24. Am I jealous?

2.5K 96 28
                                    

Keysa membuka matanya. Lalu menatap dengan menolehkan pandangannya ke arah cowok yang masih tertidur dengan memeluknya erat. Tak bisa dipungkiri bahwa Keysa sangat malu akibat kejadian tadi malam. Hal yang membuat dirinya tidur bersama Vano dengan tangan yang masih erat berpelukan. Atas dasar kata takut tadi malam, dirinya meminta Vano untuk tidur bersamanya. Dia menghela napasnya lega, karena Vano tidak berbuat aneh-aneh pada dirinya.

Keysa menyingkirkan tangan besar milik Vano dengan perlahan. Namun, yang terjadi bukanlah tangan yang terlepas melainkan tangan yang semakin mengeratkan pelukannya. Hal itu membuat dirinya menoleh dan melotot tajam.

Ya, Tuhan.

"Vano!" ujar Keysa dengan menampar kecil pipi Vano. Tak sadar Vano refleks membuka matanya.

"Apa?"

"Minggir! Nggak usah peluk-peluk lo!" ujar Keysa melotot tajam ke arah Vano.

"CK!"

Vano memutar bola matanya malas. Keysa yang arogan ini sudah kembali. Padahal tadi malam dia tahu bahwa cewek ini sangat ketakutan atas dasar petir saja.

Vano dengan cepat menyingkirkan tangannya dan membalikkan badannya tanpa menoleh ke arah Keysa.

Keysa bangkit dari kasur kingsize milik Vano. Bibirnya berdecak sebal ketika menatap Vano yang masih tidur kembali padahal dia ingin Vano mengantarkannya pulang ke rumah karena jam sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi.

"Van...."

Tak ada sahutan.

"Devano!"

Keysa menghela napasnya gusar. Cowok ini menyebalkan sekali. Sudah berapa kali dia bergumam untuk tetap sabar menghadapinya. huh!

"Vano," lirih Keysa.

Tak ada respon.

"Van...." Keysa semakin membesarkan suaranya untuk membangunkan Vano.

"Vano!"

Tetap saja Vano tak bangun.

"Vano!!!!" pekik Keysa di telinga Vano. Hal itu membuat Vano mengerjapkan matanya seketika.

"Apa?"

"Anterin gue pulang, gue mau sekolah," ucap Keysa. Dia ingin berangkat pagi.

"Nanti aja masih pagi banget."

"Vano!" ucap Keysa memukul dada bidang Vano yang berbalut selimut.

"Berisik."

"Vano!!! gue mau pulang!!! cepet!!" pekik Keysa.

Vano menulikan pendengarannya.

"Anjing lo!! cepet, gue mau sekolah!!"

Vano tetap bungkam. Lalu dia menatap Keysa yang melotot karenanya. "Cerewet," ucap Vano datar lalu melangkahkan kakinya untuk mengambil kunci mobil yang dia miliki. Selain motor merahnya dia juga memiliki mobil. Jangan salah, jika Vano membelinya dengan uang hasil kerja kerasnya sebagai petarung illegal dan pembunuh bayaran yang sekarang sudah tak dia jalani lagi atas perintah temannya—Elang.

Vano melangkahkan kakinya keluar apartemen diikuti Keysa yang mengekorinya dari belakang. Sebelum itu dia melihat mamanya yang sedang duduk dengan sarapan yang berada di hadapannya. Virna tersenyum ke arah Vano.

"Pagi, Ma," ucap Vano yang berjarak agak jauh dari Virna. Keysa hanya diam tak mampu berkutik di belakangnya. Cewek itu sedikit melongo ketika melihat Vano yang terlihat keras dan menyebalkan. Akan tetapi, cowok itu bisa bersikap lemah lembut di hadapan Mamanya.

KEYVANO [Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang