CHAPTER IV

2.8K 376 88
                                    

Dunia memang tak adil,  jadi jangan dilihat.
Manusia memang munafik, jadi jangan didengar.
Cukup tutup mata dan telingamu dan tenangkan diri.
Sepi jauh lebih baik untukmu ketimbang cinta palsu dari mereka.


Mendung sudah tampak pekat di langit sore. Xiao Zhan bergegas memasuki gereja tua dan menghadapkan diri pada Zhuocheng yang berdiri di atas podium. Pemuda dengan pakaian putih itu menatap sang senior dengan cemas dan dengan napas yang memburu ia mencoba mengatakan apa yang ia rasakan.

"Zhuocheng, apa aku salah lagi? Bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana manusia bisa menyentuhku dan bagaimana bisa manusia merasakan sentuhanku? Apa kau pernah dicium oleh manusia?" tanya Xiao Zhan dengan napas yang tak beraturan.

Zhuocheng menatap Xiao Zhan dengan wajah geram lalu memberikan satu kode pada Xiao Zhan lewat mata. Xiao Zhan hanya menaikkan alisnya karena tak mengerti maksud seniornya itu. Hingga Xiao Zhan mendengar bisik-bisik di belakangnya.

Xiao Zhan berbalik dan terbeliak melihat kenyataan yang mana di dalam gereja itu para malaikat sedang menatap dan membicarakannya. Bodoh. Sejak kapan mereka ada di sini?

Xiao Zhan meringis setelah satu orang malaikat berucap, "Anak muda, kau ini tampan tapi tak punya akhlak. Bagaimana bisa kau berkata tentang ciuman di rumah Tuhan ini? Malaikat barbar!"

Xiao Zhan tersenyum kikuk. Matilah aku. Zhuocheng pasti sangat kesal dengan kecerobohanku kali ini.

Xiao Zhan menoleh dan menatap Zhuocheng yang tampak menahan emosi dan berucap, "Masuklah ke dalam. Tunggu sampai aku selesai."

Xiao Zhan mengangguk lalu. Matanya masih melirik ke arah kanan dan kiri yang mana para malaikat lain menatapnya tak suka. Xiao Zhan segera masuk ke dalam ruangan khusus pertemuan. Ia masuk dengan napas berat. Kepalanya ia benturkan ke pintu di belakangnya.

"Zhan bodoh. Bagaimana bisa kau bicara begitu di depan banyak malaikat senior? Ciuman? Akhhh! Otakku ini kenapa terbayang pemuda yang berniat menciumku itu. Ini benar-benar petaka," Zhan memaki dirinya sendiri.

"Jelas petaka. Kau bahkan bicara sembarangan di muka umum."

Xiao Zhan tersentak kaget. Tubuhnya terhuyung ke depan setelah tanpa dosa Zhuocheng masuk dan membuka pintu dengan cepat hingga Xiao Zhan yang tadi bersandar harus terdorong dan nyaris membentur ujung meja yang tak jauh dari sana.

"Si bodoh ini, apa lagi yang kau lakukan, huh?" tanya Zhuocheng pada Xiao Zhan.

Xiao Zhan cemberut. "Zhuocheng aku benar-benar tak mengerti. Beberapa manusia tak bisa melihatku, tak bisa menyentuhku, apalagi merasakan sentuhanku, tapi ... kenapa pemuda itu bisa merasakannya? Kenapa dia bisa menyentuhku? Kenapa?"

Zhuocheng duduk di kursinya sambil menatap Xiao Zhan dengan malas. "Pemuda mana yang kau maksud?"

"Wang Yibo. Anak dari keluarga Wang yang orangtua nya tersesat menuju surga!"

Zhuocheng menyernyit hingga Xiao Zhan menggelengkan kepalanya. "Eh, bukan, bukan! Maksudku ... Wang Yibo itu ... manusia. Manusia yang kehilangan penglihatannya."

Zhuocheng masih menyimak dan Xiao Zhan berjalan mendekat sambil melanjutkan, "Dia ... buta. Dia tidak bisa melihatku, tapi ... dia bertingkah seperti bisa melihat dan merasakan kehadiranku. Dia menyentuhku, Zhuocheng."

"Itu karena ilmu mu belum sepenuhnya baik. Kau itu malaikat junior wajar jika orang masih menyadari kehadiran mu. Ilmu mu masih belum sempurna, itu sebabnya dia bisa menyentuhmu."

"Jadi dalam kata lain ... jika sudah menjadi malaikat senior maka manusia tidak bisa menyentuh kita?"

" Tentu saja. Memangnya kau pernah melihatku disentuh manusia?"

520 (Diterbitkan) ✓Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu