|IMY 39| Berusaha

188 33 2
                                    

Apa yang sebenarnya aku lupakan? Adakah kenangan yang membuat aku terus menerus merasa bersalah ketika ada di sampingnya? Dia seperti magnet yang terus mendekati dan tak mau lepas dariku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Apa yang sebenarnya aku lupakan? Adakah kenangan yang membuat aku terus menerus merasa bersalah ketika ada di sampingnya?
Dia seperti magnet yang terus mendekati dan tak mau lepas dariku. Siapa dia sebenarnya? Bahkan aku tak ingat kenangan apa pun bersama dirinya.
~Fajar Ragardan~

"Rani," panggil Fajar membuat Rani menghentikan langkahnya. Wanita itu menoleh, menatap Fajar yang berjalan ke arahnya. "Kenapa?"

"Pulang bareng gue. Ini udah sore, gue yakin, gak ada angkot," ucap Fajar secara tiba-tiba.

Rani mengarahkan matanya ke arah langit, tepat di mana sang senja sudah terbit. Cahaya yang orange pertanda bahwa hari bukan lagi siang. Jika di lihat dari tadi, bahkan tak ada kendaraan angkot yang lewat, Rani pun memusatkan perhatiannya pada Fajar yang menunggu jawabannya.

"Boleh."

Mereka berdua pun melangkah bersama menuju parkiran motor yang berada tak jauh dari tempat mereka berada. Jangan salah sangka, jika sekolah ini hanya ada mereka berdua, itu salah besar. Kebanyakan murid terkadang tak langsung pulang, sibuk dengan eskul atau hanya sekedar membaca buku di perpustakaan sekolah.

"Ayo, naik," pinta Fajar pada Rani.

Rani pun merasa ragu untuk menaiki motor Fajar yang tinggi. Dilihat dari roknya yang berada di atas lutut, membuat ia tak mau auratnya menjadi bahan tontonan orang banyak. Apa lagi keberadaan ekskul basket yang berada di samping parkiran sekolah membuat ia tak mau naik. Fajar tak peka sekali menurut dirinya.

"Gue gak bisa naik. Hari gini gak ada yang gratis, gue gak mau, paha gue yang mulus ini di lihat sama fans gue. Lagian motor lo ..."

Ucapannya begitu saja terhenti, tergantikan dengan ekspresi terhenyak dan tak percaya. Bagaimana bisa? Fajar dengan cepat memasangkan jaket di pinggangnya, sebagai penutup pahanya yang terekspos. Rani bahkan tak bisa berkedip, hanya diam membeku di tempatnya.

"Makanya jangan kaya cabe. Gak usah pakai rok sekalian, kalau rok gak bisa menutup aurat lo sebagai perempuan," ucap Fajar sembari mengingkat jaket itu di pinggang Rani.

Rani hanya bisa menahan detak jantungnya yang maraton secara tiba-tiba. Ia tak menyangka, bahkan dalam jarak dekat seperti ini, wajah Fajar sangat tampan. Rani bahkan sempat meneteskan air liurnya, wah terlalu lebay. Tapi tak bisa di pungkiri, bahwa berada dekat dengan Fajar membuat hatinya tak tenang.

"Lo mau di situ, apa mau naik?" tanya Fajar membuat Rani tersadar dan bergegas naik ke motor Fajar.

Motor sport milik Fajar berangsur meninggalkan halaman sekolah, hanya deru motor yang terdengar nyaring mengisi keheningan yang terjadi. Kondisi jalan lumayan ramai, karena pegawai atau orang yang bekerja pasti sedang berjalan pulang. Rani pun tak henti tersenyum, ia bersyukur, karena dengan cerdas cermat ini, setidaknya ia bisa menghabiskan waktu dengan pria yang spesial di hatinya, walau rasa sakit dan sesak selalu ada, setidaknya ia bahagia. Sebelum ajal menjemput dirinya, hanya satu permintaan Rani, fajar selalu menghabiskan waktu bersamanya, walau hanya sedetik, terasa berbeda.

I Missing You (COMPLETED) Where stories live. Discover now