[ 29 ] tanpa jejak

1.4K 291 80
                                    

Selesai menetapkan seluruh KIP dan pencapaian program kerja. Heeseung memilih minggat dari ruang sekre menuju kantin.

Ketua OSIS itu sedang dilanda banyak pikiran. Semester pertama kelas 12 ini Heeseung tengah mempersiapkan beasiswa luar negeri nya untuk jenjang kuliah serta tengah sibuk menyiapkan Sidang Akhir Jabatan.

Ya, tinggal menghitung hari Heeseung akhirnya lengser dari Ketua OSIS.

Heeseung tiba di kantin dan memesan semangkuk ramen. Makanan yang ia jamin bisa menaikkan mood nya. Semacam healing menurut Heeseung.

Kantin kosong melompong. Cocok untuk Heeseung menenangkan diri. Pemuda itu duduk di kursi dekat balkon kantin. Angin menerpa wajah tampan Heeseung, mengibas rambut nya lembut.

"Den Heeseung ?" seorang penjual kantin menyadarkan lamunan Heeseung, membuat Heeseung menoleh dan melihat semangkuk ramen pesanan nya sudah ada di depan nya.

"Jangan ngelamun sore-sore, gak baik Den," ujar sang penjual.

Heeseung merespons dengan senyuman. Pemuda itu kemudian menyantap semangkuk ramen nya hingga tetes terakhir. Mangkuk ramen bersih tanpa sisa.

Ketika Heeseung hendak pergi, ia mendapati sosok Adela tengah berjalan masuk ke area kantin. Melihat sosok Adela membuat Heeseung diam di tempat sambil memantau gadis itu dari kejauhan.

"Kak Heeseung !" fokus Heeseung teralihkan saat seseorang memanggilnya.

Heeseung menoleh dan mendapati Melisa menghampirinya. Gadis itu langsung mengambil tempat kosong di samping Heeseung.

Sejak OSGATH Melisa sering menempel ke Heeseung. Seperti sekarang ini Melisa tanpa aba-aba merangkul lengan Heeseung.

Pemuda yang dikenal dingin dan jutek itu pun melepas rangkulan Melisa, "Kalo ada perlu gak usah bertele-tele, langsung aja."

Seakan tidak merasa bersalah, Melisa pun senyum-senyum sedangkan Heeseung hanya bisa memutar bola matanya malas.

"Melisa boleh ya pulang bareng kak Heeseung ?"

Heeseung langsung berdiri dan meninggalkan Melisa. Tidak, Melisa tidak tinggal diam. Gadis itu berlari mengejar Heeseung.

"Kak Hee-" tiba-tiba Melisa jatuh dan Heeseung langsung menoleh.

Bukan cuma Heeseung, disana ada Adela dan beberapa orang lainnya yang melihat adegan itu.
Karena Heeseung orang terdekat jadi Heeseung mendekati Melisa. Ia membantu Melisa berdiri.

Sadar akan Adela yang melihat kejadian itu menjadikan kesempatan untuk Melisa. Gadis itu menarik badan Heeseung sehingga kini Heeseung berada tepat di atas nya.

"M-maaf kak, kaki Melisa tiba-tiba sakit."

Heeseung buru-buru berdiri dan matanya langsung bertemu dengan milik Adela. Yang ditatap langsung memutus kontak dan berdiri dari tempat.

"A-aku balik duluan ya, semangat buat 3 hari lagi Sidang Akhir !" kemudian Adela bergegas pergi dari kantin. Mata Heeseung mengikuti figur Adela dan mengejarnya. Ia membiarkan Melisa yang terus menerus meneriaki namanya.

Dan tepat di koridor Heeseung berhasil meraih lengan Adela dan memutar tubuh gadis mungil itu. Membuat Heeseung langsung memeluknya.

Adela yang kaget akan tindakan Heeseung langsung mendorong tubuh Heeseung. Syukurlah pemuda itu sadar, Heeseung merutuki dirinya bodoh.

'Ngapain anjir ?! Lu gak tau malu banget ya Seung ?!' batin Heeseung.

"Kenapa kak ?" tanya Adela dingin. Heeseung kaget mendengar intonasi Adela. Tidak pernah ia mendengar intonasi Adela dingin seperti sekarang.

Ketos | Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang