11. Sebuah Bencana

32 15 7
                                    

Saat kedatangan Dira kemarin, Jeje kini kian murung. Entah memikirkan sesuatu yang tak kunjung semu ataupun luka yang berujung pilu.

Kenangan mampu membuat hati seorang insan pilu. Pilu bila meninggalkan jejak yang semu.

Hingga saat ini pun Jeje enggan untuk pergi ke sekolah, namun  melihat orang tuanya yang kini rela banting tulang demi memenuhi kebutuhan sekolahnya, dengan berat hati dia harus pergi ke sekolah.

Saat sampai di sekolah terlihat hanya ada beberapa siswa yang sudah datang. Jeje pun segera bergegas menuju kelasnya.

Argghh!!

Teriak Jeje ketakutan, pasalnya ada tangan yang memegang bahunya dari arah belakang. Berbeda dengan sang cowok yang sedang terbahak-bahak melihat ekspresi Jeje yang ketakutan, begitu menggemaskan baginya.

"Gak lucu", ketus jeje

Gak Gedeg gimana coba pagi-pagi udah ada yang ngagetin, terus gak liat sikon lagi padahal Jeje kan lagi badmood.

"Hehe maaf deh, gue gak tau Lo bakal sekaget ini. Padahal gue cuma pegang bahu Lo aja"

"..." Tak ada sahutan dari seseorang yang diajak bicaranya.

"Je maafin gue. Sumpah gue gak maksud", Ucap Arga sambil memohon di depan Jeje.

"Iya"

"Bener?"

"Bawel"

"Senyum dulu dong biar ikhlas gitu maafin ya"

Jeje pun membuat senyuman yang dipaksakan.

"Eh bentar", Kata Arga mencegah Jeje sambil memegang tangannya.

Jeje yang melihat Arga memegang tangannya langsung speechless. Tiba-tiba hatinya berdesir, daripada terjebak pada situasi kaya gini Jeje langsung melepaskan tangan Arga.

"Eh maaf lagi"

"Apa?"

"Gue cuma mau kasih ini", Sambil menyodorkan ke Jeje.

"Cokelat?"

"Iya, katanya cokelat dapat meningkatkan produksi insulin alami.
Jadi, dengan makan coklat kita juga mendapatkan energi tambahan untuk beraktifitas kembali"

Jeje hanya menaikkan sebelah alisnya tanda dia masih bingung dengan penuturan Arga dan yang tiba-tiba kasih dia cokelat.

"Gue tau Lo lagi badmood, makanya gue kasih cokelat biar bisa sedikit menghilangkan rasa badmood Lo itu"

"Makasih"

"Oke, jangan lupa dimakan dan jangan dikasih ke orang lain"

"Eh satu lagi. Jangan dibuang juga, kan sayang tuh cokelatnya udah manis ko dibuang. Gue ke kelas dulu", Ucap Arga sambil melambaikan tangannya.

Jeje yang melihat itu tersenyum tipis. Setidaknya ada yang menghiburnya dan mengurangi kesedihannya untuk pagi ini.

Saat memasuki kelas ternyata disana sudah ada Dira yang sedang memainkan ponsel di bangkunya dengan serius.

Awalnya Jeje ragu untuk memasuki kelas, namun dia harus buktikan kalo dia bisa terlihat biasa saja saat bertemu Dira.

Mungkin Dira belum menyadari kedatangan Jeje, karena terlalu fokus dengan game yang dimainkannya.

Jeje melihat lagi cokelat yang dikasih Arga tadi. Dia pun berinisiatif untuk memakan cokelat itu yang terlihat menggiurkan.

Ya iyalah siapa yang gak tergiur sama cokelat coba, udah enak manis lagi kaya janjinya si do'i manis, sampe manisnya cuma  tuh janji masih aja di telen.

Raga MenyapaWhere stories live. Discover now