16. Present

2.2K 492 46
                                    

Berjalan kearah kamar Rose, aku berpikir jika aku didalam kamar sendirian, aku pasti hanya akan kepikiran dan merasa tidak tenang. Ini baru 15 menit dan seharusnya mereka belum terlepas. Aku menghembuskan nafas sambil menghibur diriku sendiri jika aku tak akan mendapat masalah apapun.

Saat sedang berada di persimpangan aku terlonjak kaget saat mendapati Irena melotot seram kearahku. Meneguk ludah kasar saat aku merasakan akan ada hal buruk yang menimpaku sebentar lagi. Aku berjalan mundur saat Irena melangkah mendekat.

"Kau ikut aku!" Ucapnya tegas sambil mencekal tanganku erat. Aku merasa sedikit kesakitan karena genggamannya yang terlalu erat. Aku memberontak saat dia mulai menariku entah kemana.

"Hei kita mau kemana lagi, aku tidak membuat masalah lagi denganmu Auwww~ Irena!" Ucapku tapi sama sekali tak dihiraukan olehnya. Sungguh tanganku akan remuk jika dia tak segera melepaskannya. Kenapa dia terlihat marah sekali, apa penyebabnya hingga dia jadi seperti ini. Terlebih apa hubungannya denganku?

Saat kita berbelok kesebuah lorong yang sangat amat aku kenali, rasa takutku mulai muncul. Kenapa Irena menarikku kemari lagi padahal aku bersusah payah membuat kakiku melangkah pergi dari tempat ini.

Dia mendorong kasar pintu yang terbuat dari kayu dengan ukiran indah dan itu menimbulkan suara yang keras. Aku sedikit terkejut karena ulahnya. Aku menatap takut-takut kedepan, astaga jangan bilang kalau ini semua perintah Pangeran itu.

"Cepat bebaskan mereka bertiga! Lancang sekali dirimu melakukan ini pada mereka bertiga. Terlebih pada Jaehyun, dia ini pangeran dari Helia asal kau tahu. Jadi cepat hilangkan mantramu sekarang!!" Irena berteriak marah padaku, aku sedikit bergetar karena mendengar suaranya yang melengking.

"CEPATT!!"Sentaknya saat aku hanya diam saja.

Aku mengangkat tanganku yang bergetar, menutup mata sambil mempersiapkan diriku untuk kedepannya. Entah apa yang akan terjadi pada diriku, tapi aku berharap ada tidak ada hal buruk yang menimpa kak Astia karena ulah bodohku ini.

Saat tubuh mereka bertiga telah terbebas dari mantraku aku tak berani sama sekali mengangkat kepalaku. Karena sekilas aku melihat Jaehyun menatapku seolah ingin membunuhku saat ini juga.

Menunggu memanglah hal yang paling aku benci seperti sekarang ini. Tak ada satupun dari mereka yang buka suara maupun melakukan sesuatu. Dan itu malah membuatku makin gelisah karena itu membuatku mengingat sebuah kalimat yaitu 'tenang sebelum badai menerjang'. Mungkin mereka diam karena berpikir sekiranya apa hukuman yang cocok untukku.

"Hei!"

Aku terlonjak pelan kala mendengar Jaehyun berseru, aku menatapnya tetapi hanya sebentar. Jiwaku gentar hanya karena tatapannya itu. Rasa aneh itu muncul lagi tanpa bisa aku kendalikan.

"Beberapa orang berpikir tanpa logika, bersuara tanpa makna, berbuat tanpa menimbang. Kau tahu apa yang aku pikirkan tentang dirimu? Kita adalah sepasang mata yang sama-sama tahu, ada hal yang kita rasakan, tapi memilih untuk diam. Diam untuk kemudian, yang entah kapan saling memperjuangkan."

Aku mengangkat kepalaku seketika dan menatapnya kala mendengar perkataannya yang cukup ambigu untuk dicerna menurutku. Apa maksud dari semua yang dia katakan. "Maksudnu?" Tanyaku tak paham.

