70 - The night that we should remember | Ending

4K 224 14
                                    

Sebuah kendaraan yang cukup mewah berhenti tepat di depan main entrace hotel berbintang. Pandangan orang-orang yang ada di luar sana langsung tertuju ke arah mobil, sedikit mengernyit karena lampu mobil yang menyorot pandangan mereka.

Arga menurunkan sedikit kaca mobilnya, lalu menyapa salah seorang yang bertugas membantu seorang valet di hotel tersebut untuk mengatur kendaraan-kendaraan yang datang khusus untuk seluruh orang yang bersangkutan pada acara prom SMA Pelita Raya.

Queen melirik sekilas orang yang sangat familier itu, cowok kelas sebelas yang kini menggantikan Bian untuk menjabat sebagai ketua OSIS itu tersenyum ramah kemudian membalas sapaan Arga, lalu pada detik berikutnya Arga turun dari mobil, tidak lupa ia meminta Queen untuk menunggu sebentar saja.

Dari dalam mobil milik Arga, Queen bisa memerhatikan sebagian besar pandangan orang-orang tertuju pada Arga, khususnya para siswi yang baru saja datang bergerombol bersama teman-teman mereka. Bahkan ada yang sampai tersandung kaki sendiri saking fokusnya memerhatikan cowok itu.

Arah pandangnya kini tertuju kembali pada Arga, dimana ia sedang menyerahkan kunci mobilnya pada si ketua OSIS, kemudian sesaat setelahnya Arga mengitari mobil lalu membuka pintu untuk Queen.

"Please take my hand, and it will be my pleasure." Arga setengah menunduk, wajahnya dihiasi senyum kecil sedangkan tangannya terulur siap untuk mengenggam tangan kekasihnya.

Ya tuhan. Queen tidak tahu sudah sedalam apa dibuat jatuh cinta oleh Arga.

Menurutnya, Arga adalah definisi sempurna tentang bagaimana seorang gentleman. Arga membuatnya merasa seperti seorang Ratu yang di perlakukan begitu terhormat. Cowok itu tahu bagaimana bersikap romantis, namun tidak meninggalkan kesan yang sengaja di buat-buat.

Arga menaikan sebelah alisnya, masih menunggu Queen yang terjerat dalam pesona luar biasa darinya. Hingga suara dehaman singkat yang terdengar begitu lembut di telinga Queen membuyarkan tatapan memujanya pada Arga.

Queen menarik sedikit gaunnya agar lebih mudah memijakan kaki di permukaan tanah. Tangannya kini sudah berada di genggaman Arga, lalu tubuhnya menyusul keluar dari dalam mobil dan kini ia berdiri sempurna di sebelah kiri Arga.

Mereka—sepasang kekasih itu saling menoleh ke arah satu sama lain, memberi tatapan yang dalam lalu kemudian menyunggingkan senyum kecil di wajah masing-masing. Baik Queen dan Arga, tentu saja mereka menyadari bahwa saat ini sedang menjadi pusat perhatian.

"Boleh?" Tanya Arga membuat Queen menunduk ke arah yang di maksud. Tangan cowok itu kini sedang merangkul bagian pinggangnya dengan begitu posesif.

Queen kembali mendongak, membalas tatapan Arga yang menuntut jawaban atas pertanyaannya. "Kenapa disana?"

"Gue cuma mau nunjukin ke mereka kalo ada gue di samping lo, tapi bukan sebagai temen." Jawab Arga, yang tidak melepaskan pandangannya dari manik hitam milik Queen yang berbinar terang.

Queen tertawa sesaat, kemudian lebih mendekatkan tubuhnya pada Arga dimana Arga menjadi semakin mengeratkan rangkulannya pada pinggang Queen.

"Yaudah, boleh." Jawab Queen, lalu mereka melangkah bersama, menginjak setiap anak tangga yang ada menuju main lobby hotel.

Pada bagian lobby hotel yang luas itu, mereka disambut oleh iringan musik yang lembut; sebuah instrumen dengan suara biola yang mendominasi. Queen menyapu pandangannya melihat lobby hotel berbintang itu telah diramaikan oleh orang-orang yang berasal dari SMA Pelita Raya, ada beberapa siswa-siswi yang mengantri untuk membubuhi tanda tangan pada sebuah kain berukuran besar yang tertempel di salah satu dinding lobby, sementara sebagian lagi sedang berfoto bersama teman dekat mereka pada spot foto yang telah disediakan.

Princess SyndromeWhere stories live. Discover now