CHAPTER XXXV

1.7K 242 95
                                    

Is it even possible to forget?
Even when all the onlookers and passerby have left, only you I won’t forget.
With you by my side, I hope that you have been well.
That you have no suffered or harm since our last farewell.
-Bu Wang (won’t forget) by Wang Yibo-


DI balkon yang gelap dengan penerangan seadanya itu, ketiga orang membeku dalam dekap angin. Yubin masih duduk di sana dengan tangan diikat tali dengan kuat. Sementara di hadapannya, Yibo tertegun. Pemuda itu masih belum bisa mempercayai apa yang baru saja ia dengar. Yibo menggelengkan kepalanya dengan kuat. Ia menganggap dirinya terlalu bodoh karena terjebak dan tenggelam dalam muara dusta yang Ziyi buat. Yibo terbuai dalam manisnya kata hingga tak menyadari jika semua hanya pengalihan semata.

“Katakan, apa dia juga yang sudah memberikan berbagai barang pada anggota teater agar aku kalah?”

Pertanyaan itu tiba-tiba saja terlintas hingga Yibo memberanikan diri untuk berucap.

“Ya. Aku yang menaruh beberapa barang mewah itu di loker atas permintaan Ziyi,” jawab Yubin.

Yibo memejamkan kedua mata dan merasakan angin yang mengusap wajahnya yang menegang akibat emosi yang menggebu. “Apa dia juga yang memintamu untuk membunuh Xiao Zhan?”

“Ya.”

Yibo tak lagi bersuara setelah mendengar jawaban dari Yubin. Pemuda itu hanya mencengkram erat pakaiannya dan membuka mata. Amarahnya takkan bisa menyelesaikan semuanya, tidak akan mengembalikan orangtuanya, tidak akan membuat Paman Li kembali juga takkan bisa mengubah takdir yang sudah ia tapaki.

“Haruskah aku menyeret Wang Ziyi kemari?” Yuchen mulai angkat suara.

Yibo menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu. Aku hanya ingin tahu apa lagi yang sedang ia rencanakan setelah ini. Berpura-puralah tidak tahu tentang apa yang sudah ia lakukan sebelum menghancurkannya secara perlahan.”

“Dan kau,” ucap Yibo pada Yubin, “aku takkan membunuhmu, aku akan membebaskanmu tapi dengan satu syarat---kau harus jadi budak, mendekati, dan mencari tahu apa yang akan Ziyi lakukan selanjutnya dan beritahu aku. Jadilah mata-mataku dan aku akan mengampunimu.”

“Yibo, apa kau yakin dia bisa dipercaya? Bagaimana jika dia kembali melukai Xiao Zhan?” tanya Zhuocheng.

“Ya benar. Bagaimana jika dia berkhianat?” tambah Yuchen.

Yibo tersenyum sendu. “Kalian bisa membantu untuk mengurusnya, 'kan? Lemparkan saja dia ke Segitiga Bermuda jika dia berani melakukannya.”

Yubin tampak tegang dan dengan suara tercekat ia berucap, “Aku ... ta ... takkan berkhianat. Aku akan menuruti perintahmu dengan baik.”

Yibo mengangguk. “Bagus. Jangan coba bermain-main denganku atau kau akan mendapatkan hal yang lebih kasar daripada ini.”

Yubin mengangguk paham sedangkan Yibo mengembuskan napas kasar. Pemuda itu kemudian melangkah mundur. “Aku akan kembali melihat keadaan Xiao Zhan. Kalian bisa bantu urus dia?”

“Tentu,” jawab Yuchen.

Yibo mengangguk. “Terimakasih.”

Pemuda itu bergegas pergi. Ia menuruni anak tangga dengan cepat dan menuju ruang ICU dimana pemuda manisnya masih berjuang.

Xiao Zhan, jangan menyerah. Aku memohon. Aku takkan bisa memaafkan diriku sendiri jika itu terjadi. Bertahanlah, demi diriku.

🍁🍁🍁

“Pasien kini dalam keadaan koma.”

Kalimat itu memasuki gendang telinga Yibo saat dirinya berada di depan ruang ICU. Satu fakta menyakitkan kembali menyerangnya hingga Yibo melemas. Pemuda itu tergugu dengan tubuh membeku. Jemarinya kini terkepal erat dan gemetar. Ia pikir Xiao Zhan-nya akan baik-baik saja walau ia tahu itu sulit. Satu garis hijau yang sempat ia lihat membuatnya ingin lari dari kenyataan. Ia ingin melakukan denial lagi---meyakinkan diri bahwa apa yang ia lihat dan dengar hanyalah sebuah ilusi.

520 (Diterbitkan) ✓Where stories live. Discover now