My Super Monkey and Miss Blonde

29.6K 1.5K 11
                                    

Prilly dan Mila sudah beranjak pergi meninggalkan Ali. Prilly bahkan tidak jadi membersihkan noda di seragamnya. Ali pun hendak masuk ke kamar kecil karena sedari awal tujuannya memang ingin ke sana. Hanya saja tadi Ali melihat Prilly yang tampak tidak memperhatikan jalannya. Dia waspada kalau-kalau Prilly terjatuh, makanya dia bisa dengan cepat merengkuh Prilly. Ali melangkahkan kakinya hati-hati sambil melihat lantai licin yang dia injak. Langkahnya terhenti, dia menunduk dan mengambil sesuatu yang tergeletak di dekat nya.

Ponsel?

Dia unlock screen nya, beruntung ponsel tersebut tidak diberi password. Dia tersenyum melihat wallpaper home screen tersebut, foto selfie dua gadis berseragam SMA Aldric dengan ekspresi yang lucu. Dia sangat mengenali foto tersebut karena dua gadis itu baru saja membuatnya tertawa.Ya, itu foto Prilly dan Mila. Rupanya Prilly lupa kalau ponselnya terjatuh saat dia terpeleset. Tambah lagi dia buru-buru menyeret sahabatnya pergi tadi. Ali memasukkan ponsel tersebut ke sakunya kemudian dia masuk ke kamar kecil. Lima menit kemudian, Ali keluar dari kamar mandi. Tadinya Ali hendak kembali ke kelasnya, karena dia tadi meminta izin ke kamar kecil saat jam pelajaran.

"Eh Li, ke kantin yuk bro gue kenalin temen-temen gue sekalian" ajak teman sekelas Ali. Belum ada sehari, Ali sudah mulai dekat dengan teman-teman barunya. Anak-anak Aldric memang terkenal kompak dan seru, sehingga tidak sulit bagi Ali untuk beradaptasi. Tiba-tiba ponsel Prilly berdering.

"Eh iya, udah istirahat ya, duluan aja bro ntar gue nyusul, ada telepon". Jawab Ali segera kepada temannya.

"Oke, duluan bro" teman sekelasnya pun berlalu pergi. Ali mengambil ponsel Prilly dari sakunya.

My Super Monkey

Ali mengernyit melihat nama penelepon tersebut.

"My?" Gumam Ali. Ali tidak mengangkat telepon tersebut walau sebenarnya dia sangat ingin. Dia menghargai privasi Prilly, bagaimanapun juga dia tidak berhak menerima telepon yang bukan miliknya. Lagi pula telepon itu sudah berhenti berdering dan tidak menghubungi lagi.

My? Kepemilikan? Siapa penelepon ini? Apakah kekasih Prilly? No no no! Nggak Li, belum tentu. Siapa tahu ini orang tuanya. Tapi mana mungkin gadis secantik Prilly menyebut orang tuanya monyet. Pasti nggak lah, ngarang aja lo Li. Oooh atau mungkin Prilly piara monyet terus..... Tunggu dulu, mana ada monyet punya ponsel, lagian cewek imut kayak Prilly lebih cocok piara kucing. Aaaaargh tambah ngaco lo Li.

Ali memukul ringan kepalanya sendiri ingin meredakan perang batinnya. Dia berusaha berpikiran positif, meskipun sebenarnya ada sedikit rasa takut kalau bidadarinya sudah ada yang memiliki. Tapi Ali tidak menghiraukannya, dia yakin kalau Prilly belum ada yang punya. Dia mengingat sebuah pepatah.

"Sebelum janur kuning melintang..." Ali tanpa sadar mengucapkannya.

"Melengkung kali Li hahaha" seseorang menyahut. Ali menoleh. Dia kaget melihat orang tersebut.

"Poland? Lo?" Ali mengenali gadis itu. Poland, seorang gadis cantik dengan wajah kebulean dan memiliki rambut agak pirang. Gadis itu tambah cantik mengenakan kaca-mata berbentuk cat eyes yang dia kenakan.

"Lo sekolah di sini?" Ali melanjutkan, masih tak percaya.

"As you can see, Lo nggak perhatian banget sih, masa nggak tau gue sekolah di sini, lo juga nggak bilang pindah ke sini, padahal gue juga anak kelas fisika, cuma kita beda kelas" protes Poland kepada Ali.

"Sorry sorry gue lupa hahaha" keduanya tertawa bersamaan.

"Yaudah yuk lanjutin obrolan di kantin aja, masa di depan kamar kecil gini" Poland merangkul Ali sampai ke kantin. Keduanya tampak asyik dengan obrolannya.

CLASH: Another Ali And Prilly StoryWhere stories live. Discover now