The Arkanas

27.4K 1.6K 10
                                    

"Jangan cemberut nanti cantiknya hilang" godanya.

Gadis cantik itu memberengut kesal lantas melepaskan diri dari pelukan. Sementara yang tadinya memeluk hanya tertawa saja hingga satu cubitan mendarat tepat ke pinggangnya membuat dia mengaduh.

"Lagian lo sih, segala nggak bisa dihubungin, terakhir kali ditelpon bilang mau ke taman ini, taman ini kan luas, emangnya gue peramal kali bisa tau tepatnya lo dimana, gue pasangin alat pelacak juga lo biar kayak mmmm itu tuh" protes gadis itu sambil menunjuk ke salah satu sudut taman.

"Sialan, gue disamain sama anjing pelacak," Laki-laki itu mendengus sebal.

"Eh iya sorry hp gue abis batrenya , lagian kan gampang nyari gue, tinggal nyari yang paling ganteng, kan cuma gue" lanjutnys sambil tertawa.

"Wuuuuu dasar" gerutu gadis itu, kemudian menghambur kembali ke pelukan si laki-laki.

"Kangen gue sama lo" ucap gadis itu sambil memeluk erat.

"Gue lebih kangen" Si laki-laki membalas pelukan gadis itu sama eratnya.

"Eh kok badan lo dinging sih?" Tanya gadis itu setelah melepas pelukannya.

"Kelamaan nungguin lo, liat aja sampe udah gelap gini tuh langit" Jawab si laki-laki sambil melipat tangannya.

"Lagian kenapa lo nggak bawa jaket sih" protes gadis itu tidak terima.

"Gue bawa kok, tapi..." si laki-laki menjawabnya namun menggantung.

"Tapi apa?" Gadis itu menjadi penasaran

"bukan apa-apa, ayo pergi" Jawab si laki-laki.

"Tapi apa Ali Arkana? Cepetan bilang!" Paksa gadis itu.

"Tapi udah malam nona Alya Arkana, dan gue kedinginan jadi ayo buruan" jawab laki-laki itu singkat seraya menarik tangan gadis itu, sehingga gadis itu tak sempat menanyakan labih lanjut.

Ali Arkana adalah anak bungsu dari pemilik salah satu perusahaan besar, Arkana Corps. Ayahnya sibuk mengembangkan cabang perusahaannya di USA. Sementara ibunya menangani perusahaan yang berada di Indonesia. Ali memiliki seorang kakak perempuan yaitu Alya Arkana. Alya berusia satu tahun lebih tua dari Ali. Alya adalah seorang model cantik yang kini tangah naik daun, sehingga dia memilih untuk menempuh pendidikan SMA nya melalui home schooling. Sementara itu, Ali sejak SMP menempuh pendidikannya di USA sembari mempelajari bagaimana cara Ayahnya mengembangkan perusahaannya. Hal itu dilakukan karena kelak Ali lah yang menjadi penerus Ayahnya.

Belum lama ini, ibu mereka harus mengikuti ayah mereka untuk menjalankan perusahaan yang berada di USA. Ayah Ali merasakan sedikit kewalahan karena perusahaannya yang berkembang pesat, sehingga dia meminta istrinya untuk mendampinginya. Selama ini Ayah Ali lah yang sering bolak-balik ke Indonesia. Ibu Ali tidak khawatir untuk meninggalkan perusahaan yang berada di Indonesia karena masih bisa di tangani secara jarak jauh. Yang dia khawatirkan sebenarnya adalah Alya, namun itupun sudah bukan masalah lagi karena Ali memutuskan kembali ke Indonesia. Ali yang sekarang, paling tidak juga bisa mengontrol perusahaan di Indonesia.

Ali memutuskan kembali bukan hanya karena Alya. Bagaimanapun juga Ali lebih merasa nyaman jika bisa menikmati masa mudanya di negara kelahirannya sendiri. Dia sangat merindukan segalanya. Ali kembali ke Indonesia, segera setelah Ibunya tiba di USA. Setibanya di bandara Indonesia, Ali sudah dijemput oleh supir pribadi tapi Ali menolak untuk langsung menuju rumah. Ada tempat yang ingin dia kunjungi sebelumnya. Sebuah taman di tengah kota.Tidak ada alasan khusus kenapa Ali ingin berkunjung ke taman itu. Hanya saja, dia merindukan jajanan-jajanan khas yang dia sukai semasa kecil. Di taman itulah, salah satu tempat yang masih ada penjualnya.

