru menarik tanganmu, membuat kalian berdua jatuh dan terkena deburan ombak. Kau terkejut, tentu saja. Siapa yang tidak kaget jika diperlakukan seperti itu sebelum pulang?

"Kau bilang, kau akan mendukungku, 'kan? Jangan pulang dulu ...."

Melihatnya yang seperti itu, sontak wajahmu memerah sempurna sembari membatin, Haru mengandalkanku? Haru yang selalu mengandalkan Makoto, mengandalkanku? Ini benar-benar giliranku untuk mengurusnya!

"Pfft, Makoto, coba lihat wajah mereka berdua memerah," ejek Rin.

Kau mengerjapkan mata, tersadar kalau wajah Haru ikut memerah. Makoto mengela napas pasrah seraya memijat pelipisnya, dengan cepat ia memakaikan kamejanya di bahumu.

Ah, sial, dalamanku kan warna biru, batinmu.

Kau dan Haru pun duduk di pinggir pantai, membiarkan Rin dan Makoto kembali bermain di air. Masing-masing dari kalian tak berbicara sama sekali, membiarkan keheningan menguasai.

"A-anoo, Haru!"

"Hm?"

"A-aku memang bilang kalau ini giliranku untuk mendukungmu. Karena itu, kau boleh mengandalkanku untuk berbagai hal, tak hanya pada Makoto dan Rin-kun saja! Meskipun itu permintaan yang egois atau apapun itu!" ujarmu.

Haru mengangguk dengan wajah datar, "Kalau begitu, datanglah tiap turnamenku."

"Baiklah!"

"Kalau begitu, bawakan aku miso mackerel tiap bertemu."

"Baiklah!"

"Kalau begitu, kau harus tetap bersamaku. Jangan pernah pergi seenaknya."

"Tentu saja!" balasmu dengan kekehan kecil sembari berpikir betapa kekanakannya Haru. Tapi, kau senang, karena selama ini yang Haru andalkan hanyalah dua orang tersebut. Dirimu tak pernah sama sekali, membuatmu tak ingin kehilangan kesempatan ini.

"Oi, kalian sudah selesai?" tanya Rin yang kembali muncul di hadapan kalian bersama Makoto.

"Kalau begitu, [Name]."

Kau, Rin dan Makoto memperhatikan pemuda berambut hitam tersebut dengan lekat.

"Temani aku dalam suka duka, sehat ataupun sakit."

Kau membeku, begitu pula dengan yang lain. Rin menahan nada bicaranya seraya menepuk-nepuk punggung Makoto. Makoto hanya menghela napas kasar, sekali lagi.

"Oi, oi, oi, beneran langsung main lamar nih? Sasuga Haru, hahaha!"

"Haru ... tidak boleh begitu ke [Name]-chan."

"[Name]? Tte―[Name] tidak bereaksi! Oi, Haru, tanggung jawab!" seru Rin panik. Makoto ikutan panik.

Haru diam, memasang wajah datar.

Ini giliranku sih, iya ... tapi sekalinya giliranku, Haru langsung minta hal yang besar?

Kau mengulas senyum, yang mampu membuat bulu kuduk Rin dan Makoto merinding. Menatap bergiliran antara kedua insan yang mulai menegak ludah, mempertanyakan nasib mereka.

"Ayo bilang, siapa di antara kalian yang menodai anak polosku?"

Rin dan Makoto menggeleng dengan cepat, namun tak kau hiraukan dan sibuk mengejar mereka berdua. Haru yang melihatmu hanya tersenyum lembut, keadaan ini membuat suasana hatinya membaik.

Yah, giliran yang kau maksud adalah kesempatan bagi Haru untuk mengubah hubungan keluarga menjadi lebih romantis―tapi, sepertinya ia gagal karena kalian berdua berada di posisi sama-sama tidak peka, haha.

 
 
―END―

The Story ↠chara x readerWhere stories live. Discover now