43. Crying in the rain

1.4K 68 4
                                    

Gue balik, masih nunggu sampe tamat? Hahah!
Selamat membaca. Kawal ya sampe tamat


•••

“Key, Lo pulang sama Vano?”

Ucapan itu mampu membuat Keysa menautkan alisnya. Asya berbicara, menatap Keysa yang hanya diam terduduk pada bangku kelasnya. Bahkan cewek itu belum pulang. Asya hanya ingin menunggu sebentar saja, berniat mengajaknya pulang bersama.

“Gue enggak tau,” ujar Keysa mengangkat bahunya. Asya mendesahkan napasnya.

“Gimana kalo bonceng gue aja pulangnya?” ujar Asya lagi. Namun kali ini Keysa menolaknya. Hal yang mampu membuat Asya berdecak kesal.

“Ayolah! Gue nggak akan ngebut kok, lagipula gue mau ngajak main sama temen-temen biar lo gak sedih mulu!” ujar Asya. Keysa yang mendengar itu menolehkan tatapannya ke arah Asya. Sudah bertahun tahun mengenal sahabatnya ternyata tidak percuma. Semuanya baik dan peduli padanya. Keysa sangat bersyukur dengan keberadaan mereka.

Cewek itu tersenyum kecil ke arah Asya. Lalu menggeleng pelan. “Kali ini gue nolak dulu Sya, gue mau ketemu Vano.”

Asya menajamkan matanya. “Gak usah ketemu dia lah! Kalo bikin lo sakit hati!” ujar Asya tak suka. Keysa yang mendengar itu terkekeh pelan. Cewek itu memukul pundak Asya.

“Gue nggak sakit hati kok, lagipula ini hubungan gue, dan gue pengen banget mertahanin semuanya.”

“Pokoknya gak boleh nangis! Kalo enggak lo gak gue bolehin ketemu Vano sekalipun selamanya gak boleh!” ujar Asya lagi. Keysa semakin terkekeh. Benar-benar Asya seperti anak kecil.

“Iya Asya, gue gak nangis deh! Sebisa mungkin!” kekeh Keysa.

“Padahal gue mau ngajakin lo beli Boba, ngajak temen juga ini gue kan udah jadian sama Fafa jadi gue mau kasih sedekah buat kalian biar langgeng.”

“Besok aja deh ya? Sekalian ajak Fafa nya,” ujar Keysa semakin terkekeh. Asya menghela napas lalu mengganggukan kepalanya dan berkata iya.

“Hem, ya udah besok gue traktir. Sekarang jadi lo pulang sama siapa?” ujar Asya menatap wajah Keysa intens.

“Sama Vano,” ujar Keysa lagi. Sebenarnya Keysa agak ragu dengan perkataannya sendiri. Keysa akan pulang bersama Vano jika Vano mau. Tapi jika tidak Keysa juga bisa minta Mang Ujang untuk menjemput atau naik Abang ojol.

“Beneran nih? Tapikan dia sama Aletta, lo juga lagi marahan kan sama dia?” ujar Asya lagi.

“Enggak lah! Gue tetep pulang sama Vano,” alibi Keysa.

“Ya udah deh! Kalo lo mau gitu,” ujar Asya lagi lalu pergi meninggalkan Keysa. Cewek itu tersenyum lantas bergegas pergi. Keysa dengan cepat pergi ke kelas Vano. Mencari cowok itu.

Kali ini Vano sendirian di kelas. Tidak ada siapapun di sana. Hanya ada Keysa yang baru saja masuk dan Vano yang masih terduduk datar.

“Vano,” ujar Keysa menatap wajah Vano. Cowok itu menautkan alisnya.

“Apa?” ujarnya. Kali ini senyumnya sedikit luntur. Dia kira Vano akan bertanya lebih. Ternyata dia hanya berkata sesingkat itu?

“Enggak,” ujar Keysa gugup. Bingung harus berkata apa. Bahkan Vano mengabaikan ucapan Keysa. Rasanya Keysa saat ini bukan pacar Vano. Keysa seperti orang asing yang datang tiba tiba di hadapan Vano.

Vano berdecih. “Nggak pulang?” ujarnya tiba tiba. Keysa yang mendengar itu sedikit tertegun.

“Belum, ka—kamu belum pulang?” ujar Keysa lagi. Cowok itu berdecih lagi.

KEYVANO [Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang