17. Frustasi

11 2 7
                                    

Setelah mendengar Jeje di skors selama 3 hari. Dito ayahnya Jeje diam dan tak pernah mengajak Jeje untuk sekedar bercengkrama, tetapi tidak dengan Renata. Reanata selalu menghampiri putri sulungnya itu dan memberikan semangat.

Penampilan Jeje semakin tidak terurus, dia lebih banyak mengurung diri dan melamun di kamar, setelah itu malamnya dia nangis terisak-isak. Hal itu tak pernah luput dari penglihatan Renata.

"Loh, ko makanannya belum di makan sih. Nanti kamu sakit sayang." Kata Renata dengan lembut.

Tak ada sahutan apapun dari Jeje, lebih tepatnya dia melamun. Melihat keadaan itu, membuat dada Renata serasa teriris.

"Mamah supain ya." Kata Renata. Dan hanya gelengan dari Jeje.

"Kamu jangan terlarut dalam masalah je. Kalau kamu kaya gini terus gimana sama cita-cita kamu yang ingin menjadi seorang direktur nanti. Karena seorang direktur setiap mengalami masalah mengenai perusahaan nya harus segera ia tangani dengan sebenar mungkin, masa  dia terus terlarut dalam masalahnya tanpa memikirkan jalan keluarnya kan." Kata Renata memberi semangat.

Jeje terkekeh kecil. "Mimpi Jeje gak akan pernah tergapai mah." Katanya lirih. "Kenapa begitu? Kamu jangan pernah nyerah sebelum di medan perang nak." Kata Renata lembut. "Setelah kejadian ini, Jeje gak akan lagi berangan-angan untuk menggapai cita-cita itu mah, karena sia-sia saja."

Renata memeluk putrinya itu dengan penuh kasih sayang, dari tadi Renata menahan air matanya agar tidak menangis. Dia tidak akan menampakan kalau dia lemah seperti Jeje ini.

"Kamu jangan gitu, percaya sama mamah kalau dari kejadian ini akan ada hikmah yang indah nantinya." Katanya menyemangati. Jeje hanya termenung tanpa membalas ucapan mamahnya itu.

∆∆∆

Di sekolah.

"Ga, gue gak nyangka si anak kebanggaan sekolah masa ngelakuin hal gituan. Emang dasarnya ya yang keliatan biasa aja tuh mainnya lebih pro." Kata Reza meluapkan unek-uneknya.

"Lo jangan seenak jidatnya ngomong kaya gitu za. Belum tentu itu bener." Kata Angga menasihati temen satunya itu. "Gue setuju sama lo." Kata Arga menimpal.

"Halah.. gue sangat yakin nih, makanya kalian tuh jangan liat dia dengan wajah polosnya itu. Untung aja lo Arga gak sampai jadian sama tuh cewek." Kata Reza.

"Gue akan cari bukti." Kata Arga sambil memandang ke depan. "Cari bukti? Buat apaan bego, lo saking bucinnya sama tuh cewek sampe mau cari bukti buat dia? Sadar bro, dia itu gak lebih dari cewek murahan yang digilir sama om-om." Kata Reza dengan santainya.

Arga yang mendengar penuturan Reza pun tersulut emosinya dan langsung menghantam wajah Reza dengan tangannya.

Bugh!

"BANGSAT! LO BISA-BISANYA NGATAIN DIA KAYA GITU." Teriak Arga dengan emosi.

Bugh!

"LO EMANG COWOK PENGECUT YANG BISA NYINYIR KAYA BANCII!! Kata Arga sambil memukuli Reza tanpa ampun.

"Emang bener kan, lo bucin sama tuh cewek murahan." Kata Reza dengan tenang, meski semua badannya babak belur.

"ANJIR! SEKALI LAGI LO NGATAIN DIA MURAHAN GUE BUNUH LO!!"

"WOII! UDAH LO BERDUA. MAU MASUK BK HAH!" Kata Angga melerai.

"Liat tuh Angga temen lo itu, dia rela bunuh temennya sendiri demi cewek sialan itu." Kata Reza sambil meringis menahan nyeri perutnya.

"Udah, ga lo harus sadar dia temen lo. Dan lo Reza jangan buat orang tersulut emosi karena ucapan lo itu." Ucap Angga.

Raga MenyapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang