14. Beginning without disscussion

2.8K 113 20
                                    

TABURI DENGAN SPAM KOMEN KALIAN YUK!

HAPPY READING!


•••


"Kak Vano!"

"Kak Vano!"

"Kak! Ini Vanya!"

Suara itu mulai menggema di telinganya. Vano menoleh kesana kemari. Namun, tak menemukan sosok dari balik suara yang terlihat familiar seperti adiknya. Dia menoleh ke belakang. Tatapannya tertuju pada sesuatu seperti kabut.

"Kak Vano!" ujar seseorang itu tiba-tiba ada di belakangnya. Dia tersenyum kecil ke arah Vano. Tangannya mengarah ke Vano supaya menggenggamnya. Namun, cowok itu hanya tetap diam bingung.

"Lo Vanya?"

Dia hanya tersenyum kecil. Lalu berjalan menjauhi Vano. Cowok itu menautkan alisnya.

"Vanya?"

Gadis kecil itu berlari menjauhi Vano. Melihat gadis kecil itu berlari, Vano berusaha mengikutinya.

"Jangan pergi lagi, Nya."

Argh!

Cowok itu membuka matanya. Mengerjapkannya beberapa saat. Menatap langit-langit kamar dalam diam. Mimpi itu kini datang lagi. Beberapa kali Vano selalu bermimpi dengan mimpi yang sama ketika dia tidur.

Beberapa saat cowok itu terdiam. Lalu mendudukkan badannya dengan kepala bersandar di ranjang apartemennya.

"Nya, cukup dateng ke mimpi gue kayak gini." Dia mengusap wajahnya dengan telapak tangan. Lalu menghela napasnya. Mengambil segelas airputih di atas nakas, meminumnya hingga tandas. Tatapannya menoleh ke arah jam tangan yang kini tertunjuk pada sepuluh malam.

Dia mengambil ponselnya. Beberapa pesan kini terlihat pada ponsel yang baru saja dibukanya.

Cowok itu beranjak dari ranjang. Membasuh wajahnya pda wastafel yang ada di kamar mandinya. Lalu memakai hoodie hitam kesayangannya. Cowok itu mengambil ponsel yang ada di atas nakas. Sedikit tak peduli seperti biasanya. Namun, pesan seseorang kini membuatnya sedikit mengerjap.

Max : Hari ini ada job turnamen. Lo mau?

Vano : Enggak bisa.

Max : Why?

Vano : Gue ada job lain. Kapan-kapan aja.

Max : Hm, oke.

Vano membuka lemarinya. Mengambil tas ransel hitam berisi pistol. Ya, pembunuh bayaran. Seperti yang biasa dia lakukan. Menghilangkan rasa sakit dan kehilangan yang dia rasakan. Seolah sedikit menghibur diri.

Memenuhi permintaan kliennya. Seperti biasa yang dia lakukan.

•••

"GILA! DEVANO GIBRANANTA!"

"SAMA ANAK BARU NGGAK SIH ITU? SAPA SIH NAMANYA KELAS MIPA 4?"

KEYVANO [Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang