My Prince

11.1K 1K 17
                                    

PRILLY POV

Setelah berusaha menahannya untuk beberapa saat akhirnya tawakupun pecah. Wajah Ali seolah penuh dengan pertanyaan dan itu membuatnya tampak sangat lucu. Setelah tawaku berhenti, barulah aku bicara padanya.

"Oke... Oke... Aku akan jelaskan, tapi sebelumnya bisakah kita cari makan dulu? Cacing-cacing di perutku sudah pawai minta dikasih makan" kulihat dia tertawa karena ucapanku. Memangnya aku sedang melucu? Segera kurangkul tangannya untuk keluar sekolah untuk mengisi perutku yang sudah berbunyi tidak tahu malu. Kini kami duduk berhadapan di sebuah cafe dekat sekolah. Kulihat dia diam saja hanya memandangiku tanpa menyentuh makanan di depannya. Padahal aku saja sudah menghabiskan makananku saat ini. Apa baginya aku ini seperti makanan? Ngawur kamu Prill.

"Kenapa belum dimakan? Nggak suka ya?" Tanyaku pada akhirnya. Dia menggeleng.

"Aku belum mau makan, sepertinya ada seseorang yang akan menjelaskan sesuatu padaku tadi? Benar nona?" Wajahnya tampak serius menatapku. Aku pun tertawa mengerti maksud ucapannya.

"Baiklah tuan" ucapku pada akhirnya sambil mengangkat tangan hormat padanya. Kulihat dia tergelak. Akupun mulai menceritakan apa yang terjadi kemarin tentang apa yang dikatakan Al padaku dengan perlahan tanpa dikurangi atau dilebih-lebihkan. Ya kecuali pada bagian tentang aku yang menghancurkan meja belajarku karena kesal. Itu cukup memalukan. Cukup Al saja yang tahu masalah itu.

"Jadi begitu ceritanya" kuakhiri ceritaku padanya yang sedari tadi fokus mendengarkan. Dia tidak banyak bicara mungkin karena masih terkejut atau jangan-jangan dia sariawan? Sepertinya harus kutanyakan, kan kasian kalau pacarku yang ganteng ini jadi nggak doyan makan. Setelah beberapa detik yang cukup mencekam eh salah maksudnya menenangkan karena sedari tadi aku hanya melihatnya yang tampan dan menawan. Akhirnya dia tersenyum, tangannya meraih jemariku dan menggenggamnya lembut tidak lupa ciuman hangat menerpa punggung tanganku setelahnya. Membuat perasaan bahagia menjalar seketika di hatiku.

Tidak perlu banyak bicara cukup perlakuannya yang seperti inilah mampu mengatakan padaku bahwa semua akan menjadi lebih baik dan kita akan selalu melewatinya bersama. Kemudian kurasakan senyumnya yang mulai tengil lagi tidak lupa satu alisnya yang naik dengan songongnya tapi anehnya malah membuatnya semakin tampan. Aku tau ada yang ingin dia ketahui lagi. Memangnya apa yang belum aku katakan?

"Terus kenapa kenapa kamu tidak bisa kuhubungi sama sekali? Kenapa pesanku tidak ada yang kamu balas satupun? Bisa kamu jelaskan nona Prilly Adelhard?" Tanyanya secara beruntun bonus senyum tengilnya yang mematikan.

"Oh... itu..." Kugaruk tengkukku yang tidak gatal sambil senyum cengengesan minta digampar, eh jangan dong mending dicium gitu. Aku rasa otakku sedikit ngawur sekarang.

Ku keluarkan hp ku dari dalam tas. Bentuknya sudah tidak karuan. Layarnya remuk dan dia sudah mati total. Benar-benar menyedihkan. Hpku yang malang. Kulihat Ali menatap hpku tidak percaya. Oke Ali sayang, inilah sosok asli pacarmu, si trouble maker. Jangan berani kamu mundur dariku, akan kupastikan kamu selalu di hatiku karena aku pun akan selalu di hatimu. Sekarang pandanglah hanya diriku dan dengarkan kekasihmu ini bicara. Aku harap kamu tidak menyesal mempunyai pacar yang ya... sedikit bar-bar. Hanya sedikit. Garis bawahi itu.

Kemarin karena merasa sangat kesal aku mengacak-acak meja belajarku dengan brutal dan sialnya ternyata hpku ada di sana saat itu. Sepertinya terhempas dengan cukup keras sehingga rusak parah. Aku sendiri tidak menyadarinya sampai aku membereskan kekacauan kamarku usai Al keluar dari kamarku. Beruntung Al bilang akan membelikanku gantinya hari ini. Kakakku memang yang terbaik.

"Nah sekarang kamu harus makan. Makanananmu mulai dingin. Atau mau pesan lagi saja?" Ucapku tanpa jeda. Eh apa ini? Dia malah senyum-senyum aja. Apa dia terlalu syok mengetahui pacarnya yang agak brutal tapi manis ini. Gawat. Atau jangan-jangan dia nyesel jadian sama aku. Huwaaaa....Tidaaaak....Mamaaaa.....Aku janji akan jadi anak yang baik.

"Aku sudah kenyang" tuh kan. Dia bilang sudah kenyang padahal sesuappun belum dia makan. Pacarku tidak jadi gila kan? Huwaaa....

"Kok bisa kenyang? Kamu kan belum makan sama sekali?" Tanyaku penuh selidik.

"Aku kenyang karena bahagia"

"Karena pacarku telah memberikan kebahagiaan sebagai menu makan siangku kali ini" ujarnya sambil tersenyum lebar. Ya Tuhan sepertinya aku bisa mati bahagia. Seseorang tolong pegangi aku sekarang juga. Sebelum aku melayang dan menghancurkan langit-langit di atas sana.

Sebenarnya aku masih ingin bersama-sama lebih lama. Tapi Ali memutuskan untuk mengantarkanku pulang. Padahal ini baru jam setengah 5. Al kan pesannya sebelum jam 6. Kan boleh saja kalau aku pulang jam 5 lebih 59 menit misalnya. Aku masih merindukannya. Huh dasar Ali anak sopan. Dia pasti ingin lebih menghargai pesan Al tadi. Dan di sinilah kami sekarang. Di depan gerbang rumahku. Belum sempat aku membuka pintu mobil, Ali menahan tanganku. Dia bergegas keluar mengitari depan mobil dan membukakan pintuku.

"My princess... " kemudian dia menawarkan tangannya dan mempersilahkanku keluar dengan sopan seperti pangeran mempersilahkan seorang putri turun dari kereta kuda. Dia menunggu jawabanku dengan senyuman tak lepas dari bibirnya.

"Yes, my prince..." Dan dengan senang hatikuberikan tanganku juga hatiku padanya. Kamipun tertawa bersama. Tawa bahagiayang kuharap untuk selamanya.


To be continued...

CLASH: Another Ali And Prilly StoryWhere stories live. Discover now