That's My Big Brother

9.1K 958 15
                                    

PRILLY POV

Aku masuk ke dalam kamar Al, aku berencana mengajaknya keluar di minggu siang ini. Rasanya sudah lama kami tidak bersenang-senang berdua. Biasanya setiap ada waktu luang di hari minggu kita akan pergi ke area permainan. Mencoba wahana permainan yang memacu adrenalin dan tertawa kencang setelahnya tanpa tahu malu. Karena bagi kami permainan itu tidaklah semengerikan seperti yang orang lain rasakan. Inilah kami, keluarga Adelhards. Aku baru saja ingin memanggil Al karena kamarnya tampak sepi. Hingga kutemukan dia sedang tertidur di sofa. Dasar! Mentang-mentang hari minggu, dia tidur hingga sesiang ini. Biar saja aku akan mengerjainya. Bersiaplah kakakku sayang! Mungkin aku akan memberikan nyanyian delapan oktafku kemudian menarik hidung mancungmu agar seperti pinokio. Atau mungkin kufoto saja pose aibnya dan kusebar ke media sosial.

Tapi tunggu dulu, aib darimana kalau tidur saja dia masih sialan tampan seperti ini. Yang ada dia semakin banyak fansnya. Bisa makin besar kepala dia. Mungkin aku bisa menggunakan bakat seniku. Ya walaupun nilai pelajaran seni lukisku tidak pernah lebih dari lima tapi kan tidak ada salahnya dicoba. Biarpun abstrak pasti bernilai seni tinggi apalagi kanvasnya wajah seorang Al Adelhard. Aku yakin laku keras kalau dilelang. Karyaku akan menjadi masterpiece! Segera kuambil spidol permanent yang kebetulan ada di meja. Sepertinya dewi fortuna sedang ada di pihakku saat ini. Aku sudah beranjak ke arahnya ingin mengerjainya namun entah kenapa perhatianku teralihkan pada beberapa lembar foto di meja. Kutunda dulu rencanaku mengerjainya.

Kuambil foto-foto itu, ternyata foto-foto Al dengan anak-anak CLASH. Aku belum pernah melihat foto-foto itu sebelumnya. Namun dilihat dari latar belakang fotonya, sepertinya foto-foto itu diambil saat mereka sedang di USA dulu. Jika dibandingkan dengan wajah mereka sekarang, di foto tersebut mereka tampak masih lugu dan imut. Mereka terlihat sangat bahagia, Al bahkan tampak tertawa lebar sambil merangkul orang di sebelahnya yang membuatku terpaku sekarang. Mataku masih belum berkedip, meskipun orang yang dirangkul Al memakai topi yang cukup menutupi wajahnya tapi aku sangat mengenal senyumnya. Senyum yang hanya dimiliki oleh satu orang. Senyum dari seseorang yang berarti di hidupku. Senyum Ali. Tanpa sadar aku tersenyum melihat betapa akrabnya Al dan Ali di foto itu. Dalam hati aku berdoa, semoga mereka bisa seperti itu lagi. Tertawa bersama. Semoga.

Foto-fotonya hampir sama, hanya dengan pose sedikit berbeda. Dasar para lelaki ini kurang kreatif. Caba aku ada di sana, pasti akan kupaksa mereka untuk ganti gaya. Mungkin akan kusuruh Kirun bergaya salto, atau bahkan kayang, kaki di kepala, kepala di kaki. Aku tersenyum geli melihati foto-foto itu hingga akhirnya kutemukan ada satu foto yang berbeda. Foto polaroid Al dengan anak perempuan. Anak perempuan itu sangat cantik. Dalam foto, Al memeluk anak perempuan itu dari belakang dan keduanya terlihat tersenyum bahagia. Kemudian di sudut kanan foto terdapat tulisan.

Al & Saphira

Mungkinkah dia?

"Buang saja." Suara dari belakang tubuhku sedikit mengagetkanku. Rupanya Al sudah bangun. Dia sudah dalam posisi duduk di sofa dan mengusap-usap matanya dengan tangan, kebiasaannya dari kecil setiap bangun tidur. Yaah gagal deh ngerjain Al. Eh tapi apa dia bilang? Buang saja, katanya.

"Eittt Jangan dong! Biar gue yang simpan!" Jawabku sekenanya. Aku berencana menyimpan foto-foto itu tapi..

"Gue bilang buang ya buang!" tanpa bisa aku duga Al sudah merebut foto-foto itu. Kemudian dia meremas foto-foto tersebut sambil berjalan ke kamar mandi. Aku bergegas mengikuti langkah kakinya yang lebar. Terlambat, foto-foto itu sudah lenyap. Yang tertinggal hanya suara air dalam closet. Ya, Al sudah membuangnya ke dalam closet. Aku hanya bisa terdiam tidak percaya.

"Tutup itu mulut, nanti kemasukan nyamuk" ucap Al menyadarkanku bonus cengiran menyebalkan darinya.

"Huuuu dasar nggak seru!" Aku benar-benar sebal padanya. Kuurungkan niatku mengajaknya keluar. Aku yakin mukaku sudah tertekuk tidak jelas saat ini. Lebih baik aku keluar dari kamarnya.

"Eiit mau kemana?" Cegah Al saat aku hendak keluar.

"Ke kamar!" Jawabku ketus.

"Oh ada yang ngambek ceritanya" Ucap Al sambil mencubit kedua pipiku.

"Iiih lepas Al, sakit!" Segera kutarik kedua tangannya dari pipiku.

"Yaudah nggak jadi deh." Ucap Al tiba-tiba.

"Apa?" Aku menatapnya curiga.

"Tadinya mau ajakin bungee jumping, kebetulan cuma temen gue yang tau tempatnya, eh tapi yang diajakin lagi ngambek, yaudah gue sendiri aja kesana" ucapnya sambil berlalu. Aku masih memproses apa yang dia katakan saat dia berjalan melewatiku.

Bungee jumping?

Sialan! Al selalu tahu cara membujukku. Al sudah keluar kamar saat aku mengejarnya

"Al!!!"

"Apa?"

"Ikuuut!"

"Nggak"

"Al!!!!"

"Apaaa?"

"Gue nggak jadi ngambek." Saat aku bisa sejajar dengan langkahnya, segera kurangkul tangannya dan kuberikan senyumku yang paling lebar. Awal nya dia diam saja tidak mengacuhkanku dan melepaskan tangannya dari rangkulanku. Tapi kemudian kurasakan tangan nya merangkulku dan tangannya yang satu lagi mengacak-acak rambutku. Tak berapa lama tawa kami pun pecah.

"Let's having fun! Lil sister!"

"Let's go! Big boss!"

Yeah, that's my big brother!

To be continued...

CLASH: Another Ali And Prilly StoryWhere stories live. Discover now