8. Discussion lossed: Iam Devano

3.5K 174 13
                                    

Update nih, ada yang masih nungguin dan kawal cerita ini sampai tamat? Thankyou yaa!
Selamat membaca.


•••

Bel istirahat kedua sudah berbunyi. Kini Keysa tengah menikmati semangkuk bakso di siang hari untuk mengganjal rasa lapar. Ah bukan, terlihat jelas tatapannya kini kosong. Dia hanya menatap semangkuk bakso di hadapannya. Tanpa rela untuk memakannya. Entahlah, cewek ini tiba-tiba tidak mood untuk makan. Pikirannya sedang berjalan entah kemana.

"Key, kenapa?" ujar seseorang yang kini menatapnya bingung. Dia memakan semangkuk bakso yang dibelinya.

Kesya menoleh ke arah seseorang yang kini berada di sampingnya. Dia, Kevin Zerrelio. Cowok yang membantu Keysa saat berangkat sekolah. Sebenarnya dia tak ingin pergi ke kantin bersama Kevin. Entah mengapa ada perasaan tidak nyaman berada di samping cowok itu. Apalagi cowok itu seolah berbicara terlalu lembut kepadanya. Menurutnya memang lebih baik dia tidur di kelas saja.

Fyi, Teman temannya pun entah pergi kemana, mungkin mereka masih berada di kelas tanpa ingin mencarinya. Entahlah, sejak kejadian beberapa jam lalu dia tidak kembali ke kelas untuk mengikuti pembelajaran sastra Inggris. Cewek ini menghabiskan waktunya di dalam toilet.

Tapi disaat istirahat kedua dia akan pergi ke kelas. Namun, dia bertemu Kevin yang menawarinya makan bersama di kantin. Sebenarnya Keysa tidak mau, tapi apalah daya untuk dirinya yang tiba-tiba menjadi tidak enakan kepada seseorang.

"Gapapa, cuma ada pikiran aja. Nggak usah dipeduliin, lanjutin makan lo aja," ujar Keysa ke arah Kevin. Cowok itu tersenyum. Sementara Keysa menatap sekitar kantin yang semakin ramai. Dia memutus pandangannya dari Kevin. Entahlah, pikirannya tiba-tiba terfokus pada seseorang yang bergulat kalimat beberapa jam lalu. Dia seolah mencari seseorang itu di tengah keramaian.

"Lo kenapa sih, Key? Ada masalah? Cerita aja sama gue, gue bisa jadi sandaran kalau lo butuh," ujar Kevin menatap Keysa yang masih saja melamunkan sesuatu.

"Dimakan baksonya keburu dingin," lanjut Kevin lagi.

Keysa hanya terdiam kelu.

"Gue udah bilang nggapapa, Vin." Dia menoleh ke arah Kevin dengan tatapan datar. Cowok itu menganggukkan kepalanya sekejap. Keysa menghela napasnya panjang. Beberapa menit, mereka terdiam membisu. Tidak ada pembicaraan yang mereka lakukan.

Tiba-tiba sesuatu tak terduga terjadi. Hal yang membuatnya sedikit kaget dengan dada yang sedikit memburu. Tangan Kevin bertengger seolah mengusap rambutnya. Dia tidak tahu. Namun, dia seolah tak menyukai hal senonoh seperti ini.

"Jangan marah, Key. Gue cuma ngambil sesuatu yang ada di rambut lo," ujar Kevin. Melihat itu Keysa hanya terkekeh canggung. Entah apa yang membuatnya tak nyaman bersama Kevin.

Cowok itu membalas kekehannya dengan mengelus puncak kepala milik Keysa. Membuat rambut empunya berantakan. Keysa memejamkan matanya, berharap ada seseorang yang mengajaknya pergi dari kebersamaannya dengan Kevin.

"Maaf, Vin. Tapi lo juga bisa bilang gue dulu nggak usah kayak gini," ujar Keysa tersenyum kelu. Dia menatap Kevin sebentar. Dia berdiri dari duduknya. Namun, ditahan oleh cowok itu.

"Iya, oke. Tapi lo bisa kan di sini aja?" ujar Kevin menatap wajah Keysa.

"Gue mau ke kelas," ujar Keysa.

"Temenin gue sebentar di sini ya," ujar Kevin mendudukkan diri Keysa di sampingnya. Dia tersenyum lalu mengusap-usap pundaknya. Semakin membuat diri Keysa tak nyaman. Rasanya seperti dilecehkan secara tidak sengaja. Ya, Tuhan. Dia ingin pergi saja kali ini.

KEYVANO [Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang