37. Not Vano

1.5K 59 11
                                    

Update nih, ada yang masih nungguin dan kawal cerita ini sampai tamat? Thankyou yaa!
Selamat membaca.

•••

Cobra's king

Kini tidak ada sisi hangat. Hanya sisi dingin yang kian menjalar pada raganya. Tatapannya kini menajam bungkam menatap cowok yang terduduk tenang pada kursi di depan billyard. Elang lagi lagi diam. Tatapannya mengarah pada Artha yang masih saja terkekeh.

"Ngapain lo di sini?!" ujar Artha tersenyum miring. Tatapannya masih mengarah pada Elang yang masih diam bungkam.

"Oh, elo mau nantangin geng kita buat balap motor? Atau tawuran?" ujar Artha lagi. Tatapannya mengarah pada Elang. Dirinya hanya diam lagi. Tidak penting jika dia menjawab pertanyaan Artha barusan.

"Kalo bisa juga gue bunuh ketua geng lo yang lagi terpuruk itu," ujar Artha sinis. Elang yang mendengar itu tersentak. Namun, cowok itu mampu menutupnya dengan ekspresi dingin. Bagaimana bisa Artha tahu?

"Darimana lo tahu?" ujar Elang tiba tiba saja angkat bicara. Artha mendengarnya. Cowok itu tertawa. Namun, tiba tiba semuanya hening.

"Mau banget lo tahu gue bisa tahu dari siapa?"

Elang berdecak sebal. Cowok itu kembali bungkam tak banyak bicara. Toh, lagipula tujuan dirinya pergi ke markas Cobra hanya ingin bertemu dengan Chiko, dan itu tidak lebih!

"Oh yayayaya, gue kasih tahu kalo malem itu gue jadi lawan dia pas tinju di ring," ujar Artha terkekeh.

"Dia udah lemah, dan saat itu gue mau bunuh di--ah udahlah gak penting," ujarnya lagi. Kini Elang mengepalkan tangannya. Diam, kondisinya semakin dingin. Dia harus tenang menghadapi sikap cowok di depannya. Lagipula di sekitarnya sudah banyak manusia yang mengambil ancang ancang dengan membawa senjata. Semakin dia lengah, maka mereka akan semakin berontak untuk menembak raganya.

"Gue kesini mau ketemu Chiko," ujar Elang menatap wajah Artha. Artha yang mendengar lagi lagi terkekeh.

"Ketemu Chiko? Gak salah? Dia udah gak mau ketemu lo dan temen temen lo itu," ujar Artha lagi.

"Gue gak butuh omong kosong lo! Gue cuma butuh Chiko di hadapan gue," ujar Elang lagi. Artha tersenyum miring. Tak suka atas penuturan elang barusan.

"Dia gak ada di sini!" ujar Artha lantang. Elang benar benar mengepalkan tangannya. Dirinya tidak suka jika diremehkan.

"Bodoh! Gue gak suka omong kosong lo!" ujar Elang keras. Kali ini rahangnya menegas. Dingin dan menyeramkan.

"Dia udah gak di sini!" ujar Artha lagi.

"Omong kosong!" ujar Elang sinis. Kali ini tatapannya menyisir. Namun, dirinya memang tidak melihat Chiko dari kemarin.

"Buat apa gue bohong?" ujar Artha tertawa sinis. Dirinya melirik wajah Elang tak suka.

Lagi lagi hening. "Dimana Chiko!?" pekik Elang.

"Dia gak di sini!" ujarnya lagi.

" ... "

"Dia itu udah gak ada manfaatnya di sini!"

KEYVANO [Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang