29. Present

1.4K 329 56
                                    

Berpasang-pasang mata kini mengintaiku dan juga Jaehyun yang masih tak sadarkan diri. Ilos mengajak diriku untuk pergi ke tempat mereka tinggal, karena jaraknya yang lumayan dekat. Dia juga berkata ingin membantu menyembuhkan Jaehyun.

Awalnya tentu aku merasa curiga pada mereka. Tak semudah itu aku melupakan serangan brutal dari para Auldrá. Tetapi karena Ilos telah berjanji tak akan berbuat jahat maupun licik di belakang kami, maka aku menyetujuinya. Semoga saja mereka memang benar ingin menolong.

Jika aku perhatikan para Auldrá memiliki tanda yang berbeda di setiap lengan kiri mereka. Aku pikir tanda mereka sama, tapi nyatanya sangat berbeda. Untuk para wanita, tandanya cenderung lebih sederhana dan meruncing ke bawah. Sementara punya para laki-laki sangat rumit dan memenuhi hampir tangan kiri mereka.

Aku tak tahu dan tak ada gambaran untuk kedepannya akan berakhir seperti apa. Namun, aku harap semua nanti akan baik-baik saja. Walau kebanyakan para Auldrá menatapku aneh tapi aku berusaha bersikap tenang. Mereka mungkin hanya penasaran padaku dan juga Jaehyun yang kini tengah di bopong oleh Rion dan Frez. Atau mungkin malah pada bercak biru yang kini menghiasi pelipis hingga ke pipi tiga di antara mereka.

Akhirnya kami sampai di sebuah pondok yang paling besar dari yang lain. Sepertinya ini kediaman Ilos, karena yang dia katakan beberapa saat lalu jika dia pemimpin para Auldrá. Jadi pondoknya pasti yang paling besar. Aku mengamati sekeliling dalam diam. Ukiran-ukiran rumit memenuhi hampir setiap sudut ruangan yang terbuat dari kayu. Sepertinya darah seni pada para Auldrá begitu kuat.

Frez dan Rion membaringkan tubuh Jaehyun di ranjang yang terbuat dari kayu yang hanya dilapisi anyaman daun kering. Aku mendekati tubuh Jaehyun yang masih lemah itu dan menatap pada Ilos. "Apakah kalian tahu mengenai pengobatan?" Tanyaku pelan.

"Ck, jangan meragukan kami. Walau memang ability kami hanyalah angin, tapi jangan kau pikir kami ini bodoh." Celetuk salah satu keponakan Ilos, entah itu Rion atau Frez karena aku masih bingung akan mereka berdua.

Ilos menatap keponakannya tajam. "Jaga bicaramu Frez, bersikaplah sopan padanya. Ingat, dia memberikan kita kesempatan untuk hidup," ucap Ilos memperingatkan. Sementara Frez malah mendengus tak suka.

"Iya aku tahu paman. Tapi dia juga telah membunuh banyak anggota kita. Bahkan sahabatku Klow juga di bunuh olehnya. Jadi dia tidak terlalu pantas jika kita bawa kemari, apalagi menolongnya." Jawab Frez sambil menatap tajam kearahku. Dari nada bicaranya aku sudah tahu dia memang tidak menyukai keberadaanku.

"Cukup! Jangan kau ungkit-ungkit lagi kejadian tadi. Semuanya juga tidak akan menjadi seperti ini jika kita tak menyerang mereka berdua. Sama seperti kita yang mempertahankan diri, mereka berdua juga sama. Apakah kau pikir mereka dengan suka rela kita bunuh begitu?!" Nada bicara Ilos mulai meninggi pada Frez. Sepertinya dia agak kesal dengan keponakanya ini.

Berbeda dengan Frez yang sejak tadi berdebat, aku lirik Rion hanya diam saja mendengarkan. Dia tipe yang tidak terlalu perduli sepertinya, atau memang dia tidak ingin ikut campur akan masalah pamannya dengan Frez, entahlah aku tidak tahu.

"Rion, panggilakan Sora kemari. Dan bilang untuk membawa obat serta alat pengobatan." Perintah Ilos pada Rion yang kini mengangguk dan mulai pergi menemui Sora yang di maksud Ilos ini.

Sebenarnya aku tidak senang melihat orang lain bertengkar apalagi di depanku seperti ini. Tapi bagaimana lagi, aku tidak ada pilihan lain selain hanya diam dan mendengarkan. Tak mungkin juga aku memotong maupun menyuruh berhenti mereka berdua, aku masih tahu tata krama dan batasan. Aku tak memiliki hak untuk melakukan hal itu.

Goddess Of Light [END]Where stories live. Discover now