62. Studying together at the cafe

1.2K 48 0
                                    

Update nih, ada yang masih nungguin dan kawal cerita ini sampai tamat? Thankyou yaa!
Selamat membaca.

•••

Vano bingung dengan Keysa yang tampak bahagia sekali. Dia memakan coklat dan beberapa makanan lain. Darinya? Bukan. Bahkan Vano tidak memberi makanan manis-manis pada Keysa saat ini. Vano hanya membelikan makanan berat berupa roti di kantin. Itupun saat Keysa berada di UKS.

Keysa tersenyum. Mengunyah makanan manis yang ada di tangan kanan dan kirinya. Seolah sangat menyukai kata manis.

“Makasih ya, aku suka banget loh sama manis-manis begini! Sayang banget sama Vano!” ujar Keysa tampak antusias. Cewek itu mencubit pipi tirus Vano. Membuat cowok itu mengaduh.

“Dis ...,” ujar Vano menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Mendengar itu Keysa hanya berdehem seraya menikmati makanannya.

“Itu bukan dari aku loh,” ujar Vano pelan. Hal yang membuat Keysa diam seketika. Kunyahannya pun berhenti ketika mendengar apa yang diucapkan Vano.

“Bukan dari kamu? Terus dari siapa?” ujar Keysa pelan.

“Gak tahu.”

“Aku nemuin di laci gak ada pengirimnya dari siapa. Yang pasti dia itu ngasih kaya surat surat gitu. Apa bener itu bukan dari kamu?” ujar Keysa menyerahkan selembar surat yang sudah dibacanya.

Untuk kamu, SEMANGAT SELALU!

Vano membacanya di dalam hati. Alisnya sedikit berkerut.

“Dari siapa?” ujar Vano bingung.

“Aku juga gak tahu,” ujar Keysa menggelengkan kepalanya. Dia bahkan tidak tahu semua itu dari siapa. Yang dia kira itu dari kekasihnya Vano.

“Aku–”

“Itu dari gue,” ujar seseorang kini tersenyum menatap ke arah Vano dan Keysa. Hening. Suara itu membuat sepi kembali menguasai ruang.

“Dari lo?” ujar Vano menautkan alisnya. Cowok itu berdecih tak suka.

“Iya dari gue, tanda permintaan maaf dari gue. Untuk apapun yang gue lakuin ke Keysa,” ujar Aletta tersenyum. Vano mengerutkan dahinya.

“Gue gak percaya,” ujar Vano datar. Keysa mengelus punggung Vano seraya geleng-geleng.

“Manusia itu punya perubahan, Van.”

“Dia berubah? Are you kidding me?” ujar Vano seolah bercanda dengan apa yang diomongkan Keysa. Jelas-jelas dulu Aletta selalu saja berbuat hal tidak baik terhadap Keysa. Menurutnya Aletta itu hanya mencari muka. Tapi, Mengapa Keysa terlalu baik dan terbuka menerima orang seperti itu.

“Pokoknya jangan sama dia, aku gak pernah suka,” ujar Vano mendelik ke arah Aletta. Cewek itu hanya tersenyum simpul.

“Emang kenapa?”

“Ya nggak boleh.”

“Dia baik sama aku!”

“Dia cuma baik di depan doang ke kamu, kelihatan jelas dia itu pencitraan tahu gak!”

Perdebatan seolah dimulai oleh keduanya. Membuat Aletta terdiam bungkam. Bingung harus melakukan apa.

“Dia itu ular!” Mendengar umpatan itu Aletta tersenyum. Ekspresinya kembali datar.

“Van, cewek itu punya hati. Jaga omongan kamu.” Ucapan itu terlisan dari bibir Keysa. Membuat Vano hampir tidak percaya. Vano kira Keysa akan setuju dengan pendapatnya dan tidak memilih berteman dengan Aletta.

KEYVANO [Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang