CHAPTER XXIV

1.9K 250 75
                                    

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api, yang menjadikannya abu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan, yang menjadikannya tiada.
-Sapardi Djoko Damono-



LOBI rumah sakit adalah satu tempat yang mana jadi tujuan Xiao Zhan setelah pemuda itu meminta Yibo untuk membawanya pergi. Keduanya kini duduk tanpa kata yang terlontar sejak beberapa menit lalu. Xiao Zhan menggenggam botol air mineral yang tadi sempat Yibo berikan. Air adalah pelepas dahaga dan satu-satunya yang Xiao Zhan butuhkan saat ini untuk mengusir sesak, cemas serta rasa takut yang mendekapnya.

Pemuda bergigi kelinci itu memandang kosong pada lantai putih yang ia pijak. Warnanya bersih tanpa noda, tidak seperti hatinya yang keruh dan tak tersentuh.
Xiao Zhan menghela napas berat. Hembusan itu adalah penerjemah dari sakit yang membuatnya sulit untuk bangkit. Setiap derita dan tekanan yang ia dapatkan nyatanya tak bisa ia lupakan begitu saja, hanya bisa ia pendam dan redam dalam jiwanya yang terkoyak cukup dalam.

Pemuda manis itu terpejam rapat, ia hanya mencoba untuk tuli, ia mencoba untuk tidak peduli namun rasanya sulit untuk menerima setiap luka yang ia dapati. Tatapan tajam Yuchen dan peringatan yang tadi ia dapatkan membuatnya kembali merasa tertekan. Yuchen, malaikat yang dulu membawanya pada kehidupan malaikat kini menjelma sebagai malaikat yang sulit untuk tersentuh dan dikendalikan. Xiao Zhan kini berpikir bagaimana agar hubungannya dan malaikat agungnya itu tak harus bertempur dan berada dalam persaingan yang dapat membuat keduanya melebur.

Xiao Zhan melirik lengan kirinya yang masih diperban. Pemuda itu menggigit bibir bawahnya saat mengingat apa yang ia dengar tentang kehidupan Yuchen sebelumnya. Kisah cinta Pangeran Cao dan Putri Wang membuatnya tersentuh. Kisah cinta yang cukup berani walau harus berakhir tragis membuatnya berpikir jika cinta itulah yang ia harapkan---cinta yang berani dan tak kenal mundur, cinta yang saling menguatkan, dan penuh dengan rasa percaya satu sama lain. Namun … mendengar jika kehidupan itu bergulir hingga saat ini dengan keduanya yang bereinkarnasi dengan cara yang berbeda dan kehidupan yang berbeda pula, membuat Xiao Zhan harus menghela napas. Yuchen masih mengingat putri Wang, ia masih mengingat cinta di masa lalunya dan terus berpikir jika Yibo adalah A Lin yang ia rindukan.

Kedua mata Xiao Zhan masih terpejam. Ia sungguh tak mengerti mengapa kehidupan para malaikat jauh lebih berat dibandingkan manusia. Jika manusia mengenal perbedaan kasta, agama, kelas sosial, suku, dan lain sebagainya yang menjadikan batas di antara kedua rusuk, berbeda dengan malaikat yang harus dipisahkan dan dibatasi lewat dunia---perbedaan alam yang membuat rasa sakit bersemayam dalam jiwa anak Tuhan.

Xiao Zhan membuka kedua matanya kembali saat Yibo menarik tubuhnya. Pemuda itu membawa Xiao Zhan untuk bersandar padanya. Xiao Zhan tak menolak, ia memang membutuhkannya, ia membutuhkan Yibo untuk menguatkan dan memberinya semangat untuk terus melanjutkan cinta yang rumit ini.

Kepala Xiao Zhan bersandar pada bahu Yibo. Pemuda manis itu tersenyum kecil saat Yibo menggenggam jemari kanannya.

“Kau pasti lelah, itu sebabnya kau mengalami serangan seperti tadi,” ucap Yibo.

Xiao Zhan mengangguk sedangkan Yibo kembali melanjutkan, “Aku jadi curiga jika ucapan Yuchen ada benarnya. Kau sakit dan kau merahasiakan semua itu dariku entah karena alasan apa.”

Xiao Zhan cemberut. “Kau bilang kau tak mau mempercayainya, tapi lihat sekarang? Kau berdusta. Kau malah percaya padanya.”

“Bukan begitu, tapi ... akhir-akhir ini kau sering mengalami gangguan kesehatan dan kau sering jatuh pingsan. Aku juga bisa melihat perubahan fisikmu beberapa hari ini. Di awal pertemuan kita, waktu itu kau terlihat sangat sehat dan kuat. Tapi setelahnya, aku bisa melihat perubahan fisikmu---semakin kurus dan terlihat pucat. Tidakkah itu membuatku curiga? Bagaimana jika kita periksakan dirimu lagi?”

520 (Diterbitkan) ✓Where stories live. Discover now