9 - A unexpected moment

3.1K 243 2
                                    

Sebenarnya banyak rasa yang berkecamuk di dalam diri Queen saat ini. Lebih mendominannya, rasa kesal. Kesal karena Arga sama sekali tidak merubah fikirannya untuk pergi dari rumahnya. Cowok itu tetap keukeh untuk tidur hanya semalam saja, di ruang tamunya.

Queen sama sekali tidak mengerti, sedang kenapa kepala cowok itu karena tiba-tiba terlintas fikiran untuk melakukan tindakan bodoh seperti itu. Teringat dengan aksi saling pukul antara Arga dan cowok di arena balap tadi, membuat hati kecil Queen sedikit berterimakasih kepada Arga. Karena cowok itu melindungi Queen dari tangan kotor cowok urakan tadi.

Jujur saja, Queen juga sangat marah saat tadi di sentuh oleh cowok yang urakan di arena balap itu. Queen sudah sangat ingin mematahkan jari-jari cowok itu yang sempat menyentuh wajahnya dengan lancang, namun saking terkejutnya oleh sentuhan yang tiba-tiba, membuat Queen merasa kaku di tempat, tidak bisa melakukan banyak hal. Hanya bisa diam seperti orang bodoh. Tidak, lebih tepatnya seperti gadis yang biasa di goda.

Queen, tidak biasa mengucapkan kata 'Terimakasih' atas apapun bentuk kebaikan yang sudah ia terima dari orang lain. Queen terlalu angkuh untuk menyebut satu kata itu sambil melengkungkan garis di bibirnya. Maka dari itu, malam ini Queen lebih memilih mengucapkan terimakasihnya pada Arga melalui cara mengobati luka di wajahnya dan membiarkan Arga menumpang tidur hanya semalam saja disini.

Entah terlalu lelah karena balapan yang diikutinya, atau kehabisan tenaga karena perkelahian yang dilakukannya tadi, Arga sudah terlelap dengan kepala yang masih bersandar di sandaran sofa berwarna cream itu. Sementara Queen sedang berada di sisi kanan Arga untuk membersihkan luka dan memberikannya salep pengering luka.

Begitu teliti dan sangat berhati-hati Queen menyentuh setiap luka menggunakan kain kompres yang sudah direndam ke dalam air hangat. Melihat Arga yang sangat tenang dalam tidurnya, membuat Queen curi-curi kesempatan untuk menatap wajah cowok itu lebih dekat.

Siapapun yang ada disana dan memperhatikan raut wajah Queen, pasti bisa menyadari bahwa ia sekarang sedang berusaha menahan senyumnya. Entah apa yang membuat cewek itu tersipu sendiri, menatap wajah Arga yang tenang dalam tidur.

Hanya dengan beberapa detik ia menatap Arga dengan begitu lekat, Queen tanpa sadar menyimpulkan bahwa Arga memiliki wajah yang sangat tampan. Semuanya terpasang begitu pas dan sangat sempurna. Alisnya yang rapi dan tebal, hidungnya yang mancung, bibirnya yang berwarna merah natural serta rahang cowok itu yang terlihat sangat jelas dan tegas membingkai wajahnya menjadi terlihat lebih sempurna.

Queen menahan nafasnya sesaat, menyadari hal bodoh yang sudah ia lakukan. Detak jantungnya berpacu lebih cepat dari sebelumnya, mungkin efek dari menatap wajah Arga terlalu lama, sementara wajahnya merona.

Tidak sengaja, Queen menekan kuat kain kompres yang menempel di tulang pipi Arga yang terluka, karena salah tingkah sendiri merasakan degupnya yang semakin tidak terkendali.

"Argh!" Pekik Arga, membuat Queen terkejut setengah mati karena Arga sudah membuka lebar kedua matanya.

"Lo ngapain gue?" Tanya cowok itu, menatap Queen sinis sambil memegangi tulang pipinya yang terasa sakit.

"Ga sengaja gue!" Queen mengalihkan pandangannya, tidak berani menatap manik mata coklat gelap itu. Dan sungguh, ia merasa sangat kesal pada dirinya karena tingkah konyolnya.

"Ck." Decak Arga, mengusap tulang pipinya untuk meredakan perih akibat tekanan kuat dari kain kompres yang di pegang Queen.

"Ngapain belum tidur?" Arga memperhatikan penampilan Queen yang sangat berbeda dari biasanya yang sering ia lihat di sekolah.

Malam ini, cewek itu terlihat apa adanya tanpa polesan makeup yang menutupi wajah putih bercahayanya. Rambutnya di kuncir kuda rendah menyisakan helai yang tidak terikat di sisi-sisi telinga, dan piyama berkain tipis berwarna merah muda dengan motif bunga-bunga.

Princess SyndromeWhere stories live. Discover now