CHAPTER XX

1.9K 270 75
                                    

I wanna be your light.
When you walk in the dark.
Why is this so hard?
I don't know how to be honest.
I want this heart to reach you

-In your light by Fromm-


Senyap. Hanya debur ombak yang menghantam karang dan tebing yang terdengar. Percikan ombak kecil terdengar di bebatuan yang Xiao Zhan duduki.

Pemuda itu bungkam. Kepalanya tertunduk dalam dengan mata yang mulai berkaca-kaca ketika mendengar semua penjelasan Zhuocheng tentang takdir awalnya. Tapi ia menahannya, air mata yang semestinya jatuh hanya bisa ia cegah hanya karena satu alasan---Xiao Zhan tak mau jika cairan bening itu menerjemahkan pilu di hatinya saat ini. Xiao Zhan hanya ingin bersikap kuat karena baginya jiwa lemah hanya ada dalam diri Sean.

       Xiao Zhan menghembuskan napas berat. Ia tak pernah mengira jika ayahnya akan berbuat seperti itu jika saja ia tak memilih untuk bunuh diri. Xiao Zhan tahu, ayahnya memang pecandu alkohol yang otak dan jiwanya terganggu, tapi ... ia tak paham mengapa sang ayah bisa bertindak sejauh itu.

      Dua puluh tahun lalu, tentu Xiao Zhan ingat bagaimana sang ayah yang selalu melampiaskan amarahnya dengan cara memukulnya dengan kayu rotan, mencambuknya dengan ikat pinggang dan mengurungnya di toilet selama 5 jam sebelum akhirnya melakukan tindakan tak senonoh di atas ranjang---menjadikan putra kecilnya budak seks, memaksa dan mencumbunya hingga tergeletak pingsan. Begitu seterusnya hingga Xiao Zhan menjadi anak murung yang tak tersentuh oleh dunia luar. Hingga Yibo datang, menjadi sinarnya---menjadi penghangat di dinginnya hidup yang ia tempuh.

“Sean sudah mati. Jadi, lupakan semuanya. Hiduplah sebagai Xiao Zhan. Xiao Zhan yang lebih berani dan kuat dibandingkan anak kecil bernama Sean itu. Sean sudah tenggelam, jasadnya tak pernah ditemukan. Hanya arwahnya yang bisa dibawa hingga diubah menjadi malaikat, jadi biarkan. Hiduplah sebagai Xiao Zhan yang masih mampu berpijak dengan tegap. Sean sudah sangat kotor, jadi ... hiduplah sebagai Xiao Zhan, malaikat baik hati nan bersih yang diagungkan.”

Xiao Zhan menengadah dan menatap Zhuocheng. “Apa kau tahu ... dimana dia sekarang? Maksudnya … ayahku?”

Zhuocheng mengangguk. “Dia ada di penjara setelah kau menghilang. Dua puluh tahun, 'kan? Ya, dia mendekam di sana. Aku sering datang dan menyaksikan saat di mana dia menyebut namamu di setiap tidurnya.”

“Apa dia masih di sana?”

Zhuocheng menggeleng. “Dia ada di rumah sakit. Semalam dia pingsan karena kondisi kesehatannya menurun dari hari ke hari. Organ hatinya terganggu karena selalu sering mengkonsumsi alkohol. Dia ....”

Xiao Zhan menaikan alisnya. “Dia kenapa?”

Zhuocheng menghela napas panjang. “Dia tak akan bertahan lama. Lusa, dia akan mengembuskan napas terakhir. Akulah yang akan bertugas mengawasi.”

Xiao Zhan tercekat. Ia mengembuskan napas secara perlahan. Suara riak air kembali ia dengar saat Zhuocheng ikut tak mengucapkan sepatah kata.

“Apa kau mau menjenguknya?”

Pertanyaan Zhuocheng membuat Xiao Zhan membeku. Pemuda itu mengulum senyuman simpul sebelum akhirnya terkekeh pelan.

“Untuk apa? Dia bahkan tak peduli.”

“Tapi ... dia hidup dalam penyesalan setelah kau pergi,” ucap Zhuocheng.

“Apa kau mengawasinya setiap saat?”

Zhuocheng mengangguk. “Setiap saat.”

Xiao Zhan melepaskan pandang pada bebatuan kecil di sekitarnya. “Apa dia benar-benar sudah menyesal?”

520 (Diterbitkan) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang