Found You

15.8K 1K 31
                                    

ALI POV

Aku bersandar di tembok. Beberapa pukulan mendarat di tubuhku. Kurasakan cairan asin di sudut kanan bibirku. Al berhenti sejenak, namun tangannya masih mencengkeram kausku bagian depan. Aku masih beruntung karena Al tidak mencekik leherku sekalian.

"Kenapa lo nggak ngelawan hah?!" Teriaknya.

"Lo mengakui kalau lo brengsek?!" Lanjutnya penuh emosi. Ya aku memang brengsek. Aku telah mengecewakan Prilly juga dirinya. Sangat pantas jika aku dihajar olehnya.

"Lo bisa hajar gue sepuasnya Al, tapi lo harus dengerin penjelasan gue" jelasku padanya.

"Bullshit!" Umpatnya. Al hendak memukul ku lagi tapi pukulannya tidak sempat mengenaiku.

"Hentikan Al!" Teriak Kirun. Kulihat tanganya sudah menahan tangan Al yang hendak memukulku tadi. Aku sedikit limbung dan duduk bersandar.

"Lo mau bunuh anak orang, hah?!" Lanjut Kirun sambil mendorong tubuh Al. Tubuh Kirun memang lebih kecil dibanding Al tapi sejauh yang aku tahu tenaga Kirun melebihi siapapun di antara kami semua.

"Kirun? Ngapain lo disini?" Tanya Al heran.

"Buat mencegah lo melakukan hal bodoh." Jawab Kirun cepat.

"Gue nggak melakukan hal bodoh tapi gue lagi menghajar si brengsek ini" sergah Al tidak mau kalah.

"Dan lo bakal jadi si brengsek nomer dua kalau lo nggak mau dengerin penjelasan si brengsek ini" ucap Kirun mencoba mengendalikan emosi Al. Al diam, sepertinya dia sedang berusaha mengatur emosinya.

"Oke kalau lo nggak mau, mana kunci mobil lo?" Ucap Kirun sambil mengadahkan tangannya ke arah Al.

"Untuk apa?" Tanya Al sedikit bingung. Dia sedikit ragu memberikan kunci mobilnya.

"Lo ikut gue sekarang." Ucap Kirun sambil merebut kunci yang masih dipegangi oleh Al.

"Gue nggak mau." Tolak Al mentah-mentah.

"Lo harus mau." Putus Kirun dan diapun menarik paksa Al. Kirun berhenti sejenak.

"Lo masih sanggup nyetir sendiri kan Li?" Tanya Kirun padaku. Aku pun mengangguk dan segera beranjak menuju mobilku. Benar apa yang dikatakan oleh Kevin bahwa hanya Kirun lah yang bisa meredakan emosi Al. Harusnya aku tak perlu meragukan itu.

Saat masuk ke dalam rumah sakit, Al beberapa kali bertanya pada Kirun untuk apa dia dibawa ke rumah sakit. Tapi Kirun hanya terus berjalan dan menyuruh Al agar mengikutinya. Hingga akhirnya kami sampai di depan kamar Tatjana dan anak-anak CLASH beranjak menghampiri kami.

"Kalian?" Tanya Al heran karena melihat anak-anak CLASH.

"Ada apa sebenarnya? Siapa-" ucapan Al terputus saat dia mencoba melihat ke ruangan Tatjana melalui kaca pintu. Tatjana tampak terbaring lemah dan belum ada tanda-tanda dia akan sadarkan diri. Al terdiam kemudian dia meraih kenop pintu hendak membukanya. Tapi Kirun tiba-tiba menahannya.

"Tunggu! Lo boleh masuk tapi setelah mendengarkan penjelasan Ali." Ucap Kirun segera. Aku kira Al akan menolak tapi tidak kusangka dia langsung mengiyakan. Kemudian anak-anak CLASH meninggalkan kami berdua untuk sementara. Kami duduk bersebelahan dan tanpa bertele-tele aku mulai menjelaskan semuanya sedetail mungkin. Tentang kedatangan Tatjana, tentang rencana nya dan tentang penyakitnya. Al pun hanya diam tanpa menginterupsi sedikitpun. Tapi aku tahu dia mendengarkan penjelasanku.

Aku masih menunggu reaksinya karena sedari tadi dia hanya duduk diam dengan menumpukan kedua siku tangan pada paha dengan jemari kedua tangannya yang saling terkait. Kepalanya sedikit menunduk dan matanya hanya memandang ke satu titik. Dia bahkan masih diam saat aku sudah selesai menjelaskan. Dan hatiku mencelos saat Al menoleh padaku dengan sinar matanya yang redup. Tidak kutemukan lagi emosinya yang selama ini dia tunjukkan padaku.

CLASH: Another Ali And Prilly StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang