CHAPTER XLII

1.7K 206 43
                                    

Duhai kelabu, aku ingin tahu bagaimana bisa cinta ini terjerat oleh pilu.
Duhai dirimu, tolong kabulkan mimpi ini karena mungkin ini satu-satunya kesempatan yang kuberikan sebelum beranjak pergi.

SALJU masih melambai-lambai di luar sana. Dinginnya mendekap seluruh penghuni bumi tanpa rasa iba. Kelopak bunga mulai menunduk lesu, sementara ranting mulai menjadi abu. Sepi, gairah itu tak lagi ada. Gelora mulai padam---meredup seiring dengan sang malaikat yang menapaki epilog hidupnya. Apa dunia juga ikut berduka? Mungkin saja. Mentari tak lagi menyapa, malam tanpa cahaya, bulan, dan bintang masih terselimuti kelam awan---menangis lirih karena pedih.

Xiao Zhan memandang ke luar lewat jendela kaca yang dibiarkan terbuka. Pemuda berwajah pucat itu baru saja selesai membersihkan noda-noda darah yang tadi membasahi hidung dan sekitar mulutnya. Butuh waktu lama sampai cairan merah pekat itu berhenti mengalir.

Pemuda manis itu mengembuskan napas berat. Lagi-lagi pertengkaran antara dirinya dan Yibo terjadi tanpa bisa ia cegah. Semuanya berjalan begitu saja tanpa ia sadar jika waktunya terbuang sia-sia.

Mata itu terpejam saat rasa pusing menyerang kepalanya. Xiao Zhan menopang diri pada dinding di dekatnya. Pemuda itu masih bisa mendengar suara Yibo yang kembali mampir ke telinga dari luar sana bersamaan dengan ketukan pada kayu persegi panjang yang jadi penghalang di antara mereka.

"Zhan, buka pintunya! Tolong, jangan buat aku khawatir."

Xiao Zhan bergeming. Pemuda itu masih mencoba untuk menenangkan diri sebelum bertemu dengan calon suaminya itu.

"Aku minta maaf. Bolehkah aku masuk dan melihat keadaanmu sebentar saja? Aku hanya ingin memastikan jika kau baik-baik saja," ucap Yibo lagi.

"Zhan---"

"Aku baik," Xiao Zhan berucap dengan suara rendah, "pergilah. Yuchen pasti menunggumu. Aku tidak bisa datang ke sana hari ini."

Tak ada sahutan untuk beberapa menit. Di luar sana, Yibo memilih untuk bungkam atau pergi pun Xiao Zhan tak tahu. Pemuda manis itu mencoba untuk tuli dan tak peduli untuk saat ini, hanya kali ini saja.

"Aku tidak akan pergi tanpamu. Tidak akan lagi. Kita akan terus bersama---bergandengan tangan sampai maut memisahkan jika malaikat lain merestuinya."

Sahutan itu membuat Xiao Zhan membuka kedua matanya yang kini berair. Ia tersenyum samar. Wang Yibo, aku baru menemukan pria paling keras kepala sepertimu. Terimakasih atas rasa cinta yang mungkin akan kutinggal pergi. Kupastikan kau akan mendapatkan kenangan indah dariku, akan kupastikan kau akan mengingatku dengan baik dan kupastikan kau akan hidup bahagia setelah ini. Itu misiku.

🍁🍁🍁

"Xiao Zhan tidak mau menemuiku. Dia mengunci diri di kamar selama seharian penuh," jelas Yibo pada Yuchen yang diundang ke mansionnya sore ini.

Pria itu menatap tak mengerti---meminta penjelasan apa yang telah terjadi. "Kalian bertengkar lagi?"

Yibo mengangguk. "Aku menyentuhnya tanpa ijin."

Yuchen terbeliak. Pria itu membeku untuk beberapa saat.

"Aku berniat menukar nyawaku juga untuk Xiao Zhan," tambah Yibo.

520 (Diterbitkan) ✓Where stories live. Discover now