☘️ Sembilan ☘️

14.3K 1K 69
                                    

"Pah, Via mau dekor ulang kamar Via dong, Via pengen ubah jadi nuansa biru."

Angkasa menatap kearah Via, ia terdiam sejenak, beberapa detik kemudian ia mengangguk, "Oke, nanti kita dekor ulang kamar kamu."

"Bener Pah? Yes, asik."

"Padahal kan dekor kamar kamu yang lama juga bagus Vi, kenapa gonta-ganti mulu? Buang-buang uang tau." Tiba-tiba Keysheva datang menghampiri Angkasa dan Via yang asik berbincang-bincang mengenai dekorasi kamar Via.

"Via udah bosen tau Ma..."

"Kamu itu harusnya—"

"Sayang, udah." Angkasa mengusap-usap pundak Keysheva, ia menatap Keysheva seolah-olah menyuruh wanita itu untuk menyudahi perdebatannya dengan anak sulung mereka, "Udah ya, gak papa kok kalau Via maunya begitu," ujar Angkasa.

Keysheva menghela nafasnya, lagi-lagi suaminya menuruti putri sulungnya.

Kalau begini terus, Via akan semakin menjadi anak yang manja, semua kemauannya selalu saja dituruti oleh sang Papa.

"Terserah kamu aja lah."

"Ma, masa kan, di kelas Via ada murid baru," ucap Via kearah Keysheva.

Keysheva menaikkan sebelah alisnya, "Murid baru? Siapa?"

"Namanya Felly."

"Oh... bagus dong, itu tandanya teman kamu bertambah, iya kan?"

Via menganggukan kepalanya, namun setelah mengingat bagaimana sikap Vendo kepada gadis itu, Via langsung menghela nafasnya.

"Kenapa, hmm?"

"Kayaknya, Vendo suka Ma sama Felly," ucap Via.

Keysheva terdiam, ia bingung harus menjawab apa, ia menatap kearah Angkasa, seolah menyuruh lelaki itu untuk menjawabnya.

"Emm, memangnya Via suka ya sama Vendo? Via cemburu ya?" tanya Angkasa.

Via menggelengkan kepalanya, ia juga tak mengerti dengan perasaannya sendiri, apakah ia jatuh cinta dengan sahabatnya yang satu itu?

"Via gak tau Pah."

"Loh, kok gak tau sama perasaan sendiri. Coba Via cari tau dulu gimana perasaan Via, apakah Via jatuh cinta kepada Vendo, atau enggak."

"Kalau seandainya Via suka sama Vendo, gimana?" tanya Via dengan wajah polosnya.

Angkasa mencubit pipi kanan Via, gemas dengan gadis itu, "Kalau suka, ya bilang, jangan dipendam, kayak Mama kamu tu, suka sama Papa dari jaman SMA gak pernah mau bilang, dipendam mulu perasaannya."

"Yeu, biarin aja yang penting sekarang udah nikah," sahut Keysheva cepat.

"Via cari tau dulu deh gimana perasaan Via yang sebenarnya, apa iya Via suka sama Vendo." Via menggembungkan pipinya.

"Jangan lama-lama mikirnya, keburu Vendo diambil Fe— siapa tadi namanya?"

Via memutar kedua bola matanya jengah, "Felly, Pah."

"Nah iya itu Felly! Emang kamu mau Vendo diambil cewek lain?" Angkasa menakut-nakuti Via.

Via menggelengkan kepalanya cepat, "Gak mau Papa."

"Emang kamu mau dimadu?"

"Angaksa! Ngomongnya!" Keysheva menatap tajam Angkasa, lelaki itu selalu saja berbicara asal, tak peduli siapa yang menjadi lawan bicaranya.

"Hah? Dimadu? Apaan tuh?" tanya Via bingung, ia tak mengerti apa yang dimaksud oleh Papanya.

"Udah udah, gak usah dipikirin, Papa kamu emang suka asal kalau ngomong," ucap Keysheva. Via pun mengangguk mengiyakan, "Iya sih Papa emang suka asal kalau ngomong," ucapnya santai.

Vendo for Via Where stories live. Discover now