34. Mom in a coma?

1.8K 82 35
                                    

Update nih, ada yang masih nungguin dan kawal cerita ini sampai tamat? Thankyou yaa!
Selamat membaca.


•••


Tangan Vano mendorong dada dokter itu kuat hingga terkantup mengenai sudut tembok. Seketika Vano meluruhkan air matanya lagi.

“Anda berbohong!! Mama gak mungkin—“

“Maaf tuan, tapi—“

“Mama saya orang yang kuat! ANDA BERBOHONG DOKTERR!!” ucapnya mengisak. Kali ini Vano seperti orang gila, tangannya kembali menghantam tembok rumah sakit beberapa kali. Hal yang mampu membuat darah segar mengucur seketika. Keysa yang melihatnya kalap harus berbuat apa. Vano benar benar malang saat ini! Bahkan dirinya tak mampu menghibur manusia itu! Manusia yang selalu menghiburnya ketika dirinya lemah! Ketika dirinya menangis! Apapun itu Vano selalu menenangkan dirinya. Namun apa?! Keysa hanyalah Keysa yang tak bisa menghibur Vano sedikit saja! Keysa yang hanya bisa menangis ketika Vano juga menangis! Sungguh Keysa juga lemah, ketika orang terkuatnya itu lemah.

Tanpa disadari cewek itu mengeluarkan liquid bening. Tak mampu menghadang semua yang terjadi ini. Keysa tiba tiba saja mulai memeluk Vano yang masih saja mengisak. Sementara bi Sumi hanya diam menutup mulutnya untuk tak mengeluarkan tangisan itu.

“Jangan nangis, dimana Vano yang selalu kuat itu?” ucap Keysa menatap Vano yang malang. Vano hanya diam datar tak bisa menjawab apapun. Dadanya kian bergemuruh.

“Nyonya Virna sedang menghadapi masa kritisnya emm ya koma. Mungkin kami tidak bisa melakukan kemoterapi lagi dan operasi karena itu dapat beresiko pada tubuh nyonya Virna. Saat ini hanya Tuhan yang dapat menolong nyonya Virna ... , Maafkan kami ,” ucap Dokter itu lalu melangkahkan kakinya diiringi para perawat yang berada di belakangnya.

Hening.

Lagi lagi tak ada suara perbincangan. Hanya suara mengisak yang masih saja menderu pada koridor rumah sakit.

Brak!

Vano mendorong pintu itu keras hingga menimbulkan suara yang membuat Keysa terperanjat. Namun, semua itu dapat teredam karena isakan. Vano memasuki ruangan berbau alat alat rumah sakit. Dan matanya yang kian menyisir itu kembali fokus ke arah titik yang membuatnya meluruhkan liquid bening lagi. Dadanya kembali merasa sakit. Seorang wanita tergolek lemah dengan selang yang masih tertempel pada tubuhnya. Hanya layar monitor  EKG yang masih menyala menunjukkan suara detak jantung seseorang. Namun, dia masih terbaring kaku walau detak jantungnya masih berdetak.

Keysa mulai mengikuti langkahan Vano. Cowok itu menatap manusia yang terkulai lemas dalam brankar. Sementara bi Sumi masih duduk di luar ruangan. Dari kejauhan Keysa dapat melihat Vano yang masih pilu akan luka. Tangannya menggenggam erat tangan manusia yang sudah dingin bak es itu. Wajahnya yang pucat terpejam membuat Vano semakin menurunkan liquid bening dari celah matanya.

“Key ... ,” ucap Vano. Cowok
Keysa yang melihat itu tak ingin mengganggu Vano. Cewek itu melangkahkan kakinya pergi setelah melihat punggung Vano. Namun, kepergian itu urung karena tiba tiba saja seseorang memanggilnya.

Ya, suara Vano. Namun, Keysa hanya tersenyum memandang punggung Vano yang memanggilnya tanpa menoleh.

“Key ... ,” ujar Vano lagi.

“Aku di belakang kamu,” ucap Keysa menarik sudut bibirnya—tersenyum. Vano diam datar, cowok itu masih menatap wajah wanita paruh baya itu tanpa menatap wajah Keysa yang berada di ambang pintu ruang UGD.

“Mama bakal bangun dari koma kan?” isaknya semakin lirih. Hal yang mampu membuat Keysa meluruhkan liquidnya lagi. Ya Tuhan, Ia tak kuat lagi menahannya, Vano sangat lemah.

KEYVANO [Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang