It's Me, Never Turn Away From You

13.9K 1.1K 39
                                    

ALI POV

"Kapan mau bawa Prilly ke rumah???"

"Kapan kenalin Prilly ke gue???"

"Kapan?"

Bisa kalian bayangkan bagaimana rasanya setiap hari harus mendengar ocehan seperti itu dengan suara nyaris melengking. Alya memang berbakat jadi sales panci. Suaranya itu mampu membuat beruang madu yang sedang hibernasi sekalipun pindah ke kutub utara karena takut gendang telinganya pecah. For God's sake andai saja fansboys nya tau kalau idolanya cerewet seperti petasan banting aku yakin mereka akan resign jadi penggemarnya.

Thanks God akhirnya hari ini aku bisa merasakan kebebasan karena aku sudah berhasil membawa Prilly ke depan matanya. Ini patut dirayakan tujuh hari tujuh malam karena Alya setidaknya tidak megerecokiku lagi meskipun aku tidak yakin besok-besok dia akan membiarkanku hidup tenang. Dan lihatlah dia sekarang. Dia seakan mendapat mainan baru. Meskipun aku sesungguhnya tidak rela karena waktuku dengan Prilly dimonopoli olehnya. Kakakku memang terkadang kurang pengertian. Alya tidak tahu betapa berharganya waktuku bersama dengan Prilly.

Hubunganku dengan Al memang belum mengalami perubahan. Dia masih saja tidak menganggapku ada. Dia bahkan tidak pernah memberiku kesempatan bahkan hanya untuk menyapanya. Aku sadar dia belum bisa memaafkanku. Meskipun demikian, aku sangat bersyukur dengan kelonggaran yang dia berikan. Bisa bersama lagi dengan Prilly merupakan hal yang tidak akan pernah aku sia-siakan. Aku berusaha tidak mengecewakan apa yang telah Al berikan. Maka dari itu, setiap ada kesempatan bersama dengan Prilly, aku akan selalu mengantarnya pulang tidak lebih dari jam enam sore bahkan seringkali lebih awal. Itu sudah menjadi kewajibanku.

Hal itu kulakukan bukan semata-mata karena aku menghargai Al tapi juga karena aku ingin Prilly mempunyai cukup waktu untuk dirinya, untuk sahabatnya dan tentu saja untuk Al. Sebesar apapun keinginannya untuk bersamaku. Aku tidak mau dia kehilangan momen-momen berharga lainnya. Karena hidupnya tak cuma aku. Selama ini aku kesulitan untuk mempertemukan Prilly dengan Alya karena jadwal Alya yang sangat padat. Dia hanya memiliki waktu luang di malam hari, sementara aku tidak mau mengajak Prilly keluar pada malam hari. Sekali lagi, aku bertekad untuk tidak merusak sedikit kepercayaan yang telah Al berikan. Meskipun Al tidak melarang tapi aku harus tetap menghargainya.

Untungnya ini hari sabtu, malam minggu. Jadi Prilly mempunyai banyak waktu. Sebenarnya aku tidak masalah jika malam minggu kita tidak bersama seperti pasangan pada umumnya. Bukan berarti aku tidak ingin bersamanya karena bagiku waktu bersamanya teramat berharga. Bagiku kapanpun waktunya akan sama spesialnya asalkan bersamanya. Namun aku juga tidak bisa serta-merta menutup mata. Mungkin aku memang bukan lelaki yang cukup peka. Tapi setidaknya aku tahu ada saatnya Prilly membutuhkanku lebih dari hari biasanya meskipun dia tidak pernah mengatakannya. Tipikal wanita, berharap pria tahu segalanya. Jangan tanya darimana aku bisa cukup peka, siapa lagi kalau bukan Alya yang mencekokiku dengan segala hal tentang wanita. Jujur untuk hal ini aku berterimakasih padanya.

Tadi sore setelah Prilly meminta ijin kepada Al untuk bermalam minggu dengan syarat Prilly harus sudah berada di rumah kurang dari jam sepuluh malam, aku segera menjemputnya. Aku mengajaknya ke rumahku. Kebetulan Alya tidak memiliki jadwal yang cukup padat akhir pekan ini. Jadi pukul lima sore dia sudah duduk manis di rumah. Saat kuberitahu bahwa aku akan mengenalkan Prilly padanya hari ini. Dia sangat antusias, layaknya menang undian berhadiah. Ini adalah waktu yang sudah dia tunggu-tunggu selama ini. Dia rela menolak segala ajakan malam minggu dari rekan sejawatnya, bahkan dia juga menolak ajakan aktor terkenal, satu dari sekian banyak pria yang sedang mencoba mendekatinya saat ini. Dia jauh lebih tertarik bertemu dengan Prilly. Aku rasa mereka akan cepat akrab.

Dan benar saja, ajaibnya mereka bisa langsung akrab selayaknya teman lama. Alya bahkan memperlakukan Prilly seperti adik perempuan yang baru dia temukan. Prilly juga tampak nyaman dengan Alya. Padahal tadi saat kujemput dia sempat cemas, dia takut kalau pertemuannya dengan Alya akan canggung. Dia bahkan menyuruhku untuk tidak jauh-jauh dengannya. Tapi lihat sekarang, siapa yang menjauhi siapa. Mereka asyik berdua dan tidak mengacuhkanku. Seolah-olah aku ini makhluk yang tak kasat mata.

CLASH: Another Ali And Prilly StoryWhere stories live. Discover now