☘️ Empat Puluh ☘️

17K 1.1K 66
                                    

Keesokan harinya, lomba Olimpiade Sains telah dilaksanakan, dan kini para peserta lomba sedang menunggu pengumuman pemenang.

Via menghela nafasnya, ia tak yakin bisa memenangkan perlombaan ini karena tadi saat perlombaan berlangsung ia tidak fokus, itu dikarenakan sebuah surat yang diberikan oleh orang misterius tadi malam.

Selain itu, sekitar jam 2 malam, Via mendapatkan sebuah notifikasi chat dari seseorang yang tidak dikenal, isi chat tersebut sama dengan surat yang diberikan oleh orang misterius semalam, Via yakin, itu adalah orang yang sama.

"Acara berikutnya adalah, pengumuman pemenang perlombaan Olimpiade Sains tingkat kota tahun ini!"

"Juara ketiga, diraih oleh— SAFIRA HANINDYA PUTRI DARI STARSHINE HIGH SCHOOL!"

Prok...prok...prok...

Suara tepuk tangan bersahut-sahutan, Via pun ikut bertepuk tangan, namun tidak heboh seperti orang lain, jantungnya berdetak tak karuan, ia takut mengecewakan sekolahnya.

"Kepada Safira Hanindya Putri silahkan maju kedepan."

"Lanjut. Juara kedua, diraih oleh— DEZVITA SASKIA MAHARANI DARI BRITANIA HIGH SCHOOL!"

Prok...prok...prok...

Via menggigit bibir bawahnya, kenapa namanya belum disebut juga, ia menatap kearah sebelahnya, seorang guru yang mendampinginya, Bu Lely, guru tersebut tampak sangat tenang.

"Bu, kok nama Via gak disebut-sebut ya?" tanya Via ragu kearah Bu Lely.

Bu Lely tersenyum hangat kearah Via. "Coba untuk tetap berpikir positif, siapa tau kamu juara pertama?." Bu Lely mengusap-usap puncak kepala Via. "Kalaupun kamu gak menang, gak papa, itu tandanya bukan rejeki kamu."

Via menjadi lebih tenang sekarang, ia tersenyum kecil. "Terima kasih, Bu."

"Iya sama-sama."

"Dan juara pertama, diraih oleh— RAJENDRA ATHMAR ALEO DARI TRIDARMA HIGH SCHOOL!"

Prok...prok...prok...

Suara tepuk tangan kali ini lebih heboh dari sebelumnya. Via menghembuskan nafasnya kasar, ternyata benar dugaannya, ia gagal, ia tak berhasil membanggakan sekolah dan kedua orang tuanya.

Via menatap kearah Bu Lely. "Maaf Bu, Via gak berhasil," ucapnya meminta maaf.

Bukannya marah, Bu Lely justru tersenyum hangat kearah Via. "Via, gak papa, yang penting kamu sudah berusaha, menang atau kalah itu hal yang biasa dalam suatu perlombaan, jadikan ini semua pengalaman ya... Ibu yakin, suatu saat kamu pasti bisa, tetap semangat Via."

"Makasih Bu udah mau ngesupport Via."

"Iya sama-sama, jangan mudah nyerah ya, harus tetap semangat!"

"Siap Bu!"

***

Via masuk kedalam rumahnya, ia menatap kearah sekelilingnya yang tampak begitu sepi. Ia berpikir sejenak, beberapa detik kemudian, ia menepuk jidatnya pelan. "Ya iyalah sepi! Mama sama Papa pasti masih kerja, dan Arga masih Sekolah," ucapnya.

Drrrttt...drrttt...

Gadis itu mengambil handphonenya yang ada didalam totebag, ia menatap layar handphonenya. "Sandra," gumamnya pelan.

"Hallo, Sandra? Ada apa?"

"Hy Vi! Gila! Gue sama Nindy kangen banget sama lo, padahal baru sehari gak ketemu, eh gimana-gimana, menang?"

Tadinya Via tersenyum saat mengetahui kedua sahabatnya merindukannya, namun senyuman itu perlahan memudar saat Sandra menanyakan hal yang sangat membuat moodnya menurun.

"Via gak menang, gagal."

"Hah? Serius? Jangan bercanda lo Vi! Masa iya sih, gak percaya ah gue!"