Ali meminta supirnya agar mengantarnya ke taman itu. Kemudian Ali menyuruh supirnya untuk pulang terlebih dahulu dan membawa barang-barang nya. Masalah pulang, Alya yang akan menjemputnya seusai pemotretan. Alya memang sedang sibuk, dia bahkan tidak bisa menjemput Ali di bandara. Makanya, dengan senang hati, Alya bersedia menjemput adiknya setelah pemotretan selesai. Alya bahkan, melarang Ali pulang menggunakan taksi. Seperti itulah awal mula mengapa Ali bisa menolong Prilly saat diganggu oleh berandal-berandal. Ali merasa saat itu bukanlah sebuah kebetulan, dia percaya bahwa takdirlah yang mempertemukan mereka.

***

"Ayo dong Liiii, cerita nggak, atau gue sebarin foto aib lo ke medsos!" Ancam Alya sambil mengguncang-guncang tubuh Ali. Ali membuang nafasnya pasrah. Alya memang selalu punya cara untuk memaksa Ali dan Ali selalu berakhir dengan mengiyakan. Ali menceritakan apa yang dialaminya di taman sebelum Alya menjemputnya. Ali menceritakannya secara detail saat bertemu dengan sosok bidadarinya itu. Matanya seolah berbinar ketika bercerita. Hal inilah yang selalu dirindukan Alya. Sebesar apapun sekarang, Alya selalu merasa Ali sebagai adik kecilnya. Meskipun keduanya sering bertengkar tapi kedekatan mereka tidak perlu diragukan lagi. Mereka selalu menceritakan segala hal, bahkan ketika jarak mereka jauh.

"Cieee Ali, kenalin gue dong cewek itu" Alya meledek Ali setelah Ali selesai bercerita.

"Nah itu dia masalahnya Al, gue bahkan nggak tau namanya" Ucap Ali melas.

"Adek gue kenapa bisa bego gini si, ampuni Alya ya Allah, jangan aim doang" Alya berkata sembari mengadahkan kedua tangannya seperti berdoa.

"Ledekin aja terus, bukannya bantuin lo" Ali mendengus kesal.

"Iya iya hahaha, emang nggak ada sesuatu apa gitu yang bisa dijadiin clue, oh iya lo bilang tadi cewek itu pake seragam kan, seragamnya gimana?" Alya menanggapi dengan antusias.

"Oh iya, lo emang kakak gue paling pinter Al" Ali menepuk dahinya.

"Rok seragamnya warna krem muda, terus di saku bajunya ada gambar seperti burung phoenix, itu seragam SMA mana Al? Mana?" Lanjut Ali dengan mata berbinar seperti anak kecil yang sedang meminta permen.

"Waitttt! Bentar bentar gue inget-inget dulu, tenang... nggak banyak kok SMA yang seragamnya warna begitu, dan yang sakunya ada logonya kayak gitu kayaknya gue tau" kemudian Alya melanjutkan,

"dia pake dasi warna biru nggak?" Ali mengangguk samangat, dia mengingat kembali penampilan gadisnya itu.

"Nah bener berarti, itu sih seragam SMA Aldric, gue sempet mau daftar kesana, sebelum gue mutusin buat home schooling, deket taman itu kok sekolahnya" Alya sangat yakin dengan jawabannya.

"SMA Aldric? Oke kalau gitu, gue bakal lanjut di sana. Thanks ya Al, lo emang kakak yang bisa diandelin" Wajah Ali tampak begitu bahagia. Kemudian dia bergegas menuju ke kamarnya.

"Tau deh, yang lagi jatuh cintaaa" Alya sedikit berteriak ketika Ali beranjak pergi, tawanya pecah. Ali bersandar di tempat duduk, yang berada di balkon kamarnya. Matanya menerawang jauh, mengulang memorinya tentang gadis yang dia tolong. Dia sudah tidak sabar untuk mendaftar di SMA Aldric. Dia berencana esok hari akan mengurus berkas-berkasnya.

Tak perlu langkahmu membawamu padaku. Akulah yang kan menjemputmu ke hatiku, bidadariku.

To be continued...


CLASH: Another Ali And Prilly StoryUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum