Kemudian Bu Lala, istri Pak Lili datang mendatangi pos satpam yang di dekat gerbang itu dengan segelas kopi hitam dan segelas kopi good day.

"Ai sia, malah main catur," ujar Bu Lili geleng-geleng. "Nih, kopi item buat Bapak, good day buat kamu Hendra."

"Hendri, Bu." koreksi Hendri seraya menerima segelas minumannya dari ibu kantin yang akrab sama dia.

"Oh iya, Hendri! Maap ketuker namanya kamu sama anak kelas 12 Ibu teh,"

Gak lama, Yeri keluar dari lorong utama sekolah dan berjalan menuju parkiran dan pemandangan tersebut terlihat oleh Bu Lili.

"Tuh si Eneng sodaramu udah ke parkiran loh Hen,"

"Loh, kalian sodaraan?" kata Pak Lili kepo.

Hendri nyengir, "Henteu, Pak. Si Ibu aja ini yang lebay," canda Hendri. "Biarin aja, Bu. Emang tadi saya suruh bareng Arjuna ke Inten-nya." sambung Hendri ke Bu Lala.

Bu Lala mengangguk, "Ooo, tumben gak bareng?"

"Saya mau nemenin si Bapak main catur, Bu. Kasian si Bapak kesepian katanya kalo gak ada saya."

"Aih, aya-aya wae maneh mah, Hen!"

●●●●●

Kelas bimbel Yeri dan Hendri sudah selesai tepat jam 8 malam. Seperti rutinitas biasa sejak kelas 10 setiap pulang les, pasti Yeri nebeng ke Hendri.

Hendri gak keberatan sih karena ya kan sekalian namanya juga searah. Sebagai parasit motor Hendri juga Yeri gak keberatan kalau disuruh tanggung bayar bensin, bahkan Yeri gak keberatan kalau misalnya tiap pulang les dia suka dibawa ke warjok. Itu tuh, basecamp-nya Falcon si geng sekolah.

"Yer, warjok dulu ya. Ada perlu gue," ujar Hendri ketika mereka sedang berjalan ke parkiran motor.

"He em," Yeri mengangguk pasrah.

"Bawa jaket gak lo hari ini?" tanya Hendri.

Yeri menggeleng, "enggak."

"Yaudah nih, pake hoodie gue,"

Yeri menurut. Bagi Yeri, sudah aturan tak tertulis dari Hendri kalau mereka ke warjok Yeri harus memakai jaket atau cardigan atau apapun itu bentuk outernya.

Bukan biar stylish sih, buat mengurangi risiko aja. Karena Hendri paham betul teman-teman gengnya itu gak semuanya punya pemikiran baik ke perempuan. Ya tau lah, anak tongkrongan gimana. At this point Yeri bersyukur sahabatnya ini termasuk anak baik-baik di sana.

"Ih anjir bau keringet," protes Yeri setelah mengendus kerah hoodie Hendri. "Mandi gak sih lo,"

"Banyak omong bocil, cepet naik."

Padahal bukan bau keringet doang sih... Hendri suka gigitin kerah hoodienya... jangan bilang-bilang Yeri ya....

Motor Hendri meluncur di jalan ibukota pukul delapan malam itu. Jarak warjok dari sekolah maupun tempat bimbel mereka gak jauh banget sih, tapi gak dekat juga. Mungkin bisa memakan waktu 10-15 menit kalau gak ngebut.

Ketika sudah sampai ke warkop yang masih diisi murid-murid SMA yang merupakan geng tongkrongan Hendri itu, Yeri mengekor Hendri turun dari motor dan berdiri di belakangnya.

Jujur ini mah Yeri masih suka deg-degan kalau diajak ke sini soalnya selain bau rokok, bau indomie, bau kopi, dan bau kartu remi, isinya mayoritas ya laki-laki yang sifat-sifatnya belum Yeri kenal.

"Oi Hengki, bawa Yeri lu," sapa Hangga begitu Hendri masuk. "Hai, Yer,"

"Hai, Hang," sapa balik Yeri. Ah, untung Hangga teman sekelasnya yang juga merupakan ketua geng sedang berada di sini. Jadinya gak was-was banget deh Yeri.

Five or Nothing (Yeri x 99l NCT WayV)Where stories live. Discover now