"Serius Sandra, Via gak menang."

"Yah... ya udah deh gak papa Vi, yang penting lo kan udah berusaha, gue sama Nindy tetap bangga sama lo!"

"Thank you San, Nindy mana—"

"Ehhh hay Vi!!! Tadi gue denger lo gak menang? Yah... padahal gue udah berharap banget pengen foto sama piala lo nantinya, tapi gak papa deh, semangat terus Via! Gue sama Sandra pasti akan selalu ngedukung lo!"

"Makasih banyak Nindy!"

"Besok lo sekolah kan, Vi?"

"Iya, Via pasti sekolah kok."

"Oke Vi— eh anjir ada guru, bye Vi."

Tut.

Via terkekeh pelan, padahal belum sempat ia membalas perkataan Nindy, tapi sambungan telepon langsung terputus.

"Assalamualaikum— eh anak Mama yang cantik udah sampai duluan ternyata, pantas pintu rumah kebuka." Keysheva menaruh tas yang dibawanya diatas sofa, ia menghampiri Via.

"Hey? Kenapa murung gitu, hmm?" Keysheva tersenyum kearah putri sulungnya. Via menatap sang Mama, ia menghela nafasnya. "Via gak berhasil menangin lomba itu Ma, Via gagal buat Mama sama Papa bangga dengan Via."

Keysheva terdiam sejenak, namun beberapa detik kemudian ia mengusap-usap puncak kepala Via. "Sayang, dengerin Mama, Mama sama Papa itu selalu bangga sama princess yang satu ini, Mama sama Papa sangat bersyukur punya anak kayak kamu, baik, pintar, cantik lagi." Keysheva memegang kedua pundak Via. "Jangan patah semangat hanya karena kamu gagal, kamu bisa coba lagi nanti kan? Mungkin kamu memang gagal sekarang, tapi beruntung dilain waktu."

Via terharu, ia langsung memeluk Keysheva erat. "Via sayang banget sama Mama. Via beruntung punya Mama yang sangat baik, maaf, hari itu Via ngelawan Mama, Via benar-benar kelepasan, Via gak bermaksud—"

"Sssttt... udah, jangan diterusin, Mama ngerti kok, kamu gak sengaja kan ngelawan Mama? Mama paham, mana mungkin anak Mama yang satu ini berani ngelawan Mamanya," potong Keysheva.

Sebulir air mata menetes di pipi Via, cepat-cepat ia menghapusnya. "Makasih Ma."

"Jangan nangis, Mama gak suka liat kamu nangis."

"Hehe, iya Ma, Via gak nangis kok, cuman terharu aja, Mama selalu ngesupport Via dalam keadaan apapun."

"Kan Mama sayang sama kamu."

Via menghela nafasnya, ia tersenyum tipis. "Iya Ma, oh iya... Papa mana? Tumben gak bareng Mama."

"Tau tuh, Mama udah bilang kalau Mama pulang agak cepet hari ini, Mama udah nungguin Papa kamu dari tadi tapi gak datang-datang, ya udah Mama pesan taksi online aja," jawab Keysheva.

Via mengangguk pelan. "Oh."

"Iya mungkin Papa sibuk, ini jam berapa sih—" Keysheva melirik kearah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. "Hampir jam tiga."

"Kamu mandinya nanti apa sekarang, Vi?"

"Sekarang aja deh Ma, gerah banget."

"Ya udah, kamu mandi dulu gih, Mama mau siapin makanan."

"Ma..."

"Hmm?"

"Emm—" Via sedikit menjeda ucapannya. "Kira-kira Papa bakal marah gak ya kalau tau Via gagal?"

Keysheva terkekeh pelan. "Mama yakin, Papa gak bakal marah sama kamu, Papa pasti ngerti kok."

"Beneran Ma?" Via bertanya sekali lagi sembari memanyunkan bibirnya.

"Iya beneran, Mama jamin, Papa gak bakal marah. Sana gih mandi, Mama mau masak dulu."

"Oke deh, Ma."

Via pun pergi ke kamarnya, sedangkan Keysheva pergi menuju ke dapur untuk menyiapkan makanan.












Nanti sore aku update lagi!


•••TBC•••

Vendo for Via Where stories live. Discover now