CHAPTER III

2.8K 405 74
                                    

Teruntuk dirimu yang diam di ujung sana. Parasmu membuatku paham bahwa harapan itu masih nyata. Sinar matamu membuatku mengerti bahwa kau hanya mencoba meredam rasa rindu yang menggerogoti.
Sikap dinginmu membuatku tahu bahwa kau hanya mencoba mengakhiri setiap luka yang diberi.
Percayalah, kehadiranku di sini agar kau dapat berdiri kembali , raih tanganku dan kupastikan rasa sakitmu akan segera mati.



Xiao Zhan menatap ke arah panggung pertunjukan di gedung bernamakan W1BO Theatre. Malaikat manis itu berdiri sambil memandang seorang pemuda yang jadi penari utama sedang menari-nari diikuti para pengiringnya. Ia menonton pertunjukan itu dengan serius hingga sebuah pintu utama dari belakang kursi penonton terbuka dan beberapa orang menoleh. Siluet seorang pemuda bertubuh tegap dan seorang pria yang usianya lebih tua terlihat memasuki area pertunjukan. Di detik berikutnya, semua kamera terarah pada sosok berjas hitam itu.

"Astaga, bukankah itu Wang Yibo? Jadi dia ... benar-benar buta?"

Xiao Zhan menatap sosok yang ramai diperbincangkan. Semua orang menatap nya, melihat dengan saksama cara dia berjalan hingga menghentikan aksi para penari di atas panggung. Ya, Yibo dan Bowen pergi ke atas panggung hingga Jiyang dan kawan-kawan harus menghentikan pertunjukan dan menatap tak mengerti.

"Pria buta itu sungguh aneh. Apa yang dia lakukan diatas sana?" ucap salah seorang reporter di depan Xiao Zhan.

Xiao Zhan masih menatap ke depan, menatap pemuda dingin yang kini berdiri di tengah panggung sambil bicara di depan microphone.

"Selamat sore semuanya," Yibo berucap, "kalian pasti bingung mengapa aku berada di sini. Tidak, aku tidak berniat untuk mengacaukan acara apalagi kalian semua tahu jika sang bintang adalah sepupuku sendiri."

Xiao Zhan menyilangkan kedua tangan di depan dada sambil mengangguk paham. Ia mulai berpikir sepertinya akan ada pertunjukan yang jauh lebih menarik.

"Wang Jiyang adalah sepupuku. Dia cukup berbakat apalagi di dunia hiburan. Sore ini, merupakan pertunjukannya yang ke-5 sejak aku fakum. Dia sungguh luar biasa bukan?"

Semua orang berbisik-bisik menanggapi monolog Yibo di atas panggung sana sementara Jiyang, hanya berdiri dengan tangan terkepal di ujung panggung bersama rekan tarinya.

"Seperti yang kalian tahu, aku tak pernah mengatakan jika aku pernah menyerahkan teater ini pada siapapun. Aku memang fakum karena kondisi kesehatanku, tapi pernahkah ada bukti jika aku pernah menyerahkan saham dan teater ini pada orang lain? Oh tidak, bukan orang lain, tapi bibiku sendiri, Nyonya Wang Yu."

Semua orang mulai riuh. Mereka mulai mencium masalah internal di keluarga Wang yang tak pernah terekspos media. Wang Yu yang duduk di kursi terdepan mulai cemas, sementara Wang Ziyi mulai bangkit berdiri dan melangkah hingga ke depan panggung---menghadap Yibo.

"Wang Yibo, tolong hentikan. Semua orang tak mengerti apa yang kau bicarakan. Omong kosong apa ini?" Ziyi berucap. Gadis berambut pendek itu mulai menghela napas melihat wajah datar dan dingin sepupunya.

"Yibo, kau pasti tertekan karena tak bisa kembali ke atas panggung dan melakukan pertunjukan, tapi kau bisa cepat pulih dengan operasi mata. Kita bisa bicarakan masalah ini baik-baik. Ibuku tak pernah merebut sahammu, Jiyang tidak pernah merebut posisi dan  pertunjukanmu. Jadi, ayo turun dan kita bicara." Ziyi mencoba menenangkan Yibo.

Yibo terkekeh lalu tertawa keras hingga orang yang berada di sana menganggapnya setengah gila, termasuk Xiao Zhan yang sedari tadi memperhatikan drama keluarga Wang itu.

"Salah paham? Omong kosong? Ya ampun, menurut lmu aku berdiri di sini hanya untuk omong kosong?" ucap Yibo. Pemuda itu mengepalkan tangannya dan berucap penuh penekanan.

520 (Diterbitkan) ✓Where stories live. Discover now