PART 44 || PENCULIKAN

18.1K 2.2K 1K
                                    

Hi!

Aku telat karena alasan yang emang bikin aku gak bisa menulis dengan baik, maaf yaa 🥺🤗

Enjoy ❤️🖤❤️

***

"Salah satu part paling berat bagi manusia dalam hidup adalah saat kehilangan seseorang yang paling dekat dengannya."

- Gabriel Nolan Handoko -

***

Suara pecutan dari tongkat rotan terdengar nyaring. Seluruh anggota rumah yang melihat maupun mendengar kejadian sekarang saja sampai meringis tidak kuat, apalagi yang tengah merasakan pukulan itu.

"PAPA, HENTIKAN!" Airlangga baru saja keluar dari kamar saat pelayan memberitahu tentang keadaan adiknya yang tengah mendapat hukuman dari Ayah mereka. Ia menahan tangan Pratama yang masih ingin memukul tubuh Nolan. "Apa Papa sudah gila?! Apa lagi salah Nolan sekarang?! Apa pantas diberikan hukuman seperti binatang dengan pukulan itu?!"

"Jangan ikut campur kamu! Anak ini, seharusnya nggak pernah ada dalam hidupku! Pekerjaannya hanya membuat onar! Kenapa aku sempat berpikir untuk membawanya jadi sepertiku?! Anak bodoh!" bentak Pratama.

"Apa?" gumam Airlangga tidak percaya.

Sedangkan Nolan mendongak, menatap Pratama dengan tatapan terkejut, sakit hati, dan kecewa. Walau Pratama selalu menyiksanya sejak dulu, ia tidak pernah merasakan perasaan itu lagi sudah cukup lama, tetapi ini— kenapa rasanya menyakiti dirinya?

"Apa salah satu dari kalian nggak bisa membuatku merasa bangga?! Apa nggak ada satupun putra kandungku yang mampu melakukannya?! Satu pembuat onar dan satu lagi gila karena wanita! Ibu kalian memang wanita nggak berguna telah melahirkan anak-anak seperti kalian!"

Plak!

Suara tamparan yang sangat keras mengenai pipi Pratama. Seorang wanita paruh baya yang melakukan semua itu. Yohana Novanka Handoko, wanita yang sekarang menatap suaminya sendiri dengan tatapan mata berkaca-kaca serta binar tidak percaya akan perkataan Pratama tadi.

"Bisanya kamu berkata seperti itu?!" tanya Novanka. "Pertama kali mereka lahir, kamu selalu menyanjung mereka- mengatakan jika mereka adalah anak-anakmu yang hebat. Sekarang kamu justru menyesali mereka?!"

"Kemana pikiranmu pergi sebenarnya, Pratama?! Mereka adalah anak kandungmu sendiri!" Bentak Novanka.

Pratama hanya menghela nafasnya, ia bergegas pergi dari ruang tengah dengan langkah penuh emosi. Lelaki itu memang selalu ambisius dengan segala hal, termasuk hidupnya dan hidup anak-anaknya. Namun, tidak ada yang terencana sesuai dengan keinginannya.

Sementara Nolan, dengan bantuan Airlangga, ia berdiri menyandarkan tubuhnya pada sang Kakak. "Naik ke punggung gue, gue anter ke kamar," ujar Airlangga.

"Gue bukan anak kecil,"

"Jangan mendebat gue! Cepet!" paksa Airlangga hingga akhirnya Nolan menurut.

Dengan membawa adiknya di balik punggung, Airlangga berjalan melewati Novanka yang hanya termenung. Wanita itu, masih bisa menangis walau sebenarnya dia turut andil akan semua penderitaan kedua putranya juga. Mereka memang bisa melakukan apapun, memiliki banyak kekuasaan, tapi tidak ada kebahagian sama sekali.

Airlangga masih menaiki tangga dengan mata yang sebenarnya sudah basah. Ia ingin menangis, tetapi tidak mungkin disaat Nolan ada di depannya. Tidak saat ia harus bisa menguatkan orang lain juga.

My Nerd Girlfriend (JUPITER SERIES #2) [REVISI]Where stories live. Discover now