Chapter 33: Bingung

1.5K 197 22
                                    

Chapter 33

Bingung

*****

Li Shui menyapu halaman belakang sambil bersenandung pelan. Senandungannya berhenti ketika sebuah bola kecil terbuat kertas menggelinding ke bawah kakinya. Belum sempat Li Shui meraih kertas itu, kertas yang lain dilempar dan kali ini mengenai kepalanya. Li Shui mendongkak, untuk melihat darimana sampah kertas itu berasal.

Ada seorang laki-laki yang sedang menulis di gazebo. Wajahnya terlihat kusut saat menatap kertas di meja. Ujung kuas di tangannya ia gigit kuat-kuat, berusaha menghilangkan perasaan tertekannya. Di sekitarnya ada banyak kertas berhamburan di lantai. Kertas-kertas itu penuh dengan tinta yang tidak jelas berisikan tentang apa.

"Li Shui, aku haus," kata laki-laki itu kemudian. "Teh ini sudah habis."

Li Shui menjawab sigap, "Akan saya bawakan teh yang baru!"

Li Shui buru-buru meninggalkan sapu di tumpukan daun maple yang sudah berwarna jingga kemerahan di tanah dan bergegas ke dapur untuk mengambil teh. Beberapa saat kemudian, Li Shui selesai membuatnya dan segera membawa teh untuk tuan mudanya. Tepat ketika dia hendak masuk ke halaman belakang, ia bertemu dengan seorang pria tampan berjubah hitam cantik.

Li Shui tersenyum lebar dan menundukkan kepalanya, "Tuan, selamat datang kembali."

Li Huan menoleh ke arahnya, "Apa teh ini untuk Chao Xing?"

Li Shui mengangguk, "Benar, Tuan."

Li Huan mengambil nampan di tangan Li Shui dan berkata, "Jaga di sini. Jangan biarkan ada yang masuk ke halaman belakang."

"Tapi, Tuan, saya belum selesai menyapu halaman."

"Itu selesaikan nanti saja," kata Li Huan berjalan menuju halaman belakang.

Pria itu tersenyum ketika melihat sosok berjubah putih yang berada di tengah-tengah gazebo. Setelah hampir satu bulan disibukkan dengan pekerjaan, akhirnya Li Huan bisa menatap wajah pujaan hatinya dengan jelas.

"Tuan Muda, sedang apa? Kenapa berantakan sekali?" tanya Li Huan dengan nada yang sangat menyenangkan.

Chao Xing mendongkak. Kerutan di wajahnya segera disingkirkan oleh senyuman secerah mentari, "Huan, kau sudah pulang?" tepat ketika Li Huan meletakkan teh di meja, Chao Xing melompat ke pelukannya.

Li Huan sedikit merinding saat menerima pelukan itu--teringat pada keadaan perut istrinya yang sekarang, "Chao Xing, hati-hati."

Chao Xing terkekeh, "Maaf, maaf," kemudian ia menyandarkan kepalanya di dada Li Huan sambil menarik napas dalam-dalam, mencium aroma tubuhnya. "Selamat datang kembali. Aku dan anak kita sangat merindukanmu."

Li Huan dibuat malu oleh kalimat itu. Dengan wajah memerah, ia merengkuh Chao Xing dan menenggelamkan wajahnya di punggung istrinya. "Aku juga sangat merindukan kalian."

Sibuk karena urusan sekte sebenarnya tidak disenangi Li Huan maupun Chao Xing. Ketika Li Huan sibuk, pria itu akan pergi pagi-pagi sekali dan pulang tengah malam saat Chao Xing sudah tidur. Walaupun mereka tinggal satu atap, Chao Xing tidak merasakan kehangatan bersama suaminya selama beberapa minggu ini dan ia merindukan pelukan Li Huan. Apalagi dengan kondisinya yang sekarang, emosi Chao Xing sedikit tidak stabil. Pernah beberapa kali dia menangis hanya karena merindukan Li Huan. Terkadang, dia juga marah pada pria itu di dalam hatinya, menyalahkan Li Huan kenapa harus memiliki pekerjaan yang menyibukkan. Meski begitu, Chao Xing tidak bisa menceritakan ini semua pada suaminya. Ia tidak mau membuat Li Huan khawatir hanya karena Chao Xing merindukannya. Sekarang, pria itu sudah pulang. Chao Xing tidak perlu bersedih atau marah lagi.

The Morning StarWhere stories live. Discover now