39 - The guy who can't be understood

2K 183 6
                                    

Queen sangat sadar bahwa apa yang telah ia lakukan diluar batas wajar dalam status pertemanan. Ia hilang kendali atas dirinya sendiri, mau bagaimanapun juga waktu tidak akan bisa di ulang. Ingatan juga tidak akan bisa dihapus semaunya sendiri.

Meskipun mungkin disalahkan, Queen tidak pernah menyesali apa yang sudah ia lakukan. Saat ini ataupun nanti, kata menyesal tidak akan pernah terlintas dipikirannya.

Queen melakukannya dengan keinginan, tanpa paksaan. Dan juga, Arga adalah cowok yang ia sukai, cowok yang memenuhi setiap ruang di hatinya sampai tidak ada tempat kosong lagi disana.

Sejak berakhirnya tindakan menghadiahi Arga sebuah kecupan tidak terduga, Queen terus saja menghiasi wajahnya dengan senyum bahagia.

Bahkan, ketika Arga menghampirinya setelah berhasil menduduki juara pertama di pertandingan tersebut, membuat senyum di wajah Queen semakin mengembang lebih dari sebelumnya.

"Lo emang ga pernah ngecewain." Eki menepuk bahu Arga, menyambut kemenangan cowok itu.

"Kita rayain kali ini? Yang lain udah pada ngumpul di basecamp." Ajak Eki pada Arga, kemudian melirik Queen sekilas, "ajak cewek lo juga, sekalian kenalin sama yang lain."

"Lain kali aja deh, Ki. Gue mau langsung balik."

Ekspresi Eki langsung berubah, terlebih saat menatap ke arah Queen dengan pandangan yang sulit di mengerti. "Do you want to have fun with her, huh? Boleh kali gue ikut?" Alis Eki bergerak naik turun.

Queen merasa jengah, kesal, sekaligus ingin membakar mulut cowok itu yang sejak pertandingan berlangsung selalu saja melempar godaan padanya.

"Hati-hati kalo ngomong, Ki. Jaga mulut lo, jangan sampe gue susah bedain antara sampah sama mulut lo itu."

Queen mengulum senyum, berusaha menahan tawa yang akan meledak karena kalimat menohok yang Arga lontarkan untuk Eki.

Tanpa pamit, Arga menarik Queen untuk menjauh dari Eki.

"Mobil lo mana? Kesini pasti bawa mobil kan? Sana lo pulang!" Queen bahkan tidak pernah membayangkan akan mendapat usiran secara kasar seperti ini dari Arga.

"Gue ga bawa mobil, tadi cuma di anter supir, tapi supirnya udah gue usir!"

"Jadi, lo ngarep gue yang anter lo balik?"

Queen tentu langsung mengangguk dengan semangat, namun hanya untuk beberapa saat karena pada detik berikutnya ia melihat Arga berbalik arah dan meninggalkannya sendirian.

"Arga lo tinggalin gue? Seriously?!"

Kenapa? Apa yang salah dengan cowok itu? Tiba-tiba seperti manusia tanpa perasaan. Meninggalkan Queen seorang diri di tengah malam dalam lingkungan yang mengancam.

Mungkinkah, alasannya berubah karena satu kecupan yang Queen berikan tanpa permisi?

Queen menyapu sekeliling dengan perasaan sedikit cemas, apa lagi tidak jauh dari tempatnya berdiri ada segerombol pemuda dengan penampilan seperti preman.

Tidak mau berpikir dua kali, Queen mengeluarkan benda pipih dari tas selempang yang ia bawa.

"Ck, kenapa sih gue harus suka sama cowok berengsek kaya lo?"

Suara klakson mengejutkan Queen, sampai membatalkan niatnya untuk membuat panggilan.

"Naik cepetan." Arga berhenti tepat di sebelah Queen, wajahnya ditutupi dengan helm fullface.

"Beneran? Serius? Naik motor lo ini?" Queen tidak bisa menutupi rasa gembiranya.

"Cepetan."

"Iya-iya gue naik sekarang." Demi apapun yang katanya berharga di dunia ini, cukup berada di satu motor dengan orang yang ia sukai sudah membuat kebahagiaannya melebihi apapun.

Princess SyndromeWhere stories live. Discover now