28 - Maybe she is Devil not Princess

2.2K 173 20
                                    

Ramai, riuh, heboh. Tiga kata yang bisa mendeskripsikan bagaimana keadaan lapangan basket SMA Pelita Raya saat ini.   Tribun yang hampir di penuhi oleh siswi dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas bersorak antusias karena pertandingan basket antar kelas sebentar lagi di mulai.

Siswa yang menjadi pusat perhatian satu-satunya saat ini adalah cowok yang memakai strip band dengan warna hitam polos di keningnya. Dia Dirga—kapten basket yang paling terkenal di SMA Pelita Raya karena ketampanannya. Menjadi idola di kalangan siswi angkatan kelas sepuluh hingga angkatan kelas dua belas.

Meskipun demikian, Queen adalah satu-satunya siswi perempuan yang tidak termasuk dalam golongan pemuja Dirga si kapten basket sekolahnya itu. Dan sayangnya, kali ini ia harus berada di antara banyaknya siswi yang bersorak tidak tahu malu hanya untuk mengikuti satu cowok.

Dengan ekspresi datar, Queen melewati jalan kecil di antara kursi yang berjajar memanjang di Tribun bagian tengah, sementara Arga sedang berjalan di depannya untuk mencari kursi kosong yang bisa ia tempati.

"Dua tahun gue sekolah disini. Baru kali ini gue jadi bagian orang-orang lebay kaya gini." Gerutu Queen, mengambil tempat di sebelah Arga yang sudah duduk dengan santai.

"Ya anggap aja lo hari ini keluar dari zona nyaman lo itu." Sahut Arga.

Bukan apa-apa. Hari ini adalah hari pertama kegiatan lomba di adakan dalam rangka hari ulang tahun sekolahnya. Kebetulan, sahabatnya Dimas menjadi siswa yang berpartisipasi dalam pertandingan basket antar kelas. Jadi itu sebabnya Arga sekarang berada di kursi Tribun, dengan tujuan memberi dukungan untuk sahabatnya Dimas.

Queen menikmati permen lolipop yang ia genggam sambil bersandar pada sandaran kursi yang di duduki, "Gue fine-fine aja sih, cuma ga suka berisiknya." Ucapnya santai.

Tentu saja Queen baik-baik saja dengan situasi seperti sekarang. Karena memang pada dasarnya seorang Sia Queena sudah sangat terbiasa dengan keramaian, terlebih menjadi pusat perhatian seperti sekarang adalah hal yang paling di sukainya.

Sejak kedatangannya beberapa detik lalu yang ikut bergabung di Tribun lapangan basket sekolahnya, sebagian siswi memang mengalihkan perhatian kepada Queen. Sosok Queen yang lebih dikenal oleh siswi angkatan kelas dua belas adalah sosok yang angkuh, gila perhatian, dan tentu saja bukan tipe orang yang mau menghabiskan waktu untuk duduk diam atau bersorak sorai berlebihan.

Sementara di mata siswi angkatan kelas sepuluh, sosok Queen adalah senior yang sangat menarik perhatian dari segala sisi dalam dirinya. Jadi, wajar saja kini sebagian dari mereka memusatkan perhatian pada Queen.

"Ngapain lo disini?" Celetuk Yunda, yang baru saja tiba kemudian mengambil posisi berdiri di sebelah kursi Queen.

Pertanyaan bodoh, dari orang yang bodoh juga. Untuk menjawabnya saja Queen sangat malas. Memikirkan bagaimana tenaganya terbuang sia-sia hanya untuk menjawab pertanyaan yang tidak perlu di pertanyakan.

Pertanyaan itu berakhir tanpa jawaban. Queen hanya melirik sekilas ke arah Yunda, menganggap manusia yang berdiri di sebelahnya adalah makhluk tak kasat mata yang tidak perlu di hiraukan.

"Jangan lo pikir karna ada lo disini bakalan buat Dirga semangat." Ucap Yunda lagi.

Disimpulkan dari ucapannya, Yunda mungkin berfikir bahwa Queen sengaja datang ke lapangan basket kali ini untuk memberikan semangat pada Dirga.

Yunda merasa geram karena diabaikan Queen sejak tadi, oleh sebab itu ia sedikit menunduk untuk mensejajarkan wajahnya dengan wajah Queen yang sedang duduk.

"Jangan pernah ngerasa lebih baik dari gue. Apa lagi ambil apa yang harusnya jadi milik gue. Atau, lo akan tanggung akibatnya!"

Queen balik menatap Yunda diikuti dengan senyuman sinisnya, niatnya akan membalas ucapan Yunda. Namun orang di sampingnya lebih dulu mengambil posisi berdiri, yang saat ini saling berhadapan dengan Yunda.

Princess SyndromeWhere stories live. Discover now