61. Hard to believe

1.1K 40 0
                                    

Update nih, ada yang masih nungguin dan kawal cerita ini sampai tamat? Thankyou yaa!
Selamat membaca.

•••



Keysa masih memejamkan matanya. Sementara Vano masih terdiam seribu bahasa. Cowok itu masih terduduk di depan Keysa dengan mengolesi minyak kayu putih pada kulit hidungnya. Sementara gadis kecil di samping Vano masih terdiam bingung.

“Kak? Biar saya nemenin kakak ini. Soalnya kan sekarang jadwalnya saya jaga UKS. Kalo ada yang sakit biar saya aja yang rawat.” Ucapan itu terdengar di telinga Vano. Namun, tetap aja Vano menggeleng.

“Kakak ke kelas aja, biar saya nungguin Kakak ini,” ujar gadis itu yang dia ketahui adalah adik kelasnya.

“Gak ya nggak, gue yang jagain Keysa. Lo paham kan? Bisa pergi nggak?” ujar Vano melirik adik kelasnya itu.

“Tapi kak?”

“Pergi bisa gak?” ujar Vano lagi. Gadis itu menghela napasnya. Lantas dia mengangguk. Sebelum itu, dia memberikan tablet obat pereda pusing atau semacamnya. Untuk diminum Keysa disaat dia sudah sadar.

“Kak?” ucapnya lagi di sela perenungan mereka. Vano memutar bola matanya malas.

“Apalagi?”

“Kalo saya gak piket UKS, saya bisa dihukum sama Bu Hayyan kak,” ujar  gadis itu. Membuat Vano mendesahkan napasnya panjang.

“Biar gue yang bilang. Lo tinggal pergi aja,” ujarnya cuek. Kesal dengan gadis di depannya yang banyak omong.

Gadis itu menghela napasnya lagi. “Y-ya udah deh kak!” ujarnya lalu bergegas pergi. Tanpa menjawab ucapan gadis itu Vano kembali bergeming.

Cowok itu menepuk-nepuk pipi Keysa pelan. Tanpa berbicara, dan tampak santai. Melihat tingkah usilnya sendiri terhadap Keysa. Vano sedikit terkekeh. Menurutnya, Keysa lucu jika sedang seperti ini. Wajahnya sedikit chubby. Memang menggemaskan.

“Nangis?” ujar Vano bermonolog. Ketika cowok itu melihat mata Keysa mengeluarkan air mata. Vano menepuk pipi Keysa pelan. Lagi dan lagi.

Bangun, Key...

Cewek itu tiba-tiba membuka matanya yang tadinya terpejam. Merasakan tepukan hangat dari seseorang di depannya. Seketika Keysa bingung melihat keadaan dimana dia saat ini.

Hal pertama yang dia lihat adalah Vano yang berada di depannya. “Van?” ujar Keysa pelan. Mendengar itu Vano tersenyum.

“Hm, kamu sakit?” ujar Vano kembali datar. Keysa menggelengkan kepalanya pelan. “Enggak! Cuma tadi pusing banget.”

“Belum makan?” ujar Vano. Mendengar itu Keysa tersenyum simpul. Cewek itu agak terkekeh. “Lupa! Soalnya tadi cepet-cepet aja takut terlambat,” ujar Keysa melebarkan senyumnya.

Vano geleng-geleng melihat tingkah Keysa. “Kenapa lupa? Dan kenapa bisa terlambat?”

“Kesiangan heheh!” ujar Keysa meringiskan bibirnya. Memperlihatkan gigi yang tertata rapi.

“Padahal aku udah bilang kalo malem itu tidur jangan gadang!”

Keysa semakin meringis bersalah. “Gakpapa demi aku bisa paham sama materi. Kan bentar lagi ujian.”

“Gak gitu juga!”

“Ya gimana lagi?”

“Belajarnya di sekolah di rumah buat istirahat.”

“Gak mau, gak masuk kalo di sekolah.”

“Hah? Masuk? Masuk apa?” Vano tertawa kecil. Mendengar itu Keysa mencemberutkan bibirnya. Vano selalu saja bercanda di sela pembicaraan mereka. Benar-benar menyebalkan.

KEYVANO [Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang