☘️ Tiga Puluh Enam ☘️

Start from the beginning
                                    

"Kayaknya serius banget ngobrolnya, tentang apa sih?"

"Ini loh, Via mau pindah katanya," jawab Angkasa.

Keysheva menatap kearah Via sembari menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa pindah? Kamu punya masalah ya di Sekolah? Kamu bikin masalah apa? Cerita aja sama Mama sama Papa, kita gak bakal marah."

"Enggak Ma, Via gak bikin masalah apapun, Via pengen pindah aja, pengen cobain suasana baru."

Keysheva mengusap-usap puncak kepala Via. "Kamu gak mau cerita apapun sama Mama dan Papa tentang kedua mata kamu yang sembab?"

"Via baik-baik aja kok Ma. Via mau istirahat sekarang."

Angkasa dan Keysheva saling bertatapan, mereka tak percaya kalau gadis itu sedang baik-baik saja, pasti ia sedang tidak baik-baik saja.

Mungkin Via belum siap bercerita, Angkasa dan Keysheva memakluminya.

"Istirahat gih, good night princess."

"Good night too Mama, Papa. Via sayang sama kalian."

"Mama sama Papa juga sayang sama kamu."

***

Keesokan harinya, di Sekolah, Via sudah sangat jenuh menunggu kedua sahabatnya yang masih makan. Lama sekali.

"Via duluan ya," ucapnya malas.

"Yah... gak asik lo," sahut Nindy.

"Kalian lama banget," jawab Via.

"Bentar lagi nih Vi, tunggu dulu," ucap Sandra menyuruh Via untuk menunggu dirinya dan Nindy.

"Via duluan aja deh, mau belajar juga, tadi malam gak sempat."

"Belajar mulu, gak pusing Vi? Kok bisa gitu ya?"

Via terkekeh pelan. "Via duluan ya Nindy, Sandra, bye bye." Via langsung pergi dari area Kantin, tak peduli dengan kedua sahabatnya yang teriak memanggil namanya.

"Hy Vi, dari Kantin ya?"

Via menghentikan langkahnya, menatap seorang gadis yang sedang mengajaknya bicara. "Iya, Via dari Kantin," sahutnya datar.

Gadis itu tersenyum kearah Via. "Sekarang pasti lo mau ke kelas kan? Mau belajar? Bareng yuk Vi, sekalian gue mau nanya sama lo, ada beberapa soal fisika yang gue gak ngerti."

Via menatap Felly datar. "Via pengen belajar sendiri, biar lebih fokus," sahut Via sembari menekan tiga kata terakhir.

Felly menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa Vi? Biasanya lo seneng ngajarin orang yang lagi kesusahan."

Via mengangguk pelan. "Seneng kok, asal bukan ngajarin Felly."

"Lo kenapa tiba-tiba git—"

"Gak tiba-tiba kok, setelah perlakuan Felly ke Via tadi malam, Felly bentak-bentak Via, apapun yang Via lakuin pasti selalu salah. Via baru sadar, ternyata Felly bukan orang yang baik."

Felly terdiam sejenak, setelah beberapa detik baru ia menjawab ucapan Via. "Lo dengerin pen—"

"Via ke kelas duluan ya."

Felly memanggil Via, hal itu membuat Via menghentikan langkahnya, ia menatap Felly lagi. "Apa?" tanya Via malas.

"Lo harus dengerin gue dulu."

"Kalau memang Felly jahat ke Via karena gak mau Via deket-deket lagi sama Vendo, bilang aja, Via bisa jauhin Vendo tanpa Felly jahat ke Via, tanpa dibentak-bentak, Via bisa kok jauhin—"

"Eitsss ada apa nih?" Tiga orang gadis menghampiri Via dan Felly yang mengobrol di koridor.

"Kayaknya seru banget, lagi berantem kayaknya May, wah gue harus upload ke sosmed nih," ucap Rista, gadis yang selalu update.

Maya tertawa pelan. "Apa tadi kata lo Ris? Berantem? Kok bisa sih cewek-cewek polos kayak kalian ini berantem?" Maya melipat kedua tangannya dibawah dada.

"Berantem? Mereka lagi berantem? Gue kirain lagi ngobrol doang," ucap Kiran lemot.

"Salah kita ngebawa Kiran, May," sahut Rista.

"Salah kenapa?" tanya Kiran.

Rista memutar kedua bola matanya jengah. "Diem aja! Lo gak usah ngomong!"

"Okey, gue diem."

"Kak Kiran bener, gak ada yang berantem, Via sama Felly lagi ngobrol biasa aja," jelas Via.

"Tuhkan gue bener!"

"Diem!" Rista menatap tajam Kiran membuat gadis itu menutup mulutnya menggunakan telapak tangannya.

"Masa sih kalian ngobrol biasa? Kok keliatannya kayak serius banget?" Maya menatap Via dam Felly secara bergantian.

"Atau jangan-jangan kalian lagi ngerebutin Vendo?" tebaknya.

"Enggak kok," jawab Felly.

"Udah lah, kan gue udah pernah bilang, kalian berdua itu bukan tipenya Vendo, Vendo deketin kalian itu cuman buat seru-seruan aja."

Maya menatap Via. "Apalagi lo Vi, Vendo dari dulu deketnya sama lo, eh ujung-ujungnya dia suka sama cewek lain." Maya tertawa pelan. "Miris sih, kasian gue sama lo. Tapi gue seneng juga sih karena Vendo gak suka sama lo."

Maya beralih menatap kearah Felly. "Tapi Vendo malah suka sama lo, ck! Sadar diri dong Fel, lo itu cuman murid baru!"

"Okay back to topic, jadi kalian ini sebenernya kenapa sih? Mana datar banget ekspresinya." Maya memperhatikan wajah Via dan Felly yang sama-sama datar.

"Kak Maya gak perlu tau apapun permasalahan Via sama Felly, jangan ikut campur," ucap Via berani.

Maya membulatkan kedua bola matanya. "Heh anak kecil! Sekarang lo berani ya sama gue!"

"Via cuman ngomong apa adanya, Kak Maya gak berhak ikut campur urusan ini."

Maya melayangkan tangan kanannya, siap menampar pipi mulus Via, namun Felly berniat untuk melindungi Via, ia berdiri didepan Via membuat tamparan itu melayang di pipinya.

"Awssshh," ringisnya.

"Felly." Via benar-benar panik saat melihat Felly meringis kesakitan.

"Kak Maya harus tanggung jawab!"

"Gu-gue gak salah kok, tadinya kan gue mau nampar lo, siapa suruh dia malah berdiri didepan lo."

Murid-murid pun sudah ramah berkumpul menyaksikan tontonan yang menurut mereka sangat seru.

Seorang lelaki menghampiri Via, Felly, serta MayaCS. "Ini ada apa sih? Terus Felly kenapa?"

***


















Bonus pict bebeb Vendo😚

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bonus pict bebeb Vendo😚



•••TBC•••

Vendo for Via Where stories live. Discover now