BAB 21 - Fraeclarus

379 100 6
                                    

🌼HAPPY READING🌼
tolong diingatkan jika ada / banyak typo
Jangan lupa vote dan comment

***

Tiga Minggu kemudian...

Tak ada yang berbicara, semuanya terdiam dalam tangisan. Hanya suara isak tangis saja yang terdengar di telinga Bunga.

Pagi ini dia dan Fendi ikut pergi menghadiri proses pemakaman ayah teman Fendi yang berada di satu pemakaman umum dengan Mentari.

Sebenarnya Bunga tidak ingin ikut namun Fendi terus mengajaknya dan membujuknya, katanya sekalian Bunga keluar untuk berlatih berjalan tanpa bantuan kursi roda.

Dan saat ini Bunga berdiri dengan kakinya sendiri. Kakinya sudah lumayan membaik dan dia sudah bisa berjalan seperti dulu lagi walau pun terkadang rasa sakitnya masih ada.

Bunga menatap seorang laki laki tampan yang sedari tadi menangis di samping gundukan tanah itu. Fendi bilang jika dia adalah cucu laki-laki satu satunya, dan dia sangat menyayanginya.

Amdan lah yang meninggal, usianya sudah tua dan nafasnya sudah sangat sesak. Tak ada yang bisa menolongnya lagi, mereka pun harus bisa mengikhlaskan kepergian Amdan, terutama Gavin.

Tak lama semua orang pergi, hanya keluarga Amdan dan Fendi saja yang masih ada di sana. "Fendi!" Panggil Jundan, ayah Gavin. "Iya?" Tanya Fendi membalas.

"Kamu mampir ke rumah ya, sekalian ada yang mau saya obrolin" ucap Jundan kepada Fendi dan Fendi mengangguk.

Jundan menatap seorang gadis yang berdiri di samping Fendi. Dia tersenyum melihat wajah Bunga, sangat cantik dan manis. "Ini siapa?" Tanya Jundan dan Bunga tersenyum.

"Bunga om" jawab Bunga dengan mencium punggung telapak tangan Jundan. "Anak aku, putrinya Mentari" ucap Fendi dan Jundan mengangguk paham.

"Yasudah aku sama Bunga nunggu di mobil aja ya. Mungkin Bunga lelah karena berdiri, kakinya juga belum pulih sempurna" lanjutnya dengan tersenyum. "Kakinya kenapa?" Tanya Jundan.

"Kena benturan keras om, gak tau sih kena apa. Tapi sakit banget, dan sekarang udah lumayan hilang rasa sakitnya" jawab Bunga dan Jundan mengangguk.

Mungkin Jundan tau apa yang sedang dialami Bunga. Dia adalah seorang dokter sama seperti Amdan dan Gavin. Apa lagi Jundan adalah dokter di rumah sakit yang ada di Singapura.

Setelah itu Fendi dan Bunga pun berjalan meninggalkan Jundan untuk kembali ke mobil. Jundan hanya tersenyum menatap kepergian mereka berdua.

Fendi sudah dianggap saudara oleh Jundan karena mereka berteman sudah sangat lama sekali. Apa lagi Amdan juga sudah menganggap Fendi adalah putranya sendiri seperti Jundan.

Jundan pun berjalan menghampiri Gavin yang masih menangis di samping makam ayahnya itu. "Gavin sudahlah, ikhlaskan kakek" ucap Jundan pada Gavin dan laki laki itu mengangguk.

Jundan pun beralih menatap cucunya yang ada di depan Gadara. "Kita pulang ya sayang" ucap Jundan dengan memegang pipi Kenan.

"Iya kakek" balasnya dengan suara yang pelan.

"Paman ayo pulang" ajak Kenan pada Gavin dengan menarik tangan Gavin.

Gavin tersenyum kepada ponakannya itu. "Iya kenan" balas Gavin dan berdiri. Dia menatap makam kakeknya sebelum pergi dan menggendong Kenan pergi dari sana untuk pulang.

Syam, Gadara dan Kenan pulang satu minggu yang lalu. Mereka masih di beri kesempatan untuk bertemu dengan kakeknya sebelum akhirnya meninggal malam tadi.

Fraeclarus [Terbit]Where stories live. Discover now