Disappointed

24.2K 1.5K 8
                                    

Prilly berjalan gontai ke dalam kelas. Kemudian dia duduk di bangkunya, sebelah Mila.

"Kenapa lo? itu muka lecek banget kayak duit kembalian, Hp lo nggak ketemu? Yaudah ntar gue bantuin nyari" Mila heran melihat wajah sahabatnya yang kusut.

"Selamat siang anak-anak, kumpulkan tugas kalian ke meja, setelah itu buka buku paket kalian halaman dua puluh" baru saja Prilly membuka mulut ingin bercerita kepada Mila, namun Pak Bandi masuk dan berbicara tanpa jeda. Mulut Prilly bahkan menganga seolah ingin goyang dumang.

"Prilly Adelhard!" Sudah kesepuluh kalinya Pak Bandi memergoki Prilly melamun. Masih untung Pak Bandi hanya memanggil namanya, biasanya dia sudah meniup peluitnya kencang, tanpa ampun. Hingga jam pelajaran Pak Bandi hampir berakhir, Prilly terlihat melamun lagi. Pak Bandi hendak meniup peluitnya ke arah Prilly. Dia sudah bersiap-siap meniupnya, posisinya sudah berada pas di samping Prilly.

Teng teng teng

Untung saja lonceng berbunyi, Pak Bandi mengurungkan niatnya dan mempersilahkan para siswa untuk beristirahat. Prilly pun selamat dari peluit maut Pak Bandi. Kemudian Pak Bandi dan para siswa satu-persatu keluar dari kelas kecuali dua orang siswi, siapa lagi kalau bukan Prilly dan Mila.

"Lo kenapa prill?" Tanya Mila khawatir melihat sahabatnya yang sepanjang pelajaran Pak Bandi melamun.

"Kayaknya gue nggak jadi ngajakin Ali ke cafe bareng kita deh" Prilly membuang nafasnya.

"Loh kok nggak jadi, kenapa emang?" Mila mengernyit.

"Gapapa, gue males aja" jawab Prilly singkat.

"Ah pasti ada apa-apa nih, buruan cerita!" Mila curiga karena tiba-tiba Prilly berubah pikiran. Biasanya Prilly dengan sukarela bercerita apa saja kepada sahabatnya itu. Tapi kalau Prilly sudah seperti ini, maka Mila harus sedikit memaksa. Prilly pun akhirnya bersedia bercerita setelah Mila mengeluarkan jurus maut rayuannya. Prilly bercerita tentang apa yang dia lihat dan apa yang dia rasakan saat dia ke kantin. Mendengar ceritanya, Mila malah mentertawakan.

"Iiiih kok lo malah ketawa sih" Prilly mendengus kesal karena Mila malah mentertawakannya.

"Lagian lo sih, cuma gitu aja berubah pikiran, cemburu yaa" ledek Mila sambil tertawa.

"Apaan sih, bukannya cemburu tapi kan..." Prilly manyun.

"Tapi apa? Tapi jealous?" Mila meledek lagi.

"Itu sih sama aja keles, habis mereka akrab banget, jangan-jangan mereka..." Prilly menggantungkan kalimatnya.

"Hush, siapa tahu mereka memang akrab aja, lagian kan mereka sama-sama anak kelas fisika, wajar kali, lo aja akrab banget kan sama temen-temen kakak lo, bahkan mereka kakak kelas" Mila berusaha menenangkan sahabatnya.

"Iya juga sih... tapi.." Prilly mulai membenarkan pernyataan Mila.

"Nggak ada tapi-tapian" Ponsel Mila berbunyi, ada pesan masuk untuknya. Baru ingin mengambil ponselnya, Prilly berteriak. Mila menutup telinganya secara reflek karena Prilly lagi-lagi mengeluarkan suara delapan oktafnya.

"OMG Helloooooooow!" Karena mendengar bunyi ponsel Mila, Prilly jadi ingat kalau dia belum menemukan ponselnya.

"Apaan sih lo prill, lama-lama budeg kuping gue, bisa nggak sih lo nggak usah heboh" protes Mila.

"Ya maaf, lo kayak nggak tau kebiasaan gue aja. Masalahnya gara-gara di kantin tadi, gue jadi lupa nyari hp gue" Prilly meringis.

"Yaampun, jadi belum ketemu? Yaudah ayo gue bantu cari, segalau itu lo sampe lupa nyari tu hp" Mila malah meledek.

CLASH: Another Ali And Prilly StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang