[7] dua sisi berbeda

2.8K 524 44
                                    

Siang menjelang sore ini aku berada di perpus bersama kak Heeseung. Ya sesuai janjinya, ia akan menemaniku belajar.

Terbuang sudah 30 menit, dan aku belum bisa fokus dengan buku ku. Sejak awal duduk di kursi perpus, bukannya fokus pada materi, aku malah fokus dengan kak Heeseung.

Dari tempatku, aku lihat kak Heeseung tengah berkutat dengan ponselnyaㅡsambil sesekali tertawa.

Pemandangan yang sangat jarang terlihat. Seorang ketua OSIS yang dikenal cuek ini bisa menjadi sosok yang manis.

"Kalo gak niat belajar, mending langsung ke ruang musik aja," celetuk kak Heeseung.

Sepertinya dia sadar sedang aku perhatikan.

Aku langsung mengambil buku paket soal dan mulai mengerjakannya. 

Tinggal satu nomor lagi, tapi aku belum juga menemukan jawabannya.

Saking fokusnya pada satu soal ini, aku bahkan tidak sadar kalau kak Heeseung sudah hilang dari kursinya.

Mataku langsung melihat ke sekeliling ruangan, tidak ada tanda-tanda batang hidung kak Heeseung.

Kemana ya ?

"Nyari siapa ?" Aku menoleh dan mendapati kak Heeseung yang berdiri tepat di belakangku.

Sangat amat memalukan. Semoga ia tidak curiga kalau aku tengah mencarinya.

"Eh- enggak kok, gak nyari siapa-siapa."

"Serius ? Kok kayak kebingungan gitu sih mukanya."

Skakmat. Kak Heeseung pintar membaca ekspresi wajah.

Karena malu, aku langsung kembali dengan buku ku. Berharap kak Heeseung tidak lagi berdiri tepat di belakangku.

Tolong lah, suruh kak Heeseung kembali ke tempatnya semula.

Nyatanya, dewi fortuna tidak berpihak padaku. Aku merasakan seseorang mengambil alih kursi di sampingku. Aku sedikit melirik dan benar saja, orang itu ialah tak lain kak Heeseung.

Kak Heeseung sedikit menggeser kursinya, yang kini jaraknya jadi lebih dekat dengan kursiku.

"Lu gak ada yang mau ditanya gitu ke gue ? Secara gue kan anak olim matematika."

Fakta tentang ketos kita satu ini. Dia adalah anak olimpiade matemetika yang selalu berada di atas podium nomor 1, alias selalu juara 1.

"Tolong jelasin yang nomor ini kak."  Akhirnya jiwa ini berani untuk bertanya.

Kak Heeseung langsung menaruh ponselnya dan mengambil alih buku paketku. Ia mulai mencorat-coret di lembaran buku dengan angka yang tidak aku ketahui.

Mana tulisannya mirip tulisan dokter. Jadi tambah pusing liatnya.

"Nah ketemu. Sini, gue jelasin." 

Kak Heeseung mulai menjelaskan secara detail dari tahap pertama hingga akhir.

"Nah udah deh, habis disederhanain, langsung buat garis nya aja. Ngerti gak ?"

Dan sekarang aku baru paham. Penjelasan kak Heeseung lebih mudah dicerna ketimbang guruku yang menjelaskan.

"Ngerti banget, malah penjelasan kakak lebih gampang dicerna ketimbang Pak Ryeowook yang jelasin," ujarku.

Kak Heeseung tertawa kecil. Aku ulangi, TERTAWA.

Tidak pernah kusangka, seorang Lee Heeseung bisa tertawa semanis ini !!

Sungguh moment yang sangat amat langka.

Ketos | Lee HeeseungWhere stories live. Discover now