"Bila sesuatu berjalan tidak sesuai dengan rencana, terimalah sebagai bagian dari tanggung jawab. Karena itu, mulai sekarang kau harus menuruti semua yang aku inginkan," ucap Jaehyun sambil tersenyum miring memandangku.

Aku mengepalkan tangan, aku kini mulai paham arah pembicaraan ini. "Kenapa aku harus menuruti dirimu?! Sebenarnya kenapa kau selalu mengangguku, aku bahkan tak kenal siapa dirimu pada awalnya!" Jawabku sambil mempertahankan menatap matanya. Aku tidak ingin terlihat lemah kali ini. Tidak, sudah cukup menjadi seorang gadis lemah. Seorang Lalisa harus kuat!

Dia hanya menatapku dalam, "Semua ini tidak akan menjadi serumit ini jika kau dari awal memberikan kitab itu. Jika kau memberikannya maka aku akan melepaskanmu."

Entah perkataannya bisa dipercayai atau tidak. Tapi seperti tak ada keraguan dimatanya. Dia sepertinya tak main-main dengan perkataannya barusan.

"Arrggh... kalau begitu ini ambilah!!" Kemarahnku tak bisa kutahan lagi. Aku sudah tak ingin berurusan dengannya lagi. Aku melemparkan kitab itu tepat dikakinya. Nafasku tersengal-sengal, entah mendapat keberanian dari mana melakukan hal seperti itu, aku kemudian menatapnya sengit.

Sepertinya Mingyu, Mr.Victor bahkan Irena terkejut melihat kelakuanku. "Itu kan yang kau mau? Aku sudah memberikannya padamu, kalau begitu ambilah!! Tapi, tepati perkataanmu tadi, jadilah pria yang dapat dipegang perkataanya mengerti?!" Aku berucap marah padanya, intonasiku juga ikut naik.

"Kau memberikan kitab itu begitu saja bahkan didepanku Lis? Tak kusangka kau melakukan hal ini!" Mingyu terlihat kesal, wajahnya juga terlihat memerah. Sudahlah lagipula sudah terlanjur, jadi tak ada kesempatan lagi untuk mundur sekarang ini.

"Dengar, mungkin ini akan terdengar menyakitkan, tapi sebelumnya aku meminta maaf. Aku tak pernah sekalipun ingin memiliki kitab itu, aku juga tak ingin kau memberikan itu kepadaku! Kau dan kitab itu telah membuatku dalam masalah, kalian semua membuat hidupku tak tenang. Apa kau tahu Mingyu? Hampir setiap malam aku tidak bisa tidur memikirkan ancaman Jaehyun yang ingin mengambil kitab itu. Tapi sudah cukup aku sudah lelah!!" Kemarahanku benar-benar meledak sekarang ini.

Kulihat Mingyu terdiam, dia menatapku lama. Irena juga tak berkata apapun. Aku meraba leherku dan menarik kalung yang aku pakai hingga putus. Aku mendekat pada Mr.Victor lalu mengembalikan kalung itu padanya. "Maaf jika saya mengembalikan kalung ini. Saya tidak ingin ada masalah baru lagi. Jadi lebih baik jika saya tak menerima apapun.

"Hei kalung ini tidak akan berdampak apa-apa terhadapmu, jadi ambil saja," ucapnya sambil menyodorkan kalung itu lagi padaku.

"Maaf, saya tidak mau menerima kalung itu lagi. Dan saya ingin bertanya sesuatu. Dimana Mr.Poison sekarang ini?" Tanyaku dan Mr.Victor terlihat bingung.

"Untuk apa kau menemui Mr.Victor? Jangan berbuat hal yang dapat membuatmu celaka Lisa!"

"Saya tidak ada niatan untuk mencelakakan diri. Tapi saya berniat untuk memutus pendidikan di High School Science. Lebih baik saya menempuh pendidikan sihir di tempat lain, permisi!" Aku langsung pergi setelah mengucapkan perkataanku.

Dulu mimpiku adalah bisa berada ditempat ini. Tapi sekarang aku berharap ingin pergi dari sini, dan tidak akan pernah kembali lagi. Semoga saja aku tak salah kali ini.

_____9 oktober 2021_____

_____9 oktober 2021_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Goddess Of Light [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang